Sukses

Afghanistan Berisiko Jadi Lokasi yang Alami Krisis Berkepanjangan

Afghanistan telah menghadapi salah satu krisis kemanusiaan terbesar di dunia sejak Taliban kembali merebut kekuasaan tiga tahun lalu.

Liputan6.com, Kabul - Organisasi bantuan di Afghanistan memperingatkan bahwa tanpa dukungan dan keterlibatan internasional yang berkelanjutan, maka negara tersebut berisiko menjadi "krisis yang terlupakan."

"Tanpa upaya cepat untuk meningkatkan keterlibatan diplomatik dan pendanaan berkelanjutan jangka panjang, warga Afghanistan, terutama perempuan dan anak perempuan, akan menderita selama bertahun-tahun yang akan datang," kata pernyataan bersama yang dirilis pada Selasa (13/8/2024) oleh 10 organisasi bantuan internasional yang beroperasi di negara tersebut.

Neil Turner, direktur Dewan Pengungsi Norwegia untuk Afghanistan, mengatakan dalam pesan video kepada VOA, bahwa keterlibatan internasional sangat penting untuk solusi jangka panjang terhadap masalah-masalah di Afghanistan, dikutip dari laman VOA Indonesia, Kamis (15/8).

"Kita perlu memiliki keterlibatan internasional penuh dengan pihak berwenang, dan hal ini akan memungkinkan kita untuk bergerak mencari solusi jangka panjang untuk masalah yang ada dan tidak hanya memberikan bantuan, yang mungkin dapat membantu masyarakat… dalam jangka waktu satu bulan ke bulan berikutnya," kata Turner.

Dia menambahkan, bahwa meskipun organisasi bantuan tersebut telah terlibat dalam bantuan kemanusiaan selama tiga tahun terakhir, ketika komunitas internasional "secara efektif meninggalkan Afghanistan," upaya yang dilakukan saat ini tidak dapat mengatasi masalah kemiskinan, pengangguran dan pengungsian.

Afghanistan telah menghadapi salah satu krisis kemanusiaan terbesar di dunia sejak Taliban kembali merebut kekuasaan tiga tahun lalu.

Komunitas internasional tidak mengakui Taliban sebagai pemerintah sah Afghanistan.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Internasional Tagih Komitmen Taliban

Komunitas internasional meminta Taliban untuk memenuhi komitmen mereka untuk menghormati HAM dan membentuk pemerintahan yang inklusif sebagai syarat untuk mendapatkan pengakuan.

Namun Taliban memberlakukan pembatasan yang represif terhadap perempuan, melarang mereka menerima pendidikan di tingkat menengah dan universitas, bekerja dengan pemerintah dan organisasi non-pemerintah, bepergian tanpa kerabat dekat laki-laki, dan pergi ke pusat kebugaran dan taman umum.

Taliban telah membentuk kabinet yang semuanya laki-laki dan menolak berbagi kekuasaan dengan pihak lain.

PBB melaporkan bahwa pada Mei, 23,7 juta orang, lebih dari separuh penduduk Afghanistan, membutuhkan bantuan makanan.

Perempuan dan anak-anak merupakan sebagian besar dari mereka yang membutuhkan.

 

3 dari 3 halaman

Keterlibatan Taliban

Sakhi Bayramli, seorang aktivis HAM Afghanistan yang tinggal di Jerman, mengatakan kepada VOA bahwa salah satu tantangan yang dihadapi komunitas internasional adalah melibatkan Taliban.

"Komunitas internasional harus mencapai keseimbangan antara memberikan bantuan kemanusiaan dan bernegosiasi dengan Taliban untuk memastikan bantuan tersebut sampai kepada orang-orang yang membutuhkan di Afghanistan pada waktu yang tepat," kata Bayramli.

Organisasi-organisasi bantuan tersebut juga meminta komunitas internasional untuk menekan Taliban agar menghormati hak asasi manusia, khususnya hak perempuan.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.