Sukses

6 Laba-Laba Paling Beracun di Dunia

Racun dari beberapa spesies dapat menghasilkan lesi kulit pada manusia atau menghasilkan reaksi alergi yang mengakibatkan kematian. Berikut beberapa laba-laba paling beracun di dunia.

Liputan6.com, Jakarta - Laba-laba adalah hewan berbuku-buku (arthropoda) dengan dua segmen tubuh, empat pasang kaki, tak bersayap, dan tak memiliki kaki pengunyah. Meski berukuran kecil, laba-laba menyimpan bahaya yang cukup serius.

Beberapa spesies laba-laba memiliki racun yang sangat kuat dan dapat membahayakan manusia. Laba-laba beracun memang tidak banyak menyebabkan kematian pada manusia, karena racunnya dirancang untuk bekerja pada hewan yang lebih kecil.

Namun racun dari beberapa spesies dapat menghasilkan lesi kulit pada manusia atau menghasilkan reaksi alergi yang mengakibatkan kematian. Berikut beberapa laba-laba paling beracun di dunia.

1. Laba-laba Brown Recluse

Melansir laman Live Science pada (29/07/2024), laba-laba Brown Recluse (Loxosceles reclusa) memiliki sifat pemalu dan cenderung bersembunyi di tempat gelap untuk berlindung. Laba-laba ini akan menggigit jika merasa terancam.

Gigitannya mengandung yang dapat menyebabkan nekrosis kulit (pembusukan). Bekas luka gigitan laba-laba beracun ini akan mengalami gejala seperti rasa terbakar dan gatal.

Demam dan mual akan muncul beberapa jam setelah gigitan. Dalam kasus ekstrem, racun dapat menyebabkan reaksi serius atau bahkan kematian, terutama pada kelompok yang lebih rentan seperti anak kecil dan orang tua.

 

2 dari 3 halaman

Black Widow

2. Laba-laba Black Widow

Laba-laba Black Widow adalah salah satu Latrodectus paling berbisa yang dapat ditemukan di setiap benua kecuali Antartika. Laba-laba ini cukup berbisa, terutama Black Widow betina.

Racunnya diperkirakan 15 kali lebih kuat daripada ular berbisa. Untungnya, mereka tidak mengeluarkan banyak racun dalam gigitannya, sehingga jarang terjadi kasus kematian.

Ketika digigit laba-laba Black Widow, manusia akan mengalami gejala mual, demam, berkeringat, gelisah, kram otot, hingga sesak napas selama beberapa hari.

3. Laba-laba Brazilian Wandering

Brazilian Wandering menjadi salah satu laba-laba paling beracun yang sangat agresif dan aktif memburu mangsanya pada malam hari. Laba-laba ini termasuk dalam genus Phoneutria, dalam bahasa Yunani berarti "pembunuh".

Racun neurotoksin sangat menyakitkan dapat memengaruhi sistem saraf, dan kehilangan kontrol otot. Selain itu, racunnya juga bisa menyebabkan peningkatan keringat dan air liur, masalah pernapasan, bahkan dalam beberapa kasus, menyebabkan ereksi berkepanjangan.

 

3 dari 3 halaman

Yellow Sac

4. Laba-laba Yellow Sac

Yellow Sac menjadi laba-laba paling beracun selanjutnya. Yellow Sac atau laba-laba kantung kuning (Cheiracanthium) termasuk dalam keluarga Cheiracanthiidae dan lebih banyak menggigit manusia daripada jenis laba-laba lainnya.

Jenis Arachnida ini tersebar di seluruh dunia dan termasuk laba-laba yang cukup beracun. Gigitan laba-laba kantung kuning ini cukup menyakitkan dan dapat menyebabkan legiun nekrotik, serta kemerahan, bengkak, dan luka di sekitar lokasi gigitan.

Yellow sac adalah predator nokturnal, pada siang hari mereka cenderung bersembunyi di jaring kepompong kecil.

5. Laba-laba Funnel-web

Funnel-web termasuk keluarga laba-laba dalam ordo Araneida. Spesies Funnel-web yang paling dikenal adalah Evagrus, Brachythele, Microhexura, Trechona, dan anggota beracun dari genus Atrax di Australia.

Spesies Atrax robustus dan A. formidabilis adalah laba-laba besar yang sangat ditakuti di Australia karena bisa gigitannya yang menyebabkan beberapa kematian manusia.

6. Laba-laba Redback

Redback (Latrodectus hasselti) adalah laba-laba beracun yang cenderung tidak agresif dan akan berpura-pura mati saat diganggu. Namun, laba-laba Redback betina yang mempertahankan telurnya kemungkinan besar akan menggigit ketika merasa terancam.

Racunnya adalah campuran neurotoksin yang disebut alpha-latrotoxins. Racun laba-laba ini dapat menyebabkan rasa sakit, berkeringat, detak jantung yang cepat, dan pembengkakan kelenjar getah bening.

Laba-laba ini dapat memoderasi jumlah racun yang disuntikkan, dan tingkat keparahan gejala sering kali bergantung pada seberapa banyak racun yang diberikan.

(Tifani)