Liputan6.com, Washington D.C - Apa yang terjadi apabila Joe Biden mundur dari pemilihan presiden AS 2024?
Presiden Amerika Serikat Joe Biden dilaporkan semakin mempertimbangkan untuk 'mundur' sebagai calon presiden dalam pemilihan mendatang, dengan semakin banyaknya anggota Partai Demokrat yang secara terbuka mengatakan, peluangnya untuk menang pada pemilu November nanti semakin berkurang.
Baca Juga
Selain itu donor utama untuk kampanyenya enggan untuk terus mengalirkan dana, dikutip dari VOA Indonesia, Sabtu (20/7/2024).
Advertisement
Hingga Jumat (9/7), tidak ada indikasi apa pun bahwa ia akan mundur.
“Dia tetap mencalonkan diri dan bertekad menang. Apalagi, dia adalah bakal calon kuat – tidak ada rencana untuk calon alternatif,” kata Dan Kanninen, direktur kampanye Biden dalam sebuah pernyataan.
“Sudah saatnya kita berhenti berdebat satu sama lain,” Kanninen memperingatkan. “Satu-satunya orang yang menang saat kita bersitegang adalah Donald Trump."
Namun jika ia mundur, Partai Demokrat harus cepat mengambil keputusan mengenai siapa yang akan menggantikannya dan bagaimana mekanismenya.
Skenario yang paling tepat adalah Biden mengajukan kandidat alternatif dan meminta para anggota delegasi untuk mengalihkan semua suara yang mereka janjikan kepada kandidate alternatif ini, pada Konvensi Nasional Partai Demokrat di Chicago, Illinois, bulan depan.
Biasanya, delegasi konvensi memilih kandidat yang memenangkan pemilihan pendahuluan atau kaukus di negara bagiannya masing-masing. Hampir seluruh delegasi Partai Demokrat yang berjumlah 3.896 orang mendukung Biden setelah ia memenangi hampir semua pemilihan pendahuluan dan kaukus. Namun “janji” tersebut dapat diubah berdasarkan peraturan DNC yang mengizinkan “niat baik” untuk menentukan keputusan delegasi.
Apa yang Akan Terjadi? Siapa Penggantinya?
Wakil Presiden Kamala Harris akan menjadi pilihan logis untuk menyatukan suara delegasi. Dia sudah berada di urutan pertama dalam daftar suksesi presiden, dan sebagai bagian dari pasangan Biden-Harris, secara finansial, menjatuhkan pilihan padanya adalah hal yang paling masuk akal.
Berdasarkan aturan pendanaan, Harris berhak membelanjakan dana untuk kampanye Biden-Harris, senilai $91 juta menurut laporan terakhir mereka pada bulan Juni.
Lima puluh delapan persen anggota Partai Demokrat berpendapat Harris akan menjadi presiden yang baik, menurutjajak pendapat baru dari Pusat Penelitian Urusan Publik, AP-NORC, 30 persen persen masyarakat berpendapat ia akan menjadi presiden yang baik. Empat puluh tiga persen orang dewasa mempunyai pendapat yang baik tentangnya, termasuk 74 persen dari Partai Demokrat.
Namun, Partai Demokrat mungkin juga ingin menghindari kesan tidak demokratis, karena secara otomatis menobatkan Harris sebagai penerus Biden dan akan mengadakan semacam pemilihan.
Advertisement
Konvensi Terbuka
Partai dapat mengadakan konvensi terbuka dan memilih calon dari beberapa kandidat yang dianggap paling bisa memenangkan pemilu, termasuk Gubernur California Gavin Newsom, Gubernur Pennsylvania Josh Shapiro, atau Gubernur Michigan Gretchen Whitmer.
Konvensi terbuka bisa menyulut perpecahan dan menjadi proses yang penuh gejolak, sesuatu yang ingin dihindari oleh Partai Demokrat dua bulan menjelang pemilu. Mencalonkan orang lain selain Harris juga dapat memicu kemarahan perempuan kulit hitam, yang merupakan kelompok inti pendukung partai.
Intinya, jika presiden mengundurkan diri, Partai Demokrat harus segera menentukan siapa yang menggantikan Biden dan siapa yang kemungkinan akan memenangkan pemilu, kata Larry Sabato, direktur Pusat Politik Universitas Virginia.
“Dan harus orang yang sama,” katanya kepada VOA. “Apakah mereka dapat melakukannya dalam waktu yang tersedia – yaitu sebulan – itu akan jadi pertanyaan lain."
Partai Demokrat juga harus memutuskan siapa yang akan menjadi cawapres, sebuah proses yang dapat menimbulkan kegaduhan dan perpecahan di dalam partai.
Pada kesempatan terpisah, Biden mengatakan bahwa yang bisa membuatnya mundur adalah hasil jajak pendapat yang buruk, atau jika ada “kondisi medis yang tidak memungkinkan,” atau jika “Tuhan Yang Maha Kuasa menyuruh” dia untuk berhenti.
Presiden Biden masih menjalani isolasi di rumahnya di Delaware, setelah diagnosis COVID awal pekan ini.