Liputan6.com, Washington, DC - Taruhannya semakin tinggi bagi otoritas pemilu Venezuela untuk menunjukkan bukti yang mendukung keputusannya untuk menyatakan Presiden Nicolas Maduro sebagai pemenang pilpres negara itu setelah Amerika Serikat (AS) pada hari Kamis (1/8/2024) mengakui kandidat oposisi Edmundo Gonzalez sebagai pemenang, mendiskreditkan hasil resmi pemungutan suara.
Pengumuman AS tersebut menyusul seruan dari berbagai pemerintah, termasuk sekutu dekat Maduro, agar Dewan Pemilihan Nasional Venezuela merilis penghitungan suara terperinci, seperti yang telah dilakukan dalam pemilu-pemilu sebelumnya.
Baca Juga
Dewan Pemilihan Nasional Venezuela menyatakan Maduro sebagai pemenang pada hari Senin (29/7/2024), namun koalisi oposisi utama mengungkapkan beberapa jam kemudian bahwa mereka memiliki bukti yang bertentangan dalam bentuk lebih dari dua per tiga lembar penghitungan yang dicetak setiap mesin pemungutan suara elektronik setelah pemungutan suara ditutup.
Advertisement
"Mengingat bukti yang sangat banyak, jelas bagi AS dan, yang terpenting, bagi rakyat Venezuela bahwa Edmundo Gonzalez Urrutia memenangkan suara terbanyak dalam Pilpres Venezuela pada 28 Juli," kata Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken, seperti dilansir kantor berita AP, Jumat (2/8).
Maduro menanggapi pernyataan tersebut dengan teguran singkat, "Amerika Serikat harus menjauhkan diri dari Venezuela!"
Pejabat pemerintah dari Brasil, Kolombia, dan Meksiko telah berkomunikasi terus-menerus dengan pemerintahan Maduro untuk meyakinkannya bahwa dia harus menunjukkan lembar penghitungan suara dari pilpres hari Minggu dan mengizinkan verifikasi yang tidak memihak. Demikian diungkapkan seorang pejabat pemerintah Brasil kepada AP pada hari Kamis.
Pada hari Kamis, pemerintah Brasil, Kolombia, dan Meksiko mengeluarkan pernyataan bersama yang menyerukan kepada otoritas pemilu Venezuela untuk bergerak maju dengan cepat dan merilis secara publik data pemungutan suara terperinci, namun mereka tidak mengonfirmasi adanya upaya diplomatik di balik layar untuk membujuk pemerintah Maduro agar menerbitkan penghitungan suara.
"Prinsip dasar kedaulatan rakyat harus dihormati melalui verifikasi hasil yang tidak memihak," kata mereka.
Oposisi Sembunyi demi Keselamatan
Pada hari Senin, setelah Dewan Pemilihan Nasional Venezuela menyatakan Maduro sebagai pemenang pilpres, ribuan pendukung oposisi turun ke jalan.
Pemerintah mengatakan telah menangkap ratusan pengunjuk rasa dan organisasi hak asasi manusia yang berbasis di Venezuela, Foro Penal, menuturkan bahwa 11 orang tewas. Puluhan lainnya ditangkap pada hari berikutnya, termasuk mantan kandidat oposisi, Freddy Superlano.
Pemimpin oposisi Maria Corina Machado — yang dilarang mencalonkan diri sebagai presiden — dan Gonzalez berpidato di hadapan unjuk rasa akbar para pendukung mereka di ibu kota, Caracas, pada hari Selasa, namun mereka tidak terlihat di depan umum sejak saat itu. Kemudian pada hari itu, presiden Majelis Nasional, Jorge Rodriguez, menyerukan penangkapan mereka, menyebut mereka penjahat dan fasis.
Dalam sebuah opini yang diterbitkan pada hari Kamis di Wall Street Journal, Machado mengatakan bahwa dia bersembunyi, takut akan keselamatan jiwanya, kebebasannya, dan rekan senegaranya. Dia menegaskan kembali oposisi memiliki bukti fisik bahwa Maduro kalah dalam pilpres dan mendesak masyarakat internasional untuk campur tangan.
"Kami telah memilih Tuan Maduro keluar," tulisnya. "Kini giliran masyarakat internasional untuk memutuskan apakah akan menoleransi pemerintahan yang jelas-jelas tidak sah."
Penindasan pemerintah selama bertahun-tahun telah mendorong para pemimpin oposisi Venezuela ke pengasingan.
Setelah opini tersebut dipublikasikan, tim Machado memberi tahu AP bahwa dia tengah "berlindung". Machado kemudian mengunggah video di media sosial yang menyerukan para pendukung untuk berkumpul pada hari Sabtu di seluruh negeri.
Â
Advertisement
Audit Pemilu
Pada hari Rabu, Maduro meminta Mahkamah Agung Venezuela untuk melakukan audit pemilu, tetapi permintaan tersebut langsung menuai kritik dari pengamat asing yang mengatakan pengadilan terlalu dekat dengan pemerintah untuk menghasilkan tinjauan independen.
Mahkamah Agung Venezuela sangat dekat dengan pemerintah Maduro. Para hakim pengadilan tersebut dicalonkan oleh pejabat federal dan disahkan oleh Majelis Nasional, yang didominasi oleh para simpatisan Maduro.
Pada hari Kamis, pengadilan menerima permintaan audit Maduro dan memerintahkan dia, Gonzalez, dan delapan kandidat lainnya yang berpartisipasi dalam pemilihan presiden untuk hadir di hadapan para hakim pada hari Jumat.
Ketika ditanya mengapa otoritas pemilu belum merilis penghitungan suara terperinci, Maduro mengatakan Dewan Pemilihan Nasional telah diserang, termasuk serangan siber, tanpa menjelaskan lebih lanjut.
Menurut oposisi, penghitungan suara menunjukkan Gonzalez memperoleh sekitar 6,2 juta suara dibandingkan dengan 2,7 juta suara untuk Maduro.
Venezuela memiliki cadangan minyak mentah terbukti terbesar di dunia dan pernah membanggakan ekonomi paling maju di Amerika Latin, tetapi negara itu jatuh bebas setelah Maduro mengambil alih pada tahun 2013.
Harga minyak yang anjlok hingga hiperinflasi yang melonjak melewati 130.000 persen menyebabkan keresahan sosial dan emigrasi massal di Venezuela.
Lebih dari 7,7 juta warga Venezuela telah meninggalkan negara itu sejak tahun 2014, mencatat eksodus terbesar dalam sejarah terkini Amerika Latin.