Sukses

WHO Peringatkan Ketidaksiapan Negara-negara di Dunia dalam Menghadapi Lonjakan COVID-19

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan bahwa pemerintah di seluruh dunia tidak siap menghadapi lonjakan global COVID-19 yang mengancam jutaan orang.

Liputan6.com, New York - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan bahwa pemerintah di seluruh dunia tidak siap menghadapi lonjakan global COVID-19 yang membuat jutaan orang berisiko terkena penyakit parah dan kematian.

COVID-19 masih ada di antara kita,” kata Maria Van Kerkhove, Direktur WHO untuk kesiapsiagaan dan pencegahan epidemi dan pandemi. Hal itu disampaikannya kepada para jurnalis di Jenewa pada Selasa (6/8/2024).

Virus ini beredar di semua negara. Data dari sistem pengawasan berbasis sentinel kami di 84 negara melaporkan bahwa persentase tes positif untuk SARS-CoV-2 telah meningkat selama beberapa minggu, katanya.

Tidak hanya COVID-19 yang melonjak di banyak negara lintas musim, tambahnya, setidaknya 40 atlet Olimpiade telah dites positif di Paris, meskipun ada upaya dari otoritas setempat untuk melindungi lokasi pertandingan dari peredaran penyakit menular, dikutip dari laman VOA Indonesia (8/8/2024).

Kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus sebelumnya telah menyatakan berakhirnya pandemi COVID-19 sebagai ancaman kesehatan internasional pada 5 Mei 2023. Sejak saat itu, WHO hanya menerima sedikit informasi resmi dari negara-negara dunia mengenai jumlah infeksi baru, kematian, dan informasi penting lainnya.

Hal ini pun lantas membuat para pejabat badan kesehatan tersebut untuk menelusuri berbagai situs web pemerintah, melihat laporan kementerian kesehatan guna memastikan tren bulanan tentang rawat inap yang terkait dengan infeksi COVID-19.

Pada tingkat rawat inap, kami telah melihat peningkatan di Amerika. Kami telah melihat peningkatan di Eropa. Dalam beberapa bulan terakhir, kami telah melihat peningkatan di Pasifik Barat, kata Van Kerkhove. Tiga puluh lima negara dari 234 negara dan teritori memberikan informasi ini. Jadi, sekitar 15% negara dan teritori yang ada memiliki informasi tersebut untuk dibagikan kepada kami.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Pengawasan Air Limbah

Berdasarkan pengawasan air limbah, para pejabat WHO telah menetapkan bahwa sirkulasi SARS-CoV-2, virus yang menyebabkan COVID-19, dua hingga 20 kali lebih tinggi daripada yang dilaporkan saat ini.

Ini penting karena virus terus berevolusi dan berubah, yang membuat kita semua berisiko terkena virus yang berpotensi lebih parah, bisa menghindari deteksi dan atau intervensi medis kita, termasuk vaksinasi, kata Van Kerkhove.

Selama dua tahun terakhir, ia mencatat bahwa telah terjadi penurunan cakupan vaksin yang mengkhawatirkan, terutama di kalangan petugas kesehatan dan lansia, dua kelompok yang paling berisiko.

Saya prihatin, kata Van Kerkhove. Dengan cakupan yang begitu rendah, dengan peredaran yang begitu besar, jika kita memiliki varian yang lebih parah, maka kerentanan populasi beresiko sangat besar. Ini sangat besar di setiap negara.

Para pejabat WHO mengamati bahwa semua pemerintah dan masyarakatnya telah terbuai dengan rasa puas diri, karena dampak COVID-19 saat ini lebih kecil daripada selama pandemi. Namun, mereka juga memperingatkan bahwa hal itu dapat berubah menjadi lebih buruk karena kekebalan yang dicapai melalui infeksi sebelumnya, dan perlindungan yang dicapai melalui vaksinasi, hilang.

 

3 dari 3 halaman

Lonjakan Kasus Secara Global

WHO mengatakan bahwa setiap negara bisa dan harus melakukan lebih banyak hal untuk mencegah lonjakan global saat ini agar tidak berubah menjadi pandemi besar.

Badan kesehatan dunia itu mendesak semua negara untuk terus mempertajam kesiapsiagaan, kesiapan, dan sistem tanggap pandemi mereka agar siap menghadapi lonjakan COVID-19 serta patogen lain yang baru muncul, dan yang muncul kembali, seperti flu burung H5N1, cacar air, dan demam berdarah.

WHO merekomendasikan agar orang-orang yang berada dalam kelompok rentan untuk menerima vaksin COVID-19 dalam waktu 12 bulan sejak dosis terakhir mereka. Untuk meningkatkan penyerapan dan perlindungan, WHO merekomendasikan agar orang-orang menerima vaksin COVID-19 bersamaan dengan vaksin flu musiman.

Vaksinasi dengan salah satu vaksin yang disetujui akan melindungi Anda dari penyakit parah dan kematian, kata Van Kerkhove. Vaksinasi ini akan menurunkan risiko Anda terkena penyakit parah. Vaksinasi ini juga akan menurunkan risiko Anda terkena kondisi pasca-COVID, atau dikenal dengan sebutan Long COVID.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.