Sukses

Negara-negara Timur Tengah Peringatkan Eskalasi Berbahaya Israel-Hizbullah, Demi Cegah Front Perang Baru di Lebanon

Kementerian luar negeri Mesir memperingatkan agar tidak membuka front perang baru di Lebanon setelah serangan Majdal Shams, dengan menekankan risiko konflik regional yang lebih luas.

Liputan6.com, Beirut - Beberapa negara Timur Tengah mengeluarkan peringatan pada hari Minggu (28/7/2024) tentang eskalasi yang berpotensi berbahaya antara Israel dan Hizbullah, kelompok yang bermarkas di Lebanon, setelah serangan roket ke Majdal Shams di Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel menewaskan sedikitnya 12 orang.

Kementerian luar negeri Mesir memperingatkan agar tidak membuka front perang baru di Lebanon setelah serangan Majdal Shams, dengan menekankan risiko konflik regional yang lebih luas. Kementerian itu menggarisbawahi pentingnya mendukung Lebanon, rakyatnya, dan lembaga-lembaganya untuk mencegah konflik lebih lanjut.

Sufyan Qudah, juru bicara kementerian luar negeri Yordania, menyatakan bahwa agresi Israel yang sedang berlangsung di Gaza dapat menyebabkan peningkatan ketegangan dan eskalasi, yang mengancam stabilitas regional. Ia menyerukan tindakan internasional untuk segera menghentikan agresi, mengurangi penderitaan kemanusiaan, melindungi warga Palestina, dan menjaga keamanan regional.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Nasser Kanaani memperingatkan Israel agar tidak melakukan "petualangan" baru terhadap Lebanon dengan "dalih" serangan roket.

Nasser Kanaani mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa Israel berusaha mengalihkan opini publik global dan perhatian dari "kejahatan yang meluas" terhadap warga Palestina dengan menggunakan "skenario yang dibuat-buat."

Sementara itu, Israel mengaitkan serangan roket di Majdal Shams dengan Hizbullah dan bersumpah akan membalas dendam terhadap kelompok militer Lebanon. Namun, Hizbullah membantah terlibat dalam insiden tersebut.

Menteri Luar Negeri Lebanon Abdallah Bou Habib menyerukan penyelidikan internasional, dengan menyarankan pertemuan di bawah United Nations Interim Force (Pasukan Sementara Perserikatan Bangsa-Bangsa) di Lebanon untuk memeriksa serangan tersebut.

Sementara itu, sumber militer di Lebanon melaporkan pada hari Minggu (28/7) bahwa serangan udara Israel terhadap enam kota dan desa pada malam hari, menghancurkan enam rumah dan merusak 30 lainnya.

Sumber tersebut, yang lebih suka tidak disebutkan namanya, juga mencatat peningkatan aktivitas pesawat nirawak Israel di Lebanon timur dan selatan, yang mungkin terkait dengan ancaman terhadap Hizbullah setelah serangan roket tersebut.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Lebanon Kian Panas Akibat Konflik Hizbullah-Israel, AS Keluarkan Travel Advisory hingga Penerbangan Terganggu

Di sisi lain, Amerika Serikat (AS) mengeluarkan travel advisory (peringatan perjalanan) bagi warganya di Lebanon pada hari Minggu (28/7/2024) di tengah meningkatnya ketegangan regional yang telah mengganggu jadwal penerbangan, menurut Kedutaan Besar AS di Beirut.

Kekhawatiran akan perang habis-habisan di Lebanon telah meningkat dalam beberapa minggu terakhir karena bentrokan keras antara Israel dan Hizbullah, kelompok militan yang didukung Iran, telah meningkat. Kedua belah pihak telah terlibat dalam pertukaran lintas batas yang sering terjadi sejak Israel melancarkan serangannya di Gaza, tempat Hamas, sekutu Hizbullah beroperasi.

Menanggapi konflik tersebut, Middle East Airlines (MEA) mengumumkan bahwa beberapa penerbangan yang awalnya dijadwalkan tiba di Beirut pada malam hari tanggal 28 Juli kini mendarat keesokan paginya, tanggal 29 Juli, menurut kedutaan.

Maskapai penerbangan lain juga dilaporkan menyesuaikan jadwal mereka karena kekerasan yang sedang berlangsung.

Menurut penghitungan AFP, setidaknya 481 orang telah tewas di Lebanon sejak 7 Oktober, termasuk 94 warga sipil. Di pihak Israel, setidaknya 15 tentara dan 11 warga sipil telah tewas.

Kedutaan Besar AS mendesak para pelancong Amerika untuk memantau status penerbangan mereka dengan cermat dan tetap fleksibel dengan rencana mereka, karena rencana perjalanan dapat berubah dengan sedikit atau tanpa pemberitahuan.

Travel Advisory (nasihat perjalanan) AS saat ini merekomendasikan untuk mempertimbangkan kembali perjalanan ke Lebanon karena serangan mematikan di wilayah tersebut.

3 dari 5 halaman

14 Negara Keluarkan Imbauan, Minta Warga Hindari Lebanon Imbas Tensi Tinggi Konflik Israel-Hizbullah

Sebelumnya, lima negara telah meminta warganya untuk meninggalkan Lebanon, di tengah meningkatnya kekhawatiran akan perang besar-besaran antara Israel dan kelompok Hizbullah Lebanon. Mengikuti jejak imbauan dua negara lainnya yakni AS dan Inggris.

Update terkini, ada tujuh negara lagi mengeluarkan peringatan terkait tensi di Lebanon. Jadi, total saat ini sudah ada 14 negara yang meminta warga negaranya untuk menghindari Lebanon.

Situs almayadeen.net yang dikutip Selasa  (2/7/2024) menyebut Duta Besar Rusia untuk Lebanon Alexander Rudakov meminta warga Rusia untuk menunggu situasi mereda dan menekankan bahwa "tidak ada alasan untuk menimbulkan kepanikan yang serius," seraya menekankan bahwa misi diplomatik beroperasi secara normal dan memastikan bahwa mereka menerapkan keamanan yang diperlukan tindakan untuk stafnya.

Situs pna.gov.ph menyebut Kedutaan Besar Rusia di Beirut juga merekomendasikan warganya di Lebanon untuk menahan diri bepergian ke negara Arab tersebut.

Sementara itu, Australia "sangat menyarankan" warganya untuk tidak melakukan perjalanan ke wilayah tersebut, dan mendorong warga yang sudah berada di Lebanon untuk segera meninggalkan negara tersebut ketika pesawat komersial masih beroperasi.

Selain itu, Kementerian Luar Negeri Irlandia meminta warga negaranya di Lebanon untuk berhati-hati dan menghindari wilayah tertentu di wilayah tersebut.

Departemen Luar Negeri Irlandia mengatakan bahwa warga negaranya harus menghindari perjalanan ke Lebanon dan mereka yang saat ini berada di negara tersebut harus meninggalkan negara itu selagi opsi komersial tersedia, mengutip “meningkatnya bentrokan di sepanjang perbatasan selatan dalam beberapa minggu terakhir” dalam sebuah pernyataan yang diperbarui pada hari Jumat (28/6).

Sementara itu, Yordania mendesak warga negaranya pada hari Jumat (28/7) untuk menghindari perjalanan ke Lebanon.

Situs Al Monitor menyebut, Kementerian Luar Negeri Yordania dalam sebuah pernyataan pada hari Jumat meminta warga Yordania untuk "menghindari perjalanan ke republik saudara Lebanon saat ini," dengan alasan “perkembangan" yang tidak menentu di wilayah tersebut dan "keselamatan" warga negara di luar negeri.

Kementerian Luar Negeri Yordania menegaskan kembali bahwa mereka mengeluarkan peringatan perjalanan ke Lebanon pada akhir Oktober, tak lama setelah dimulainya perang Gaza.

Selengkapnya di sini...

