Liputan6.com, Jakarta Badan pertahanan sipil Gaza mengatakan serangan Israel menghantam dua sekolah di Kota Gaza pada hari Kamis (8/8/2024), menewaskan lebih dari 18 orang, sementara militer Israel mengatakan serangan itu menghantam pusat komando Hamas.
"Pendudukan Israel menewaskan lebih dari 18 warga dalam serangan terhadap dua sekolah," kata pejabat senior badan tersebut Mohammad al-Mughayyir kepada AFP yang dikutip Jumat (9/8), mengacu pada sekolah Al-Zahra dan Abdel Fattah Hamoud di Kota Gaza.
Baca Juga
Mughayyir mengatakan 60 orang juga terluka dan lebih dari 40 orang masih hilang. "Ini adalah penargetan yang jelas terhadap sekolah dan fasilitas sipil yang aman di Jalur Gaza," katanya.
Advertisement
Adapun militer Israel mengatakan sekolah-sekolah tersebut menampung pusat komando Hamas.
"Kompleks sekolah tersebut digunakan oleh teroris dan komandan Hamas ... dari mana mereka merencanakan dan melakukan serangan," kata militer dalam sebuah pernyataan.
Sebelumnya, serangan udara Israel pada hari Sabtu (27/7) menghantam sebuah sekolah yang digunakan oleh para pengungsi di Jalur Gaza tengah.
Setidaknya 30 orang yang berlindung di sekolah perempuan di Deir Al-Balah dibawa ke Rumah Sakit Al Aqsa dan dinyatakan meninggal setelah serangan, yang menurut militer Israel (IDF), menargetkan pusat komando dan kendali Hamas yang digunakan untuk menyimpan senjata dan merencanakan serangan.
Saat itu mereka juga mengklaim bahwa Hamas menggunakan kompleks itu sebagai tempat persembunyian untuk mengarahkan dan merencanakan berbagai serangan terhadap pasukan IDF serta mengembangkan dan menyimpan sejumlah besar senjata di dalamnya. Demikian seperti dilansir kantor berita AP.
Serangan Udara Israel Tewaskan 16 Orang di Sekolah Gaza
Sementara itu sebelumnya 16 orang tewas dalam serangan udara oleh Israel terhadap sebuah sekolah di Jalur Gaza, sementara puluhan lainnya terluka.
Menurut Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas, bangunan itu menampung ribuan pengungsi di kamp pengungsi Nuseirat di Gaza tengah.
Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan pihaknya menyerang beberapa "teroris yang beroperasi di bangunan yang terletak di area Sekolah Al-Jaouni".
Sementara itu, seperti dilansir BBC, Minggu (7/7/2024), terdapat laporan bahwa 10 orang tewas dalam serangan udara terpisah terhadap sebuah rumah di kamp tersebut.
Video dari lokasi pemogokan sekolah Nuseirat menunjukkan sekelompok orang dewasa dan anak-anak berteriak di jalan yang dipenuhi asap dan tertutup debu dan puing-puing, sambil berlari untuk membantu korban luka.
Saksi mata mengatakan kepada BBC bahwa serangan itu menargetkan lantai atas sekolah, yang terletak di dekat pasar yang ramai. Sementara sekitar tujuh ribu orang yang menggunakan bangunan tersebut sebagai tempat berlindung.
Seorang wanita mengatakan kepada kantor berita AFP bagaimana beberapa anak terbunuh ketika mereka sedang membaca Al-Quran ketika gedung itu diserang.
"Ini keempat kalinya mereka menargetkan sekolah tanpa peringatan," katanya.
Salah satu sumber menyebut bahwa serangan tersebut menyasar sebuah ruangan yang diduga digunakan polisi Hamas. Namun, hal ini belum terkonfirmasi.
Advertisement
Kritik Terhadap Netanyahu
Sementara itu, PM Israel Benjamin Netanyahu mendapat kritikan keras di tengah serangan yang digencarkannya terhadap Hamas.
