Sukses

Presiden Palestina Kunjungi Rusia dan Akan Bertemu Putin, Bahas Apa?

Semula kunjungan Presiden Abbas ke Rusia dijadwalkan berlangsung pada 15 November 2023, namun ditunda atas permintaan pihak Palestina karena situasi di Jalur Gaza.

Liputan6.com, Moskow - Presiden Palestina Mahmoud Abbas dijadwalkan berkunjung ke ibu kota Rusia pada hari Senin (12/8/2024) dan akan bertemu dengan Vladimir Putin. Demikian disampaikan Duta Besar Palestina untuk Rusia pada hari Minggu (11/8).

"Presiden akan tiba pada malam tanggal 12 Agustus. Pertemuan dengan Presiden Putin diperkirakan akan dilakukan pada hari Selasa dan sebelum itu, Mahmoud Abbas akan meletakkan bunga di Makam Prajurit Tak Dikenal di Moskow," kata Duta Besar Palestina untuk Rusia Abdel Hafiz Nofal kepada kantor berita negara TASS, seperti dilansir Anadolu.

Nofal lebih lanjut menuturkan bahwa kunjungan tiga hari Abbas ke Rusia akan berakhir dengan pada tanggal 14 Agustus. Menurutnya, Presiden Abbas juga akan mengadakan pertemuan dengan para duta besar Arab di negara itu selama kunjungannya.

Dia mengatakan pula bahwa topik utama diskusi antara Abbas dan Putin adalah situasi terkini di Jalur Gaza.

"Mereka akan berbicara tentang peran Rusia dan apa yang dapat dilakukan. Kami berada dalam situasi yang sangat sulit dan Rusia adalah negara yang dekat dengan kami. Kami perlu berkonsultasi," tutur Nofal.

 

2 dari 3 halaman

Israel Telah Membunuh 1,8 Persen Penduduk Jalur Gaza

Israel telah membunuh sekitar 1,8 persen dari total populasi Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023, hari di mana kelompok militan Palestina menyerang Israel dan Israel melancarkan pembalasannya. Data tersebut didasarkan pada angka yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik Palestina (PCBS) pada hari Minggu.

Badan itu mengatakan lebih dari 39.000 orang tewas dalam serangan Israel ke Jalur Gaza sejak saat itu. Sekitar 24 persen warga Palestina di Jalur Gaza yang menjadi korban adalah kaum muda.

Menurut badan yang sama, sekitar 70 persen dari korban luka di Jalur Gaza adalah wanita dan anak-anak, sementara sekitar 10.000 orang masih hilang dan sekitar dua juta orang telah mengungsi.

Sementara itu, kelaparan dilaporkan telah menewaskan 34 orang di Jalur Gaza, dengan sekitar 3.500 anak berisiko meninggal karena kekurangan gizi dan makanan.

Disebutkan pula bahwa 620 warga Palestina tewas dibunuh Israel di Tepi Barat yang diduduki, dengan sekitar 75 persen dari korban tewas adalah orang-orang berusia di bawah 30 tahun.

Lebih dari 10 bulan sejak serangan Israel, sebagian besar wilayah Jalur Gaza hancur di tengah blokade yang melumpuhkan terhadap makanan, air bersih, dan obat-obatan.

3 dari 3 halaman

Rusia Desak Israel Patuhi Hukum Humaniter Internasional

Pada Sabtu (10/8), juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova meminta Israel menahan diri dari menyerang fasilitas sipil di Jalur Gaza. 

"Kami mencatat dengan penyesalan bahwa serangan semacam itu di Jalur Gaza yang menewaskan warga sipil terjadi secara sporadis. Kami meminta pihak Israel untuk menahan diri dari serangan terhadap fasilitas sipil karena kami meyakini itu tidak dapat dibenarkan," kata Zakharova.

"Tragedi yang mirip dengan apa yang terjadi hari ini di sekolah al-Taba'een merusak upaya internasional yang ditujukan untuk de-eskalasi di zona konflik Palestina-Israel, gencatan senjata sesegera mungkin, dan pertukaran orang yang disandera."

Rusia menegaskan kembali posisinya yang berprinsip dan konsisten tentang perlunya kepatuhan yang ketat terhadap hukum humaniter internasional.

Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan pada Sabtu pagi bahwa mereka melancarkan serangan udara terarah terhadap Hamas di dalam sekolah al-Taba’een di Jalur Gaza.

Otoritas Jalur Gaza mengatakan serangan itu menewaskan lebih dari 100 orang. Namun, IDF menolak jumlah tersebut dan menganggapnya sebagai perkiraan yang berlebihan.