Liputan6.com, Gaza - Yahya Sinwar akan menjadi pemimpin Hamas berikutnya setelah Ismail Haniyeh tewas dalam dugaan serangan Israel di Teheran minggu lalu.
Pengumuman terkait naiknya Yahya Sinwar sebagai tokoh utama Hamas muncul di tengah meningkatnya ketegangan.
Baca Juga
Menurut Abu Abdallah, seorang anggota Hamas yang menghabiskan waktu bertahun-tahun bersamanya di penjara-penjara Israel, mengatakan bahwa Sinwar (61) adalah seorang putra terbaik.
Advertisement
"Ia membuat keputusan dengan sangat tenang, tetapi keras kepala dalam hal membela kepentingan Hamas," kata Abu Abdallah kepada AFP.
Lahir di kamp pengungsi Khan Younis di Gaza selatan, Sinwar bergabung dengan Hamas ketika Sheikh Ahmad Yassin mendirikan kelompok tersebut sekitar waktu intifada Palestina pertama dimulai pada tahun 1987.
Sinwar mendirikan badan keamanan internal kelompok tersebut pada tahun berikutnya dan kemudian memimpin unit intelijen yang didedikasikan untuk mengusir dan menghukum warga Palestina yang dituduh memberikan informasi kepada Israel.
Lulusan dari Universitas Islam di Gaza, ia mempelajari bahasa Ibrani dengan sempurna selama 23 tahun di penjara Israel dan dikatakan memiliki pemahaman yang mendalam tentang budaya dan masyarakat Israel.
Sinwar kemudian menjadi komandan senior di Brigade Ezzedine al-Qassam, sayap militer Hamas, sebelum mengambil alih kepemimpinan keseluruhan gerakan di Gaza.
Sementara pendahulunya, Haniyeh telah mendorong upaya Hamas untuk menampilkan wajah moderat kepada dunia, Sinwar lebih suka memaksakan masalah Palestina ke permukaan dengan cara yang lebih keras.
Kementerian kesehatan di Gaza yang dikuasai Hamas mengatakan, serangan udara dan darat Israel yang dilancarkan sebagai tanggapan atas serangan 7 Oktober telah menewaskan sedikitnya 39.653 orang di wilayah Palestina.
Â
Mimpi Tentang Negara Palestina
Sinwar memimpikan negara Palestina dengan menyatukan Jalur Gaza, Tepi Barat yang diduduki dan dikendalikan oleh partai Fatah Mahmud Abbas.
Menurut lembaga pemikir AS, Council on Foreign Relations, ia telah bersumpah untuk menghukum siapa pun yang menghalangi rekonsiliasi dengan Fatah, gerakan politik saingan yang terlibat dalam pertikaian faksional dengan Hamas setelah pemilihan umum tahun 2006.
Kesepakatan itu masih sulit dicapai, tetapi pembebasan tahanan yang dihasilkan dari perjanjian gencatan senjata singkat November dengan Israel telah membuat popularitas Hamas melambung di Tepi Barat.
Yahya masuk dalam daftar "teroris internasional" paling dicari AS pada tahun 2015. Sumber keamanan di luar Gaza mengatakan bahwa Sinwar telah berlindung di jaringan terowongan yang dibangun di bawah wilayah itu untuk menahan bom Israel.
Pada November 2023, Israel berjanji akan menemukan dan melenyapkan Sinwar. Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mendesak warga Gaza untuk menyerahkan Sinwar ke pihaknya.
Advertisement