4 dari 5 halaman

Hizbullah Bantah Bertanggung Jawab atas Serangan ke Dataran Tinggi Golan, Sebut Rudal Pencegat Israel Penyebab Tewasnya 12 Anak

Sebelumnya, kelompok Hizbullah yang berbasis di Lebanon membantah bertanggung jawab dan menekankan tidak ada hubungannya sama sekali atas serangan roket ke Majdal Shams di Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel. Serangan menghantam sebuah lapangan sepak bola pada Sabtu (27/7/2024), yang menurut kantor perdana menteri Israel menewaskan 12 anak dan remaja serta melukai 44 orang lainnya.

Seperti dikutip dari Axios, Senin (29/1), pejabat Hizbullah mengaku kepada PBB bahwa apa yang terjadi pada Sabtu disebabkan oleh rudal pencegat Israel. Namun, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) membantah hal itu.

 Koresponden BBC Nafiseh Kohnavard dalam unggahannya di platform X alias Twitter menyoroti bahwa banyak pertanyaan seputar peristiwa di Majdal Shams. Dia mengatakan bahwa pola serangan Hizbullah selama 10 bulan terakhir terutama menargetkan sasaran militer. Bahkan setelah serangan terhadap properti pemukim Israel, Hizbullah mengonfirmasi tindakannya dengan menggarisbawahi lokasi yang ditargetkan digunakan oleh militer Israel.

Juru bicara IDF Daniel Hagari sebelumnya mengatakan bahwa Hizbullah bertanggung jawab atas serangan tersebut. Itu, kata dia, merupakan peristiwa paling serius yang menargetkan warga sipil Israel sejak serangan 7 Oktober 2023 oleh Hamas.

Menurut Hagari, serangan dilakukan oleh roket Falaq-1 buatan Iran dengan hulu ledak seberat 45 kg dan hanya Hizbullah yang memiliki roket semacam itu di Lebanon. 

Selain Israel, Amerika Serikat (AS) pun turut menyalahkan Hizbullah.

"Serangan ini dilakukan oleh Hizbullah di Lebanon. Itu adalah roket mereka dan diluncurkan dari wilayah yang mereka kuasai," kata Gedung Putih dalam sebuah pernyataan pada hari Minggu, seperti dilansir CNA.

5 dari 5 halaman

Israel Tidak Akan Tinggal Diam

Adapun Israel bersumpah Hizbullah akan membayar peristiwa pada Sabtu (27/7), memicu kekhawtairan akan perang habis-habisan di kawasan.

Pada Minggu (28/7), pesawat tempur Israel dilaporkan melancarkan serangan udara yang menargetkan Hizbullah, jauh di dalam wilayah Lebanon dan di sepanjang perbatasan. Belum jelas apakah ada korban dari serangan tersebut.

"Hizbullah bertanggung jawab atas ini dan mereka akan membayarnya," ujar Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant seperti dilansir CNN.

Sekitar 20.000 warga Arab Druze tinggal di Dataran Tinggi Golan, wilayah yang direbut Israel dari Suriah pada tahun 1967 selama Perang Enam Hari. Wilayah itu kemudian dianeksasi pada tahun 1981.

Dianggap sebagai wilayah pendudukan berdasarkan hukum internasional dan resolusi Dewan Keamanan PBB, wilayah itu juga merupakan rumah bagi sekitar 25.000 pemukim Yahudi Israel.

Sebagian besar warga Druze di sana mengidentifikasi diri sebagai warga Suriah dan telah menolak tawaran kewarganegaraan Israel. Dewan Regional Majdal Shams mengatakan pada hari Minggu bahwa tidak satu pun dari 12 anak yang tewas memiliki kewarganegaraan Israel.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mempersingkat kunjungannya ke AS dan kembali ke Israel untuk mengadakan pertemuan kabinet keamanan di Tel Aviv guna membahas situasi pasca serangan. Kantornya mengatakan setelah pertemuan tersebut bahwa kabinet telah memberi wewenang kepada perdana menteri dan menteri pertahanan untuk memutuskan sifat tanggapan terhadap organisasi teror Hizbullah dan waktunya.

Netanyahu sebelumnya menyatakan bahwa dia terkejut oleh serangan tersebut.

"Saya dapat mengatakan bahwa Negara Israel tidak akan tinggal diam tentang hal ini. Kami tidak akan mengesampingkan hal ini," ujarnya. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.