Sukses

Potensi Eskalasi Konflik Israel Vs Lebanon Besar, KBRI Beirut Evakuasi 13 WNI ke Indonesia

KBRI Beirut terus berkomitmen untuk memberikan perlindungan bagi seluruh WNI di Lebanon.

Liputan6.com, Beirut - Situasi dan kondisi yang kian memanas di kawasan Lebanon membuat KBRI Beirut mengeluarkan imbauan bagi Warga Negara Indonesia (WNI) untuk meninggalkan wilayah tersebut.

Pada 1 Agustus 2024 lalu, KBRI Beirut mengimbau WNI untuk berwaspada, meningkatkan kehati-hatian dan mempersuapjan diri jika terjadi eskalasi konflik.  Selain itu, WNI yang memiliki rencana berkunjung ke Lebanon diimbau untuk menunda perjalanannya.

Adapun WNI yang menetap di Lebanon Selatan juga diimbau untuk waspada dan berlindung di KBRI.

Kemudian pada  Sabtu (10/8/2024), KBRI Beirut melepas gelombang pertama WNI yang dievakuasi ke Indonesia.

"Pada 10 Agustus 2024, KBRI Beirut melepas keberangkatan Gelombang I Evakuasi WNI di Lebanon . Sejumlah 13 WNI dipulangkan dengan menggunakan penerbangan Qatar Airways," tulis pihak KBRI Beirut melalui akun Instagram resminya, @indonesiainlebanon.

"Proses evakuasi dilakukan melalui koordinasi ketat dengan Direktorat Pelindungan WNI Kementerian Luar Negeri dan K/L terkait guna memastikan keselamatan dan kenyamanan para WNI selama perjalanan dari Beirut hingga menuju daerah asal masing-masing di Tanah Air," jelas KBRI Beirut terkait upaya evakuasi WNI tersebut. 

Evakuasi ini merupakan bagian dari upaya KBRI Beirut dalam melindungi dan memastikan keamanan warga negara Indonesia di tengah potensi terjadinya eskalasi konflik besar.

"KBRI Beirut terus berkomitmen untuk memberikan perlindungan bagi seluruh WNI di Lebanon".

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Isi Imbauan KBRI Beirut Sebelumnya

KBRI Beirut mengimbau Warga Negara Indonesia (WNI) untuk meninggalkan wilayah Lebanon, merujuk pada kondisi yang kian memanas di kawasan tersebut.

"Kami mengimbau seluruh WNI di Lebanon untuk sudah memproses Lapor Diri kepada KBRI Beirut dan mempertimbangkan untuk dapat keluar dari Lebanon untuk sementara waktu secara mandiri selama layanan penerbangan komersial masih tersedia," bunyi pernyataan KBRI Beirut di akun Instagram resmi @indonesiainlebanon, Kamis (1/8/2024).

 WNI diimbau untuk berwaspada, meningkatkan kehati-hatian dan mempersuapjan diri jika terjadi eskalasi konflik.

Selain itu, KBRI Beirut juga mengimbau WNI yang memiliki rencana berkunjung ke Lebanon untuk menunda perjalanannya.

WNI yang menetap di Lebanon Selatan juga diimbau untuk waspada dan berlindung di KBRI.

"Dengan mempertimbangkan buruknya kondisi keamanan di Lebanon Selatan (Saida, Hasbaya, Nabatiyeh, Marjeyoun, Tyre dan Altaroun), telah ditetapkan Status Siaga I di wilayah tersebut sejak Oktober 2023. Dalam kaitan ini, kami mengimbau seluruh WNI di Lebanon Selatan untuk berlindung di KBRI Beirut (safe house)," lanjut pernyataan itu.

Perwakilan Indonesia itu juga mengingatkan agar seluruh WNI agar: menghindari kawasan rawan, bersikap waspada atas perkembangan keamanan dan situasi, menyimpan barang dan dokumen berharga, hingga menjaga barang berharga.

3 dari 5 halaman

Berapa Jumlah WNI di Lebanon?

Berdasarkan data lapor diri KBRI Beirut, kata Judha, terdapat 203 WNI yang menetap di Lebanon.

"Komunikasi terus dijalin untuk memantau kondisi para WNI. Hingga saat ini mereka dalam keadaan baik, tenang, dan selamat. Terdapat 14 WNI yang menetap di wilayah Lebanon Selatan dan mereka memutuskan untuk tetap tinggal di rumah masing masing karena merasa situasi masih relatif aman," tutur Direktur Perlindungan WNI dan BHI Kemlu RI Judha Nugraha melalui pesan singkat, Selasa (30/7/2024).

Dalam situasi darurat, para WNI diminta untuk segera menghubungi hotline KBRI Beirut +961 7081 7310. 

