Sukses

Cerita Atlet Ukraina Bangkit dari Perang Demi Berlaga di Olimpiade

Iryna Koliadenko mengatakan bahwa akan sulit untuk bertemu atlet Rusia di Paris, mengingat efek perang masih melukai hatinya.

Liputan6.com, Kyiv - Pegulat Iryna Koliadenko berlatih di pusat kebugaran Ukraina, Kyiv, pada Februari 2022 ketika serangan Rusia terjadi.

Rusia melancarkan invasi besar-besaran ke negaranya yang mengundang kecaman internasional dan menyebabkan banyak warga Ukraina melarikan diri demi keselamatan mereka.

Koliadenko harus mengemasi barang-barang dan pergi ke Irpin -- pinggiran kota Kyiv -- untuk berkumpul dengan keluarganya.

Beberapa hari kemudian, mereka terpaksa bersembunyi di ruang bawah tanah tanpa pemanas atau aliran listrik ketika pasukan Rusia menyerbu masuk.

"Tentu saja, sulit untuk mempersiapkan Olimpiade dalam kondisi seperti itu. Sulit karena penembakan terus-menerus," katanya dikutip dari CNA, Kamis (25/7/2024).

Apartemen atlet dan keluarganya hancur karena pendudukan Rusia di beberapa wilayah. Namun, dia menganggap dirinya beruntung lantaran masih hidup.

Kementerian olahraga Ukraina mengatakan bahwa lebih dari 300 atlet Ukraina telah tewas, sementara ratusan fasilitas pelatihan telah hancur atau rusak sejak dimulainya invasi.

Olimpiade Paris, yang dimulai pada Jumat (26/7), akan menjadi tantangan bagi atlet Ukraina seperti Koliadenko lantaran hidupnya telah berubah total akibat perang yang sedang berlangsung.

Wanita berusia 25 tahun itu mengatakan bahwa akan sulit untuk bertemu atlet Rusia di Paris.

“Saya bersikap negatif. Tentu saja, kami ingin mereka pergi, karena mereka adalah musuh kami. Bagi kami, mereka adalah orang-orang yang menghancurkan hidup kami,” tambahnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Rusia di Olimpiade

Rusia, yang secara historis merupakan salah satu peserta Olimpiade terbesar, dan sekutu dekatnya Belarus telah dilarang mengirimkan tim resmi ke Paris karena invasi Ukraina.

Namun, atlet perorangan dalam beberapa cabang olahraga telah diizinkan untuk mendaftar sebagai atlet netral jika mereka lulus ujian khusus Komite Olimpiade Internasional (IOC).

Menurut pejabat IOC, puluhan atlet Rusia -- termasuk 10 pegulat -- akan bertanding hanya dalam 10 cabang olahraga tahun ini, turun dari 30 beberapa tahun lalu.

Kementerian Olahraga Ukraina telah mengeluarkan pedoman yang menyarankan para atlet mereka untuk menjaga jarak.

Sementara itu, federasi olahraga internasional telah sepakat bahwa atlet Ukraina tidak akan didiskualifikasi jika mereka menolak berjabat tangan dengan atlet Rusia dan Belarusia.

Vadym Gutzeit, presiden Komite Olimpiade Nasional Ukraina, mencatat bahwa tidak ada atlet dari kedua negara yang mengatakan bahwa mereka menentang perang.

"Jadi kami tidak akan berdiri bersama mereka, berkomunikasi, atau mendukung mereka," katanya.

"Bagi kami, yang terpenting adalah keselamatan atlet kami dan bahwa mereka akan mengendalikan diri, jadi tidak ada provokasi dari pihak mereka."

3 dari 3 halaman

Ukraina di Olimpiade Paris 2024

Lebih dari 100 atlet akan mewakili Ukraina dalam 22 cabang olahraga termasuk panahan, tinju, senam, Judo, dan dayung.

Koliadenko, yang memenangkan medali perunggu pada nomor gaya bebas putri 62 kg di Olimpiade Tokyo 2020, berharap untuk memenangkan lebih banyak tahun ini.

Tetapi Olimpiade sekarang lebih berarti daripada sekadar penghargaan.

Saat berada di Irpin, ia menunjukkan kepada CNA sebuah ruangan di dalam stadion yang hancur tempat ia biasa berlatih. Yang tersisa hanyalah puing-puing dan dinding yang penuh dengan lubang peluru dan pecahan peluru.

Koliadenko berharap dapat membuktikan bahwa perang pun tidak dapat menghentikannya untuk membuat negaranya bangga.

"Bagi saya, ini adalah tanggung jawab Ukraina. Saat kami pergi ke luar negeri, untuk menunjukkan bahwa meskipun ada perang, dan itu sangat menakutkan, kami mengerahkan seluruh kekuatan kami untuk menang di bidang olahraga, untuk mengibarkan bendera Ukraina, untuk mengumandangkan lagu kebangsaan Ukraina, dan agar seluruh dunia mendengar dan melihat, tidak melupakan, dan membantu kami,” katanya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.