Sukses

Fakta Kamala Harris dan Kiprahnya dalam Politik Amerika Serikat

Meski dapat dukungan dari Joe Biden, sejumlah pihak masih ragu apakah Kamala Harris mampu mengalahkan Donald Trump.

Liputan6.com, Washington D.C - Dinamika politik Amerika Serikat (AS) terus terjadi menjelang pesta demokrasi negara itu yang bakal berlangsung pada November 2024.

Usai kandidat dari Partai Republik, Donald Trump, menjadi sasaran upaya percobaan pembunuhan pada 13 Juli 2024 lalu, kini giliran kandidat Partai Demokrat Joe Biden yang mengumumkan mundur dalam pencalonannya dalam pemilu AS 2024.

Ia justru mendukung wakilnya, Kamala Harris untuk maju menggantikannya. Saat mengumumkan keputusannya itu, Biden mengatakan bahwa memilih Harris sebagai wakilnya dalam pemilu AS 2020 merupakan keputusan terbaik yang pernah ia buat, seraya meminta dukungan Partai Demokrat untuk mendukungnya kali ini.

"Hari ini saya ingin memberikan dukungan penuh dan dukungan saya agar Kamala menjadi calon dari partai kami tahun ini," kata Biden dalam sebuah postingan di X.

Harris telah mencetak sejarah dengan menjadi wakil presiden kulit hitam dan perempuan pertama dalam sejarah AS. Meski begitu, ia tetap menghadapi kekhawatiran apakah ia dapat mengalahkan kandidat Partai Republik dan mantan Presiden Donald Trump.

Dilansir Al Jazeera, Senin (22/7/2024), berikut adalah sejumlah fakta mengenai Kamala Harris dan kiprahnya dalam politik AS.

2 dari 6 halaman

Profil Singkat Kamala Harris

Harris, yang lahir di Oakland, 20 Oktober 1964, merupakan putri dari ibu turunan India dan ayahnya yang kelahiran Jamaika.

Ia menempuh pendidikan di Howard University di Washington, D.C. sebelum mendapatkan gelar sarjana hukum dari University of California College of the Law, San Francisco.

Dia mulai bekerja di kantor kejaksaan Alameda County, sebelum pindah ke kantor kejaksaan San Francisco.

Dia kemudian menjadi jaksa wilayah San Francisco pada tahun 2003. Dia kemudian terpilih sebagai jaksa agung California, yang merupakan pejabat tertinggi penegakan hukum di negara bagian tersebut, pada tahun 2010 dan terpilih kembali empat tahun kemudian.

Wanita berusia 59 tahun itu kemudian terpilih menjadi anggota Senat AS pada tahun 2016 dan menjadi kritikus utama Trump, terutama terkait kebijakan imigrasinya.

Pertanyaan agresifnya terhadap calon Mahkamah Agung Brett Kavanaugh pada tahun 2018 membantu memperkuat kredibilitasnya sebagai salah satu bintang papan atas Partai Demokrat.

Harris menikah dengan pengacara Doug Emhoff, yang menjadi "pria kedua" pertama dalam sejarah AS setelah pemilu tahun 2020. Hingga kini, Harris dan Emhoff tidak memiliki anak.

3 dari 6 halaman

Bagaimana Harris menjadi Wakil Presiden?

Harris awalnya mencalonkan diri untuk Gedung Putih pada pemilu tahun 2020, tetapi dengan cepat memudar di musim pemilihan pendahuluan setelah tampil lesu dalam debat.

Ketika Biden memperkuat kepemimpinannya pada tahun 2020, dia bersumpah akan memilih seorang wanita sebagai pasangannya. Pemilihan Harris dipandang sebagai upaya untuk menarik pemilih kulit hitam dan memberi energi pada basis partai.

Kredensial Harris dalam penegakan hukum dan pendekatan sentris juga dipandang sebagai aset yang dapat menarik pemilih yang ragu-ragu untuk menjauh dari Trump.

Dalam debat tahun 2019, Harris juga menantang Biden dalam hal pemilihan umum, sebuah momen viral yang menurut banyak orang mungkin akan mengakhiri peluangnya untuk menjadi wakil presiden begitu Biden menjadi calon dari partai tersebut.

4 dari 6 halaman

Cetak Berbagai Sejarah

Haris telah berhasil menorehkan sejumlah sejarah dengan menjadi wanita kulit hitam pertama yang memegang hampir semua peran yang pernah dia miliki: jaksa wilayah San Francisco, jaksa agung California, senator dari California, dan wakil presiden AS.

Harris juga merupakan putri imigran pertama yang terpilih sebagai wakil presiden.

5 dari 6 halaman

Peran Harris sebagai Wakil Presiden?

Profesor di Universitas George Mason Jennifer Victor menggambarkan Harris sebagai "wakil presiden yang sangat tipikal".

Harris sebagian besar mendukung kebijakan khas pemerintahan Biden, termasuk undang-undang infrastruktur, imigrasi, pengendalian senjata, dan upaya untuk melindungi hak aborsi.

Secara khusus, Harris ditugaskan menjadi ujung tombak upaya membendung migrasi dari Amerika Tengah.

"Angka popularitasnya tidak terlalu tinggi, tapi dia juga belum mendapat banyak liputan pers," kata Victor.

"Dia belum menjadi pusat perhatian dalam wacana politik selama beberapa tahun terakhir… tapi menurut saya apa yang akan kita lihat adalah peningkatan besar-besaran."

 

6 dari 6 halaman

Mampukah Harris Kalahkan Trump?

Hal ini masih menjadi pertanyaan besar bagi Partai Demokrat.

Alan Fisher dari Al Jazeera, melaporkan dari Washington, DC, mengatakan bahwa meskipun Biden mendukung Harris, itu tidak berarti dia akan menerima dukungan dari Partai Demokrat, yang memiliki waktu kurang dari sebulan hingga konvensi dimulai.

"Demokrat mungkin tidak ingin bertarung di lantai konvensi di Chicago," kata Fisher.

"Ini kelihatannya tidak pantas, sehingga mereka mungkin akan segera bersatu di sekitar Kamala Harris, dan kemudian mencari wakil presiden yang mungkin akan membantu mereka di bidang lain".

Jajak pendapat baru-baru ini yang dilakukan setelah kinerja debat Biden yang lemah melawan Trump tidak menunjukkan bahwa Harris lebih mungkin mengalahkan Trump pada bulan November dibandingkan Biden. Pendukung Harris berpendapat bahwa jajak pendapat tersebut mungkin berubah karena Biden tersingkir.

Misalnya, jajak pendapat Economist/YouGov yang dirilis pekan lalu menunjukkan bahwa Biden akan kalah dari Trump sebesar 41 persen berbanding 43 persen. Jajak pendapat tersebut menunjukkan Harris kalah dari Trump sebesar 39 persen berbanding 44 persen.