Sukses

Fakta-Fakta Batu Berjalan di Death Valley

Death Valley dikenal sebagai tempat terpanas di Bumi, apalagi saat gelombang panas melanda dengan rekor 53,3 derajat Celsius.

Liputan6.com, Jakarta - Batu berjalan di wilayah Death Valley, California, Amerika Serikat (AS) sempat menjadi fenomena sains yang menarik perhatian banyak orang. Batu-batu bergerak yang dikenal sebagai Sailing Rock di Racetrack Playa, Death Valley National Park, telah diamati dan dipelajari sejak awal 1900-an.

Dahulu, diperkirakan angin kencang mendorong batu-batu tersebut. Teori yang lebih fantastis melibatkan medan magnet hingga alien.

Death Valley dikenal sebagai tempat terpanas di Bumi, apalagi saat gelombang panas melanda dengan rekor 53,3 derajat Celsius. Dikutip dari laman EarthSky pada Kamis (15/08/2024), berikut fakta-fakta batu berjalan di Death Valley.

1. Tinggalkan Jejak

Batu-batu besar tampak bergerak sendiri di atas tanah Racetrack Playa, Death Valley. Sailing stones atau batu berlayar meninggalkan jejak panjang di permukaan danau kering, seolah-olah ditarik oleh sesuatu tak terlihat.

Fenomena sains ini membingungkan para peneliti sejak awal 1900-an, memicu berbagai teori mulai dari angin kencang hingga kekuatan magnet, bahkan hingga teori tentang campur tangan makhluk luar angkasa. Meski banyak yang meragukan, batu berlayar ini bukanlah tipuan atau ilusi.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Mengungkap Misteri Batu Berjalan

2. Mengungkap Misteri Batu Berjalan

Penjelasan ilmiah untuk fenomena batu berlayar baru terungkap pada 2014, berkat penelitian yang dilakukan oleh Richard D. Norris dan James M. Norris. Mereka menemukan bahwa gerakan batu-batu ini disebabkan oleh kombinasi kondisi yang sangat spesifik di musim dingin.

Ketika suhu malam turun cukup rendah, lapisan tipis es terbentuk di atas danau kering. Pada siang hari, es ini mencair menjadi panel-panel besar yang mengapung.

Angin ringan mendorong panel-panel ini, kemudian menggeser batu-batu tersebut dengan perlahan. Penelitian ini mengandalkan teknologi mutakhir seperti GPS dan kamera time-lapse untuk memantau dan mendokumentasikan pergerakan batu secara langsung.

Penemuan ini menjadi sebagai salah satu pencapaian penting dalam memecahkan misteri batu berjalan.

3. Frekuensi dan Durasi Gerakan Batu

Batu-batu di Racetrack Playa tidak bergerak setiap saat. Fenomena ini terjadi sangat jarang, dengan batu-batu hanya bergerak sekali setiap dua atau tiga tahun.

Gerakan batu-batu ini biasanya berlangsung hanya beberapa hari, tetapi jejak yang ditinggalkan dapat bertahan selama tiga hingga empat tahun sebelum menghilang. Batu dengan permukaan kasar cenderung meninggalkan jejak yang lurus dan teratur.

Sementara batu dengan permukaan halus bisa meninggalkan jejak yang berkelok-kelok. Frekuensi dan pola pergerakan ini sangat tergantung pada kombinasi cuaca dan kondisi lingkungan yang jarang terjadi.

Hal ini menjadi fenomena yang sangat khusus dan menakjubkan untuk diamati.

(Tifani)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.