Sukses

Putin Ancam Mulai Kembali Produksi Senjata Nuklir Jarak Menengah bila AS Sebarkan Rudal ke Eropa

AS dan Rusia sebelumnya terikat dalam perjanjian pengendalian senjata, namun situasi berubah pada tahun 2019.

Liputan6.com, Moskow - Presiden Rusia Vladimir Putin pada hari Minggu (28/7/2024) mengancam akan meluncurkan kembali produksi senjata nuklir jarak menengah jika Amerika Serikat (AS) mengonfirmasi niatnya untuk menyebarkan rudal ke Jerman atau tempat lain di Eropa.

"Jika Amerika Serikat melaksanakan rencana tersebut, kami akan menganggap diri kami terbebas dari moratorium sepihak yang sebelumnya diadopsi terkait penyebaran kemampuan serangan jarak menengah dan pendek," kata Putin saat parade angkatan laut di Saint Petersburg, seperti dilansir CNA, Senin (29/7).

Putin menambahkan bahwa sekarang di Rusia "pengembangan sejumlah sistem tersebut sedang dalam tahap akhir".

"Kami akan mengambil langkah-langkah serupa dalam menyebarkannya, dengan mempertimbangkan tindakan AS, satelitnya di Eropa, dan di wilayah lain di dunia," ungkap Putin.

Rudal semacam itu, yang dapat menempuh jarak antara 500 km dan 5.500 km, merupakan subjek perjanjian pengendalian senjata yang ditandatangani oleh AS dan Uni Soviet pada tahun 1987.

Namun, baik Washington maupun Moskow menarik diri dari Perjanjian Kekuatan Nuklir Jarak Menengah pada tahun 2019, masing-masing menuduh pihak lain melakukan pelanggaran.

Rusia kemudian mengatakan tidak akan memulai kembali produksi rudal tersebut selama AS tidak menyebarkan rudalnya di luar negeri.

Pada awal Juli, Washington dan Berlin mengumumkan bahwa penyebaran berkala rudal jarak jauh AS, termasuk rudal jelajah Tomahawk, ke Jerman akan dimulai pada tahun 2026.

Putin menegaskan situs administratif dan militer penting Rusia akan berada dalam jangkauan rudal, yang di masa depan dapat dilengkapi dengan hulu ledak nuklir.

"Wilayah kami akan berada dalam jarak sekitar 10 menit dari serangan yang diluncurkan," sebut Putin.

2 dari 2 halaman

Perang Dingin Kembali?

Presiden Rusia itu juga menyebutkan bahwa AS telah menyebarkan sistem rudal jarak menengah Typhon di Denmark dan Filipina dalam latihan baru-baru ini.

"Situasi ini mengingatkan kita pada peristiwa Perang Dingin yang terkait dengan penyebaran rudal jarak menengah Pershing AS di Eropa," tutur Putin.

AS menyebarkan rudal balistik Pershing AS di Jerman Barat pada tahun 1980-an saat puncak Perang Dingin.

Rudal AS terus ditempatkan selama reunifikasi Jerman dan hingga tahun 1990-an.

Namun, setelah berakhirnya Perang Dingin, AS secara signifikan mengurangi jumlah rudal yang ditempatkan di Eropa karena ancaman dari Rusia mereda.

Kremlin telah memperingatkan pada pertengahan Juli bahwa usulan penempatan AS akan berarti ibu kota Eropa akan menjadi target rudal Rusia.

"Kami mengambil langkah mantap menuju Perang Dingin. Semua atribut Perang Dingin dengan konfrontasi langsung akan kembali," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov.

Video Terkini