Sukses

Mengenal Hyperion, Bulan Saturnus yang Keluarkan Listrik

Hyperion adalah salah satu bulan terbesar Saturnus yang ditemukan oleh William Lassell pada 1848.

Liputan6.com, Jakarta - Saturnus merupakan planet yang dikenal dengan keberadaan cincin di sekelilingnya. Planet keenam dari matahari ini termasuk planet yang berukuran besar.

Saturnus memiliki banyak sekali satelit alami, setidaknya ada 146 bulan yang ditemukan oleh para astronom hingga saat ini. Hanya 53 bulan Saturnus yang diberi nama resmi, sementara 29 lainnya masih diteliti oleh para ilmuwan.

Satelit-satelit Saturnus bermacam-macam ukuran dan warna, bahkan beberapa berukuran hampir sama dengan bumi. Salah satu bulan Saturnus yang cukup menarik perhatian adalah Hyperion.

Hyperion adalah salah satu bulan terbesar Saturnus yang ditemukan oleh William Lassell pada 1848. Melansir laman NASA pada Rabu (07/08/2024), William Cranch Bond, bersama putranya George Phillips Bond, secara terpisah menemukan Hyperion pada tahun yang sama.

Ketiga orang ini secara bersama-sama dianggap berjasa atas penemuan tersebut. Nama Hyperion berasal dari dewa Yunani, putra Uranus dan Gaia.

Dalam mitologi, Anak-anak Hyperion dan Thea meliputi Helios (matahari), Eos (fajar) dan Selene (bulan). Berbeda dengan bulan-bulan lain, Hyperion memiliki bentuk yang tidak beraturan dan tidak berbentuk bola.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Jari-Jari

Jari-jari rata-rata Hyperion adalah 83,9 mil (135 kilometer), tetapi karena Hyperion berbentuk seperti kentang. Para ahli menjelaskan berdasarkan diameternya di sepanjang ketiga sumbunya yakni 255 x 163 x 137 mil.

Karena bentuknya yang aneh, para astronom memperkirakan Hyperion mungkin merupakan sisa dari bulan yang lebih besar yang hancur akibat benturan keras. Bulan Saturnus ini kerap dijuluki sebagai komet raksasa karena memiliki komposisi yang mirip.

Hyperion hampir serupa batu apung yang diperkirakan mengandung air es dengan celah (porositas) lebih dari 40 persen. Hyperion juga memiliki bahan yang lebih ringan, seperti metana beku atau karbon dioksida.

Hyperion diperkirakan terbentuk dari sejumlah badan es dan batu yang lebih kecil, tetapi tidak memiliki gravitasi yang cukup untuk memadatkannya. Dengan demikian, Hyperion mungkin mirip dengan tumpukan puing besar.

Hyperion diketahui berputar secara kacau, dan jatuh tak terduga melalui ruang saat mengorbit Saturnus. Hyperion mengorbit pada jarak rata-rata 933.000 mil (1.500.000 kilometer) dari Saturnus dalam orbit eksentrik.

Hal ini berkontribusi pada variasi dalam putaran atau rotasi Hyperion. Rotasi Hyperion beresonansi dengan bulan terbesar Saturnus, Titan, yang mengorbit pada 759.200 mil (1.221.850 kilometer).

 

3 dari 4 halaman

Mempercepat dan Memperlambat

Dengan demikian, kedua objek itu mempercepat dan memperlambat ketika mereka saling melewati dalam satu set variasi yang kompleks. Titan membuat orbit Hyperion eksentrik daripada tumbuh lebih melingkar dari waktu ke waktu.

Jarak yang sangat jauh dari Saturnus dan resonansi dengan Titan juga membuat Hyperion tidak terkunci rapat menghadapi Saturnus. Hyperion berputar secara kasar setiap 13 hari selama orbit 21 hari.

Hyperion memiliki permukaan yang mencolok yakni sangat berurat. Kawah Hyperion sangat dalam dan tidak memiliki sinar ejecta yang signifikan, meskipun tampaknya ada kemerosotan atau tanah longsor di dalam banyak kawah yang lebih besar.

Hal ini membuat Hyperion memiliki tampilan yang aneh, seperti permukaan spons atau sarang tawon. Ahli geologi planet telah berteori bahwa porositas tinggi dan kepadatan rendah Hyperion akan lebih kawah oleh kompresi daripada penggalian.

Suhu rata-rata bulan Saturnus ini sekitar -300 derajat Fahrenheit (-180 derajat Celsius) mungkin cukup dekat dengan suhu yang akan menyebabkan volatil menyublim.

 

4 dari 4 halaman

Hyperion Memiliki Listrik

Melansir laman Space pada Rabu (07/08/2024), salah satu penemuan paling mengejutkan tentang Hyperion adalah adanya listrik statis di permukaannya. Fenomena ini terjadi karena partikel bermuatan dari angin matahari berinteraksi dengan permukaan bulan yang berdebu.

Akibatnya, Hyperion menjadi seperti bola kapas raksasa yang menyimpan muatan listrik. Listrik statis di Hyperion memiliki beberapa implikasi menarik.

Pertama, fenomena ini dapat mempengaruhi cara partikel debu dan gas berinteraksi dengan permukaan bulan. Kedua, listrik statis juga dapat mempengaruhi cara pesawat ruang angkasa berinteraksi dengan Hyperion jika suatu saat nanti melakukan misi penjelajahan.

Para ilmuwan masih berusaha memahami bagaimana listrik statis terbentuk dan bagaimana pengaruhnya terhadap evolusi bulan Saturnus ini.

(Tifani)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini