Liputan6.com, Tel Aviv - Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan pada Selasa (30/7/2024) malam bahwa mereka membunuh Fuad Shukr, komandan militer tertinggi Hizbullah, dalam sebuah serangan di pinggiran selatan Beirut, Lebanon.
"Dalam sebuah pemusnahan yang ditargetkan dan berdasarkan intelijen, jet tempur Angkatan Udara Israel melenyapkan komandan militer paling senior Hizbullah dan kepala unit strategisnya, Fuad Shukr 'Sayyid Muhsan', di wilayah Beirut," kata IDF, seperti dilansir kantor berita Anadolu, Rabu (31/7).
Baca Juga
IDF mencatat bahwa Shukr menjabat sebagai "tangan kanan Sekretaris Jenderal Hizbullah Hassan Nasrallah dan merupakan penasihat Nasrallah untuk merencanakan dan mengarahkan operasi masa perang."
Advertisement
Pernyataan IDF mengklaim pula bahwa Shukr telah mengarahkan serangan Hizbullah terhadap Israel sejak 8 Oktober dan dia adalah komandan yang bertanggung jawab atas pembunuhan 12 anak di Kota Majdal Shams, Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel, pada Sabtu (27/7) sore.
Menurut laporan Kantor Berita Nasional milik pemerintah Lebanon, serangan Israel dilaporkan terjadi di sekitar markas besar Dewan Syura Hizbullah di Haret Hreik.
Disebutkan pula bahwa serangan itu dilakukan oleh pesawat nirawak Israel yang menembakkan tiga rudal ke sebuah gedung, menghancurkan dua lantai.
Kementerian Kesehatan Lebanon mengatakan seorang wanita dan dua anak tewas dan 69 lainnya terluka, tiga di antaranya kritis, dalam serangan itu.
Hizbullah telah membantah mendalangi serangan ke Dataran Tinggi Golan pada Sabtu.
Israel: Kami Tidak Ingin Berperang
Melansir the Times of Israel, IDF mengatakan tidak ada perintah bagi warga sipil untuk berlindung setelah serangan yang menewaskan Shukr.
"Kami memiliki sistem pertahanan udara yang sangat bagus, tetapi pertahanannya tidak kedap udara," kata juru bicara IDF Laksamana Muda Daniel Hagari, seraya menambahkan bahwa masyarakat harus waspada dan mengikuti pedoman Komando Front Dalam Negeri.
"Kami tidak ingin berperang, tetapi kami siap untuk itu. Hizbullah menyeret Lebanon dan seluruh Timur Tengah ke dalam eskalasi."
Advertisement