Sukses

Peneliti: Pakistan Berjuang Atasi Krisis Kesehatan

Kurangnya infrastruktur layanan kesehatan yang memadai menjadi salah satu tantangan terbesar Pakistan.

Liputan6.com, Islamabad - Peneliti di bidang medis Sakariya Kareem mengatakan, kurangnya infrastruktur layanan kesehatan yang memadai tetap menjadi salah satu tantangan terbesar Pakistan.

Pihaknya juga menyebut, ketidakstabilan politik sebagai alasan utama, dikutip dari laman Asianlite, Minggu (4/8/2024).

Warga Pakistan mengalami beberapa penyakit fatal baru-baru ini bahkan ketika pemerintah berjuang untuk mencegah dan menahan infeksi, yang menunjukkan memburuknya infrastruktur dan layanan layanan kesehatan.

Sementara Pakistan tetap menjadi salah satu dari sedikit negara yang menjadi tuan rumah virus polio, beberapa penyakit lain masih merajalela, menewaskan banyak orang di seluruh negeri.

Saat musim hujan tiba, beberapa penyakit yang ditularkan melalui vektor dan air telah melanda Pakistan.

Orang-orang telah dinyatakan positif terkena demam berdarah di semua kota besar termasuk Lahore, Karachi, Rawalpindi, dan Islamabad.

Di Lahore saja, larva penyebab demam berdarah ditemukan di lebih dari 1.300 lokasi. Hal ini memaksa pemerintah untuk mengeluarkan peringatan tinggi.

Demikian pula, malaria cukup umum di Pakistan dan telah mempengaruhi semua kelompok umur, menurut Pakistan Journal of Medical & Health Sciences.

Nasihat untuk melakukan mengimbau bagi mereka yang ingin bepergian ke Pakistan mempertimbangkan tentang risiko tinggi terkena malaria.

Setelah banjir yang belum pernah terjadi sebelumnya pada tahun 2022, Pakistan mengalami peningkatan jumlah pasien malaria di negara tersebut.

Kini, virus Zika telah ditemukan di Pakistan untuk pertama kalinya.

"Selama penelitian, kami mengonfirmasi keberadaan virus Zika di Pakistan, yang sebelumnya tidak terdeteksi," kata Dr. Najeeha Talat Iqbal, peneliti utama United World Antiviral Research Network.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Pakistan Rentan Demam Berdarah

Pakistan menjadi lebih rentan terhadap demam berdarah, malaria, dan penyakit lainnya setelah banjir tahun 2022.

"Baik malaria maupun demam berdarah merupakan penyakit endemik di Pakistan, tetapi wabah terbaru ini belum pernah terjadi sebelumnya dan mengancam akan membanjiri infrastruktur negara yang sudah rapuh dan rusak," demikian bunyi sebuah penelitian yang diterbitkan di Lancet.

Beberapa wilayah Pakistan juga melaporkan peningkatan kasus kolera dan tifus.

Anak-anak di Pakistan tetap paling rentan terhadap penyakit menular. Setidaknya 258 anak meninggal hanya dalam waktu satu bulan di provinsi Punjab yang makmur dan dominan secara politik akibat pneumonia awal tahun ini.

Provinsi terkemuka lainnya di Sindh melaporkan 181.000 kasus diare dan disentri, yang memengaruhi sejumlah besar anak-anak. UNICEF telah menyatakan keprihatinannya atas ancaman fatal yang dihadapi anak-anak di Pakistan, dan karenanya memohon dukungan internasional.

3 dari 4 halaman

Pakistan Sangat Terdampak Saat Pandemi COVID-19

Pakistan merupakan salah satu negara yang paling terdampak selama pandemi COVID-19.

Sekelompok peneliti dari Pakistan menyatakan keprihatinannya atas kondisi sistem perawatan kesehatan negara yang lemah dan meningkatnya kasus berbagai penyakit, khususnya demam berdarah.

"Demam berdarah menjadi lebih berbahaya sebagai akibat dari situasi genting seputar pandemi COVID-19. Sistem perawatan kesehatan Pakistan berantakan," tulis mereka dalam sebuah jurnal.

Sekarang, beberapa epidemi telah terjadi di Pakistan, para pasien berjuang untuk mendapatkan perawatan yang tepat. "Sebagian besar pasien menghadapi kesulitan karena kurangnya fasilitas pengujian dan laboratorium yang tepat di rumah sakit pemerintah dan swasta di distrik tersebut," kata seorang pasien bernama Mubarak Baloch.

Laporan pemerintah Inggris menyoroti masalah sistem perawatan kesehatan Pakistan. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyerukan revisi segera sistem kesehatan negara itu karena krisis kesehatan tidak terkendali.

Para pemimpin politik dan birokrat Pakistan disalahkan karena gagal mengendalikan penyebaran demam berdarah.

Kelalaian dalam mengambil tindakan pencegahan, memfasilitasi tes diagnostik, dan memastikan ketersediaan obat-obatan disorot.

 

4 dari 4 halaman

Kerentanan Masalah Kesehatan

Pakistan menjadi rentan terhadap ancaman kesehatan masyarakat yang besar, ungkap sebuah makalah penelitian oleh sekelompok praktisi medis di Pakistan.

"Hampir sepertiga penduduk Pakistan menderita infeksi yang mengancam jiwa, termasuk kolera, malaria, tifus, dan lain-lain. Meskipun pemerintah Pakistan telah memulai rencana untuk mengatasi masalah tersebut, masih ada kebutuhan untuk perbaikan," tulis mereka.

Pakistan berada di peringkat ke-154 di antara 195 negara, menurut studi Lancet, karena pengeluarannya untuk kesehatan masih sangat rendah.

Asosiasi Medis Pakistan (PMA) telah mengupayakan reformasi komprehensif dari pemerintah untuk mengekang penyebaran penyakit mematikan ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.