Juru bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF)Letkol Peter Lerner mengatakan bahwa ketika berbicara dengan media dunia atas nama militer, dia menyadari hilangnya kepercayaan internasional terhadap Israel dan kegagalan pemerintah untuk mempertahankan dukungan luas terhadap perang melawan Hamas dari waktu ke waktu. Lerner bertugas di IDF selama lebih dari 25 tahun – terakhir sebagai juru bicara selama perang, sebelum akhirnya dia mengundurkan diri bulan lalu.
"Netanyahu menjanjikan kemenangan penuh atas Hamas," kata dia dalam wawancaranya dengan surat kabar Israel, Haaretz.
Serangan Tentara Israel di Khan Younis Gaza Selesai, 300 Jenazah Ditemukan dan Beberapa Telah Membusuk
Sementara itu, Badan pertahanan sipil Gaza mengatakan Selasa (29/7/2024) bahwa operasi Israel di dan sekitar kota kedua wilayah itu, Khan Younis, menewaskan sekitar 300 orang sejak dimulai minggu lalu, sementara tentara mengatakan telah "melenyapkan 150 teroris."
"Sejak dimulainya invasi darat Israel di bagian timur Provinsi Khan Younis, tim pertahanan sipil dan medis telah menemukan sekitar 300 jenazah martir, banyak dari mereka yang sudah membusuk," kata juru bicara badan itu, Mahmud Bassal, kepada AFP yang dikutip Rabu (30/7).
Militer Israel melancarkan serangan pada 22 Juli untuk menghentikan tembakan roket dari daerah itu, yang telah menyaksikan pertempuran hebat awal tahun ini.
Adapun pada hari Selasa (29/7), militer Israrel mengatakan telah menyelesaikan operasi di wilayah Khan Younis dan telah menewaskan "lebih dari 150 teroris." Dikatakan pula bahwa pasukan juga "membongkar terowongan teror, fasilitas penyimpanan senjata, dan infrastruktur teroris serta menemukan senjata."
Laporan The National News mengutip Wafa menyebut bahwa sumber medis mengatakan 42 jenazah ditemukan dari Bani Suhaila, sebuah kota di Khan Younis timur tempat sekitar 90 persen infrastruktur hancur,.
Tim darurat juga menerima laporan sedikitnya 200 orang hilang di daerah tersebut.
Kantor media pemerintah Gaza mengatakan Israel "menghalangi puluhan operasi koordinasi untuk mengambil jenazah korban tewas dan menyelamatkan yang terluka" selama serangan di wilayah timur Khan Younis.
Militer Israel juga dilaporkan menembaki 31 rumah dengan penghuni di dalamnya dan mengebom total 320 rumah dan bangunan tempat tinggal, kata kantor media tersebut.
Di Gaza tengah, sembilan orang tewas dalam serangan udara Israel di kamp Bureij pada hari Selasa (29/7), lapor Wafa. Jenazah tersebut dibawa ke Rumah Sakit Al Awda di kamp Nuseirat, yang juga menjadi sasaran serangan udara minggu ini.
Israel sebelumnya menyerang sebuah gereja Ortodoks Yunani di kota Gaza, Wafa melaporkan.
Foto yang dibagikan oleh Gereja Saint Porphyrius di grup Facebook-nya menunjukkan kerusakan struktural pada bangunan tersebut, termasuk di atap, dan darah di lantai. Satu gambar menunjukkan apa yang tampak seperti peluru artileri yang menghantam lantai tanpa meledak.
“Kami bersyukur kepada Tuhan dan melalui perantaraan Santo Porphyrius semua orang baik-baik saja. Kami mengalami tiga luka sedang. Terima kasih Tuhan untuk semuanya,” tulis gereja tersebut di halaman Facebook-nya.
Direktur Sabeel Ecumenical Liberation Theology Centre di Yerusalem, Omar Haramy, mengatakan bahwa ia tidak dapat berkomunikasi dengan siapa pun di gereja tersebut untuk memastikan tingkat kerusakan.
Gereja Santo Porphyrius, yang diklaim sebagai gereja tertua ketiga di dunia, pertama kali diserang dua minggu setelah perang di Gaza dimulai pada tanggal 7 Oktober, ketika sedikitnya 16 orang tewas dan puluhan lainnya luka-luka. Sejak saat itu, gereja tersebut telah melindungi ratusan orang yang mencari perlindungan dari penembakan Israel.
Advertisement