Liputan6.com, Jakarta - Brasil telah mencatat kematian pertama di dunia akibat virus Oropouche, demikian diumumkan oleh Kementerian Kesehatan negara itu pada Kamis (25/7/2024). Dua perempuan meninggal dunia akibat penyakit yang ditularkan oleh lalat dan nyamuk yang terinfeksi tersebut.
Kedua perempuan tersebut berasal dari negara bagian Bahia di bagian timur laut Brasil. Keduanya berusia di bawah 30 tahun, dan tidak memiliki penyakit bawaan, namun menderita gejala yang mirip dengan kasus demam berdarah yang parah, tulis Kementerian Kesehatan dalam pernyataannya.
Baca Juga
Situs Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) menyebutkan saat ini penyebaran virus Oropouche diketahui terjadi di sejumlah wilayah di Bolivia, Brasil, Kolombia, Kuba dan Peru, dikutip dari laman VOA Indonesia, Sabtu (27/7).
Advertisement
Kementerian Kesehatan Brasil mencatat terdapat 7.236 kasus infeksi virus Oropouche yang tercatat pada tahun 2024, di mana mayoritas terjadi di negara bagian Amazonas dan Rondonia.
Menurut CDC, gejala Oropouche biasanya dimulai empat sampai delapan hari setelah individu mengalami gigitan nyamuk yang terinfeksi.
Gejalanya biasanya bertahan selama tiga hingga enam hari, ujar Kementerian Kesehatan, dan gejalanya mirip dengan demam berdarah seperti demam, nyeri otot, sendi kaku, sakit kepala, muntah, mual, menggigil atau sensitivitas terhadap cahaya.
Kasus yang parah dapat berujung pada komplikasi berbahaya seperti meningitis.
Oropouche pertama kali terdeteksi di Brasil pada tahun 1960, menurut Kementerian Kesehatan.
Kebanyakan kasus dilaporkan terjadi di wilayah Amazon di Brasil, namun wabah dan sejumlah kasus lainnya juga dilaporkan terjadi di wilayah lain di Amerika Latin.
Wabah Penyakit yang Ditularkan Lewat Air Pasca-Banjir di Brasil Tewaskan 4 Orang
Sementara itu, pada Mei 2024, pihak berwenang di negara bagian Rio Grande do Sul, Brasil mengkonfirmasi telah terjadi 54 kasus penyakit leptospirosis yang ditularkan melalui air setelah wilayah tersebut mengalami banjir yang belum pernah terjadi sebelumnya pada April dan Mei 2024.
Empat orang lainnya meninggal setelah tertular penyakit yang ditularkan melalui air yang terkontaminasi urin hewan yang terinfeksi, seperti tikus.
Sebanyak 800 kasus yang dicurigai saat ini sedang diselidiki, kata departemen kesehatan negara bagian itu dalam sebuah pernyataan, dikutip dari laman BBC.
Lebih dari 165 orang tewas dalam banjir dan banyak lainnya masih hilang.
Lebih dari 2,3 juta warga Brasil dari 469 kota di Rio Grande do Sul terkena dampak apa yang digambarkan oleh pemerintah Brasil sebagai "bencana iklim".
Setidaknya 581.000 orang mengungsi, sementara akomodasi sementara mampu menampung 55.000 Gaucho (orang dari Rio Grande do Sul), menurut laporan media lokal.
Banyak kota di negara bagian ini yang masih terendam air dan kondisinya bisa menyebabkan peningkatan kasus leptospirosis.
Advertisement
Gejala Penyakit
Gejala penyakit ini meliputi demam, nyeri otot, dan mual yang diikuti muntah.
Departemen kesehatan negara bagian tersebut telah memperingatkan warga bahwa air banjir dapat bercampur dengan limbah, sehingga menyebabkan penularan penyakit seperti leptospirosis dan hepatitis A.
Brazil melakukan vaksinasi terhadap penduduknya terhadap penyakit hepatitis A, namun mengingat besarnya penyakit ini, mereka menyarankan masyarakat untuk tetap menghindari konsumsi air atau makanan yang mungkin terkontaminasi dengan air akibat banjir.
Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence