Sukses

Ukraina Klaim Kuasai 1.000 Kilometer Persegi Wilayah Kursk Rusia

Klaim tersebut muncul setelah Ukraina melancarkan serangan lintas batas sejak 6 Agustus.

Liputan6.com, Kyiv - Panglima militer Ukraina mengatakan pasukannya kini menguasai 1.000 kilometer persegi wilayah Kursk, Rusia. Ini adalah pertama kalinya seorang pejabat militer Ukraina secara terbuka mengomentari keuntungan dari serangan lintas batas tersebut.

Jenderal Oleksandr Syrskyi membuat pernyataan tersebut dalam sebuah video yang diunggah pada hari Senin (12/8/2024) di saluran Telegram Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy. Dalam video tersebut, dia memberi pengarahan kepada presiden tentang situasi garis depan.

"Pasukan sedang melaksanakan tugas mereka. Pertempuran terus berlanjut di sepanjang garis depan. Situasinya berada di bawah kendali kami," kata Syrskyi, seperti dilansir kantor berita AFP, Selasa (13/8).

Pasukan Rusia masih berjuang untuk menanggapi serangan mendadak Ukraina setelah hampir seminggu pertempuran sengit.

Zelenskyy mengonfirmasi untuk pertama kalinya bahwa militer Ukraina berada di dalam wilayah Kursk. Melalui Telegram, dia memuji para prajurit dan komandan mereka atas keteguhan dan tindakan tegas mereka. Dia tidak menjelaskan lebih lanjut.

Sementara itu, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan serangan, yang telah menyebabkan lebih dari 100.000 warga sipil mengungsi, merupakan upaya Ukraina untuk menghentikan serangan Moskow di wilayah Donbas, Ukraina timur, dan mendapatkan pengaruh dalam kemungkinan perundingan perdamaian di masa mendatang.

Berbicara pada hari Senin dalam sebuah pertemuan dengan pejabat tinggi keamanan dan pertahanan, Putin mengatakan serangan yang dimulai pada tanggal 6 Agustus itu tampaknya mencerminkan upaya Ukraina untuk mencapai posisi negosiasi yang lebih baik dalam kemungkinan pembicaraan di masa mendatang untuk mengakhiri perang. Dia menegaskan bahwa tentara Rusia akan menang.

Putin menyatakan Ukraina mungkin berharap serangan itu akan menyebabkan keresahan publik di Rusia, namun mereka gagal melakukannya. Putin mengklaim jumlah relawan yang bergabung dengan militer Rusia telah meningkat karena serangan itu.

Sang presiden mengonfirmasi pula bahwa pasukan Rusia akan melanjutkan serangan mereka di Ukraina timur apa pun yang terjadi.

"Jelas bahwa musuh akan terus berusaha mengacaukan situasi di zona perbatasan untuk mencoba mengacaukan situasi politik dalam negeri di negara kita," kata Putin.

"Tugas utama Rusia adalah mengusir musuh keluar dari wilayah kita dan, bersama dengan dinas perbatasan, memastikan perlindungan perbatasan negara yang andal."

Penjabat Gubernur Kursk Alexei Smirnov melaporkan kepada Putin bahwa pasukan Ukraina telah maju sejauh 12 kilometer ke wilayah Kursk melintasi garis depan sepanjang 40 kilometer dan saat ini menguasai 28 permukiman Rusia.

Smirnov menuturkan bahwa 12 warga sipil tewas dan 121 lainnya, termasuk 10 anak-anak, terluka. Sekitar 121.000 orang telah dievakuasi atau meninggalkan daerah yang terdampak pertempuran.

Melacak semua unit Ukraina yang berkeliaran di wilayah tersebut dan membuat pengalihan sulit, kata Smirnov, seraya mencatat bahwa beberapa menggunakan identitas Rusia palsu.

Gubernur wilayah Belgorod yang berbatasan dengan Kursk juga mengumumkan evakuasi warga dari distrik dekat perbatasan Ukraina.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Ukraina Pakai Senjata Apa?

Zelenskyy mengatakan wilayah yang kini dikuasai pasukan Ukraina itu sebelumny digunakan untuk menyerang wilayah Sumy di Ukraina berkali-kali. Dia menambahkan bahwa "sangatlah adil untuk menghancurkan teroris Rusia di tempat mereka berada."

"Rusia membawa perang bagi yang lain. Sekarang Rusia kembali ke negaranya," tutur Zelenskyy dalam sebuah video yang diunggah di Telegram.

Rusia sebelumnya telah mengalami serangan di wilayahnya selama perang yang berlangsung hampir 2 1/2 tahun, tetapi serangan ke wilayah Kursk menandai serangan terbesar di wilayahnya sejak Perang Dunia II, yang menjadi tonggak sejarah dalam permusuhan tersebut. Itu juga merupakan pertama kalinya tentara Ukraina mempelopori serangan daripada pejuang Rusia yang pro-Ukraina.

Di lain sisi, pertempuran di dalam Rusia kembali memicu pertanyaan tentang apakah Ukraina menggunakan persenjataan yang dipasok oleh anggota NATO. Beberapa negara Barat menolak mengizinkan Ukraina menggunakan bantuan militer mereka untuk menyerang wilayah Rusia karena khawatir hal itu akan memicu eskalasi yang dapat menyeret Rusia dan NATO ke dalam perang.

Meskipun belum jelas senjata apa yang digunakan Ukraina di seberang perbatasan, media Rusia secara luas melaporkan bahwa kendaraan infanteri lapis baja Bradley AS dan Marder Jerman ada di sana. Klaim tersebut tidak dapat diverifikasi secara independen.

Menteri Luar Negeri Italia Antonio Tajani menekankan kembali dalam wawancara yang diterbitkan hari Senin bahwa senjata yang disediakan oleh negaranya tidak dapat digunakan untuk menyerang Rusia di wilayahnya.

Sementara itu, juru bicara Kementerian Pertahanan Jerman Arne Collatz mengatakan pada hari Senin bahwa para ahli hukum sepakat "hukum internasional mengatur agar negara yang membela diri juga membela diri di wilayah penyerang. Itu jelas dari sudut pandang kami juga."

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.