Sukses

Muhammad Yunus Tiba di Dhaka, Siap Pimpin Pemerintahan Sementara Bangladesh

Yunus dilaporkan akan dilantik pada Kamis malam waktu setempat.

Liputan6.com, Dhaka - Bangladesh akan segera memiliki pemerintahan sementara yang dipimpin oleh ekonom pemenang Nobel Perdamaian Muhammad Yunus, setelah protes mahasiswa selama berminggu-minggu memaksa Perdana Menteri Sheikh Hasina mengundurkan diri.

Yunus, satu-satunya peraih Nobel dari Bangladesh dan kritikus keras Hasina, direkomendasikan untuk jabatan tersebut oleh para demonstran mahasiswa yang memimpin kampanye melawan Hasina. Hal tersebut dengan segera dikonfirmasi kantor Kepresidenan Bangladesh pada Selasa, (6/8/2024).

Dia akan segera dilantik sebagai penasihat utama bersama dengan tim penasihat, yang menurut panglima militer mungkin mencakup 15 anggota. Diskusi tentang nama-nama tersebut dilaporkan berlanjut hingga Rabu (7/8) malam.

Partai Hasina, Liga Awami, tidak terlibat dalam diskusi yang melibatkan semua partai yang dipimpin oleh Panglima Militer Jenderal Waker-Uz-Zaman.

Sementara itu, putra Hasina, Sajeeb Wazed Joy, melalui unggahannya di Facebook pada hari Rabu malam menyatakan bahwa partainya belum menyerah dan siap mengadakan pembicaraan dengan lawan politik dan pemerintah.

"Saya sudah mengatakan bahwa keluarga saya tidak akan lagi terlibat dalam politik, tetapi melihat cara para pemimpin dan pekerja partai kami diserang, kami tidak bisa menyerah," kata Joy seperti dilansir CNA, Kamis (8/8).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Optimisme Yunus

Yunus dikenal sebagai "bankir bagi kaum miskin" dan dianugerahi Nobel Perdamaian 2006 karena mendirikan bank yang memelopori pemberantasan kemiskinan dengan pinjaman kecil bagi mereka yang membutuhkan.

Dia tiba di Bandara Internasional Hasrat Shahjalal di Dhaka dari Paris pada hari Kamis, di mana dia menjalani perawatan medis. Kedatangannya disambut langsung oleh panglima militer.

"Saya tidak sabar untuk kembali ke rumah dan melihat apa yang terjadi di sana serta bagaimana kami dapat mengatur untuk keluar dari masalah yang kami hadapi," kata Yunus sebelum naik pesawat pada Rabu malam.

Dan setibanya di Dhaka, melansir VOA, Yunus mengatakan, "Hari ini adalah hari yang gemilang bagi kita. Bangladesh telah menciptakan hari kemenangan baru. Bangladesh telah memperoleh kemerdekaan keduanya."

Mundurnya Hasina secara dramatis pada hari Senin (5/8) memicu kegembiraan dan kekerasan di seluruh Bangladesh, saat massa menyerbu dan mengacak-acak kediaman resminya. Hasina sendiri telah melarikan diri ke India.

Gejolak di Bangladesh dimulai melalui protes yang mendesak reformasi sistem kuota pegawai negeri sipil pada Juli di tengah kondisi ekonomi yang sulit dan juga represi politik. Aksi kemudian meningkat menjadi demo anti-pemerintah, yang direspons dengan keras oleh pemerintah hingga menewaskan sekitar 300 orang dan melukai sejumlah lainnya.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.