4 dari 5 halaman

Di Tengah Antisipasi Pembalasan Hizbullah, Israel Serang Sidon Lebanon dan Tewaskan Pejabat Hamas

Untuk diketahui,  Israel telah meningkatkan serangannya ke Lebanon, menewaskan seorang pejabat Hamas di kota pesisir Sidon.

Tel Aviv diketahui tengah mengantisipasi pembalasan Hizbullah atas pembunuhan komandannya Fuad Shukr di Beirut awal bulan ini.

Serangan pesawat nirawak Israel di kota pesisir Sidon sekitar 50 km (30 mil) dari perbatasan selatan Lebanon, pada hari Jumat (9/8/2024), menewaskan pejabat Hamas Samer al-Hajj – yang bermarkas di kamp pengungsi Palestina Ain al-Hilweh di dekatnya.

Serangan Israel itu juga melukai dua warga sipil, menurut media Lebanon seperti juga dikutip dari Al Jazeera, Sabtu (10/8).

Hamas memuji al-Hajj sebagai "martir" pada hari Jumat (9/8). Sementara militer Israel menggambarkannya sebagai komandan yang bertanggung jawab atas serangan terhadap Israel dari Lebanon.

Lebanon National News Agency melaporkan bahwa protes dadakan terjadi di Sidon pada hari Jumat (9/8) untuk mengecam pembunuhan al-Hajj.

Israel juga melakukan serangan di kota-kota dan desa-desa perbatasan, termasuk di Kfar Kila dan Meiss el-Jabal, Markaba.

Serangan Israel terjadi saat pejabat Hizbullah mengatakan bahwa kelompok itu akan menanggapi pembunuhan Shukr, yang tewas bersama beberapa warga sipil dalam serangan udara Israel di Beirut pada akhir Juli.

Iran juga diperkirakan akan melancarkan serangan balasannya sendiri terhadap Israel atas pembunuhan kepala Hamas Ismail Haniyeh di Teheran.

Pada saat yang sama, Hizbullah terus melakukan bentrokan hampir setiap hari dengan Israel di seberang perbatasan. Pada hari Jumat (9/8), kelompok Lebanon itu mengklaim beberapa serangan terhadap Israel, termasuk menargetkan bangunan yang digunakan oleh pasukan di Kota Dovev dan al-Manara di Israel utara dan meluncurkan roket terhadap pangkalan militer di Kiryat Shmona.

 

 

5 dari 5 halaman

Konflik Israel Vs Lebanon

Hizbullah Lebanon mulai menyerang pangkalan militer di Israel utara sehari setelah pecahnya perang di Gaza pada 7 Oktober 2023, dalam apa yang disebutnya sebagai "front dukungan" untuk mendukung kelompok Palestina.

Permusuhan sebagian besar terbatas di wilayah perbatasan, yang memaksa puluhan ribu penduduk Lebanon dan Israel mengungsi dari daerah tersebut.

Namun pembunuhan komandan Fuad Shukr di pinggiran Dahiyeh di ibu kota Lebanon, telah memicu kekhawatiran akan eskalasi antara kedua belah pihak.

Hizbullah menegaskan bahwa mereka tidak menginginkan perang habis-habisan, tetapi siap untuk perang jika pecah.

Pekan lalu, kepala kelompok itu Hasan Nasallah mengatakan Israel melewati batas merah dengan menyerang Beirut, menekankan bahwa pembalasan atas pembunuhan Shukr "tidak dapat dihindari".

Pembunuhan Shukr adalah serangan Israel kedua di ibu kota Lebanon dan pinggirannya tahun ini. Pada bulan Januari, serangan udara Israel di Dahiyeh menewaskan pejabat Hamas Saleh al-Arouri.

Pembunuhan pejabat Hamas Samer al-Hajj yang terjadi jauh dari perbatasan Lebanon pada hari Jumat (9/8) kemungkinan akan semakin meningkatkan ketegangan antara Hizbullah dan Israel.

Melaporkan dari Marjayoun di Lebanon selatan, Assed Baig dari Al Jazeera mengatakan serangan pesawat nirawak Israel di Sidon terjadi di tengah-tengah serangan lintas perbatasan yang padat.

"Sidon berjarak sekitar 50 km [30 mil] dari perbatasan selatan Lebanon dan sekitar 40 km [25 mil] dari ibu kota, Beirut, dan ini menunjukkan bahwa Israel semakin masuk ke Lebanon,” kata Baig.

Ia menambahkan bahwa serangan itu juga "cukup signifikan" karena waktunya bertepatan dengan perkiraan Hizbullah yang akan melancarkan serangan besar terhadap Israel untuk menanggapi pembunuhan Shukr. B

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini