Sukses

Mengenal Neowise, Komet Langka dan Spektakuler yang Pernah Melintasi Bumi

Komet Neowise berasal dari awan Oort yang terdiri dari kumpulan benda-benda es yang membungkus tata surya kita. Saat ini komet dalam perjalanan mengarah ke utara menjauh dari matahari.

Liputan6.com, Jakarta - Komet C/2020 F3 atau yang dikenal sebagai Neowise merupakan salah satu komet paling terang yang pernah melintasi bumi. Komet langka dan spektakuler ini melintasi bumi pada Juli 2020 lalu.

Melansir laman Space pada Selasa (13/08/2024), komet ini baru ditemukan para astronom pada akhir Maret 2020 melalui teleskop ruang angkasa dan disebut Neowise atau Near-Earth Object Wide-Field Infrared Survey Explorer milik NASA.

Komet Neowise berasal dari awan Oort yang terdiri dari kumpulan benda-benda es yang membungkus tata surya kita. Saat ini komet dalam perjalanan mengarah ke utara menjauh dari matahari.

Neowise menjadi komet ketiga yang ditemukan pada 2020 dan yang paling terang dari tujuh terakhir yang ditemukan. Kosmonot Rusia, Ivan Vagner, melihat komet dari stasiun ruang angkasa internasional (ISS).

Gambar komet itu pertama diambil oleh teleskop NASA, Neowise Space Telescope pada tanggal 27 Maret 2020. Saat itu, komet ini akan mencapai posisi terdekat dari bumi pada tanggal 23 Juli 2020, walaupun jaraknya masih sekitar 103 juta kilometer.

Saat itu, walaupun jarak C/2020 F3 dari bumi 400 kali lebih jauh dari jarak bumi ke bulan, komet ini dapat dilihat dengan mata telanjang tanpa menggunakan teropong atau teleskop. Komet ini memiliki orbit yang sangat eksentrik, hampir berbentuk parabola.

Artinya, komet ini hanya mengunjungi tata surya bagian dalam sekali dalam ribuan tahun, yaitu 6.800 tahun. Artinya, baru 6.800 tahun lagi komet Neowise menyapa manusia bumi.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Fakta Menarik Awan Oort

Awan Oort tempat komet Neowise dikenal sebagai batas luar tata surya kita. Tempat ini terletak sangat jauh di luar jangkauan matahari, jauh melampaui Sabuk Kuiper.

Para astronom menggunakan berbagai metode, seperti observasi teleskopik canggih, analisis data misi luar angkasa, dan simulasi komputer, untuk mempelajari awan ini dan penghuninya. Meskipun masih diselimuti misteri, Awan Oort diyakini sebagai gudang es kosmik yang menyimpan triliunan komet beku.

Awan Oort pertama kali disebut keberadaannya oleh dua orang astronomer Belanda dan Estonia, yakni Jan Oort dan Ernst Öpik pada 1950. Keduanya menyebut kalau di tata surya kita ini ada sebuah objek berbentuk cangkang bola es yang mengelilingi tata surya.

Objek yang disebutkan dalam teori mereka pun akhirnya diberi nama awan Öpik–Oort atau lebih sering disebut dengan awan Oort. Di awan Oort inilah, pengaruh gravitasi matahari berakhir.

Salah satu teori pembentukan awan Oort diduga berasal dari material komet-komet dari bagian luar bintang lain yang ditarik oleh gravitasi matahari. Teori lain menyebut kalau awan Oort merupakan sisa-sisa material dari pembentukan matahari dan planet-planet di tata surya kita.

Oleh karena jaraknya yang sangat jauh dari matahari, awan Oort memiliki suhu yang sangat dingin, yakni sekitar 5 derajat kelvin (-268,15 derajat celsius). Awan Oort sendiri terdiri atas dua bagian yang berbeda, yaitu wilayah luarnya yang berbentuk seperti bola dan bagian dalam dengan bentuk seperti cakram.

Para astronom belum dapat merinci apa yang ada di dalam Awan Oort. Akan tetapi, peneliti memperkirakan kalau setidaknya ada sekitar 2 triliun objek yang ada di sepanjang awan Oort.

Selain itu, peneliti juga memiliki beberapa spekulasi soal apa saja bentuk-bentuk objek yang ada di dalam awan ini. Hampir seluruh objek yang berasal dari awan Oort adalah komet-komet dengan periode orbit yang panjang hingga 200 tahun.

Komet-komet tersebut terbentuk dari gas yang membeku dan debu-debu angkasa. Biarpun begitu, pada 2022, peneliti menemukan sebuah objek berbahan dasar batuan yang datang dari arah awan Oort.

Temuan ini jelas menjadi misteri baru soal objek-objek yang berasal dari awan Oort. Sebab, awalnya peneliti menduga kalau seluruh objek yang berasal dari tempat ini akan muncul dalam bentuk es.

(Tifani)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini