Sukses

Pengaruh Suara Anak Muda dalam Pilpres AS 2024

Seorang pemimpin perhimpunan aksi anak muda menilai, terlibatnya pemilih muda bisa menciptakan sejarah yaitu kemenangan wanita dalam pilpres AS.

Liputan6.com, Washington DC - Wakil Presiden Pengembangan Kapasitas di Alliance for Youth Action atau Perhimpunan Aksi Pemuda Rudy Garrett mengatakan, semakin banyak pemilih muda di Amerika Serikat maka akan mampu mewujudkan sejarah untuk AS memiliki presiden perempuan pertama.

Meski begitu ada kendala yang dihadapi, yaitu rasa frustasi anak muda pada pemimpin masa kini.

"Alasan mengapa kaum muda agak ragu untuk ikut serta dalam pemilu ini, terkait langsung dengan rasa frustrasi mereka terhadap cara kerja pemerintahan kita saat ini. Kaum muda merasa frustrasi karena mereka tidak melihat perubahan terjadi secepat yang mereka inginkan di komunitas mereka.”

Namun sejak Wakil Presiden Kamala Harris menjadi calon presiden dari Partai Demokrat, ada perubahan besar dalam hal agak berharap, dikutip dari VOA Indonesia, Selasa (13/8/2024).

Nick Ahamed adalah wakil direktur eksekutif di Priorities USA, sebuah komite aksi politik Demokrat. Ia menyebut bahwa jumlah pemilih muda khususnya sangat besar, terutama karena antusiasme.

"Dalam waktu singkat, kami melihat peningkatan sebesar 5 persen dalam niat pemilih muda untuk memberikan suara," kata Nick Ahamed .

Celeste Galvez (19) adalah salah satu dari mereka yang merasa bersemangat dengan perubahan ini.

"Saya sebenarnya tidak berencana untuk memberikan suara. Tetapi kini Presiden Joe Biden mundur dari pencalonan dan Kamala yang mencalonkan diri. Maka saya lebih bersemangat untuk melangkah ke dunia baru, di mana kita bisa mempunyai seorang presiden perempuan," kata Galvez.

2 dari 2 halaman

Peningkatan Pemilih Muda

Sementara itu, Vote.org melaporkan, dalam tujuh hari lebih dari 100.000 orang mendaftar untuk memilih, setelah Joe Biden mengumumkan pengunduran dirinya.

Pemilih berusia 18 hingga 34 tahun mencakup hampir 85% dari pendaftaran baru tersebut.

Namun pemilu presiden ini tetap berlangsung ketat, dan terdapat jumlah pemilih muda yang sama, terutama laki-laki muda yang mendukung mantan Presiden Donald Trump, calon presiden dari Partai Republik.

Sementara itu, Frankie Russell (26) mengatakan: "Cara memengaruhi orang seusia saya adalah dengan berbicara kepada kelompok usia saya. Kita membutuhkan kebijakan yang secara umum mengutamakan Amerika Serikat, tidak ada perang baru, tidak ada pengiriman uang ke luar negeri, tapi menggunakannya di dalam negeri."

Rudi Garrett dari Perhimpunan Aksi Kawula Muda menambahkan: "Frustrasi tidak sama dengan sikap apatis. Generasi muda sebenarnya memahami apa yang terjadi di dunia politik. Mereka hanya tidak melihat perubahan yang mereka inginkan diwujudkan melalui keterlibatan dalam proses pemilu. Namun menurut saya, perubahan yang terjadi dalam beberapa minggu terakhir menciptakan arah baru."