Â
Liputan6.com, Washington, DC - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengambil keputusan mengejutkan untuk keluar dari persaingan dari Pilpres AS 2024. Dia memilih untuk tidak mengabarkannya secara langsung melainkan secara online.
Baca Juga
Tiga hari kemudian, tepatnya pada Rabu (24/7/2024) dia menjelaskan alasannya mundur dalam pidato di Oval Office.
Advertisement
Pidatonya kadang-kadang penuh harapan, terkadang tegas, kadang-kadang sedih. Biden berbicara mengenai masa lima dekade dia mengabdi di pemerintahan, menggembar-gemborkan catatan pencapaian domestik dan politiknya, namun kemudian menyerukan pemimpin baru yang energik untuk menghadapi berbagai tantangan mendatang.
Seperti dilansir VOA Indonesia, Sabtu (27/7), Biden mengatakan, "Tak ada – tak ada – yang dapat menghalangi jalan untuk menyelamatkan demokrasi kita. Ini mencakup ambisi pribadi. Jadi, saya memutuskan cara terbaik untuk maju adalah dengan meneruskannya ke generasi baru. Ini adalah cara terbaik untuk menyatukan bangsa kita. Anda tahu, ada masa dan tempat bagi pengalaman bertahun-tahun dalam kehidupan publik. Juga ada waktu dan tempat untuk suara-suara baru. Suara-suara segar. Ya, suara-suara yang lebih muda. Dan waktu serta tempatnya adalah sekarang."
Biden juga berterima kasih kepada Wakil Presiden Kamala Harris. Dia menyebut Harris sebagai seseorang yang berpengalaman, tangguh, dan kapabel. Namun, Biden menambahkan, "Pilihannya terserah Anda."
Â
Ahli Merespons Pidato Biden
Dalam pidatonya, Biden tidak menyinggung nama calon presiden Partai Republik dalam pilpres mendatang. Namun, para analis mengatakan peringatan keras Biden semuanya menjurus ke satu orang.
Jennifer Mercieca, profesor komunikasi dan jurnalisme di A&M University Texas, menuturkan, "Dia berbicara mengenai polarisasi. Dia berbicara mengenai kekerasan dan kekerasan politik. Semua itu adalah hal-hal yang mengingatkan pada (mantan presiden) Donald Trump dan masa kepresidenannya. Dia berbicara mengenai berbagai ancaman yang dihadapi negara sewaktu pertama kali menjabat, pada Januari 2021. Dan itu pasti mengenai Donald Trump. Tapi ya, ini bukan tempatnya bagi dia untuk berbicara mengenai Donald Trump. Ini bukan tempatnya bagi dia untuk memberikan pidato kampanye."
Biden mengatakan tugasnya sekarang ini akan berfokus pada berbagai tantangan di dalam negeri seperti hak-hak sipil dan kebebasan para pemilih, reformasi keselamatan senjata api, upaya mengakhiri kanker, dan reformasi Mahkamah Agung. Dia juga menyebut tantangan besar yang dihadapi AS di luar negeri, dengan perang yang berkecamuk di Gaza dan Ukraina, dan China yang semakin berani di kawasan Indo-Pasifik.Â
Jim Kessler, wakil presiden eksekutif bidang kebijakan di lembaga kajian Third Way, menilai, "Dia seperti atlet yang akan masuk Hall of Fame dan pensiun dan, Anda tahu, disambut sorak sorai massa, akhirnya, atas karier panjangnya yang luar biasa selama 50 tahun."
Biden memahami dengan jelas bahwa pidatonya juga merupakan puncak yang dramatis. Jadi, dia menggunakan kata-kata terakhirnya untuk mengemukakan fakta, "Hal luar biasa mengenai AS adalah di sini, raja dan diktator tidak berkuasa, rakyatlah yang berkuasa. Sejarah berada di tangan Anda. Kekuasaan ada di tangan Anda. Gagasan mengenai AS berada di tangan Anda."
Advertisement