Sukses

Perundingan Gencatan Senjata Perang Gaza Berlangsung di Doha, Perwakilan Hamas Absen

Negosiasi dimediasi oleh Qatar, Amerika Serikat, dan Mesir.

Liputan6.com, Doha - Putaran baru perundingan gencatan senjata Jalur Gaza sudah dimulai sejak Kamis (15/8/2024) di Doha, di mana kepala intelijen Israel bergabung dengan delegasi dari Qatar, Amerika Serikat (AS), dan Mesir.

Seorang pejabat yang diberi pengarahan tentang perundingan tersebut mengatakan negosiasi berlanjut di Doha hingga malam hari dan semua peserta diharapkan untuk melanjutkan pertemuan pada hari Jumat (16/8).

Negosiasi, yang merupakan upaya untuk mengakhiri pertumpahan darah di Jalur Gaza dan membawa pulang sandera yang tersisa, digelar saat Iran diyakini siap membalas dendam terhadap Israel menyusul pembunuhan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh di Teheran pada 31 Juli. AS sendiri berharap kesepakatan gencatan senjata di Jalur Gaza dapat meredakan risiko perang regional yang lebih luas, meski di lain sisi Washington mengakui memperkuat postur pertahannanya di Timur Tengah.

Hamas tidak bergabung dalam perundingan pada hari Kamis. Para mediator berencana untuk berkonsultasi dengan tim negosiasi Hamas yang berkantor pusat di Doha setelah pertemuan tersebut. Demikian ungkap sejumlah pejabat kepada Reuters.

Delegasi Israel termasuk Kepala Mossad David Barnea dan kepala dinas keamanan dalam negeri Ronen Bar. Direktur CIA Bill Burns dan utusan AS untuk Timur Tengah Brett McGurk mewakili Washington dalam perundingan, yang diselenggarakan oleh Perdana Menteri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani. Kepala intelijen Mesir Abbas Kamel juga berada di Doha.

Israel dan Hamas saling menyalahkan atas kegagalan mencapai kesepakatan, namun tidak ada pihak yang mengesampingkan kesepakatan.

Juru bicara keamanan nasional Gedung Putih John Kirby menuturkan kepada wartawan bahwa para negosiator berfokus pada penyempitan kesenjangan dan penerapan perjanjian kerangka kerja, yang menurutnya telah diterima secara umum oleh kedua belah pihak.

"Kendala yang tersisa dapat diatasi dan kita harus mengakhiri proses ini," ujarnya. "Hari ini adalah awal yang menjanjikan."

Pejabat senior Hamas Sami Abu Zuhri mengatakan kepada Reuters pada hari Kamis bahwa pihaknya berkomitmen pada proses perundingan dan dia mendesak para mediator mengamankan komitmen Israel terhadap usulan yang disetujui Hamas pada awal Juli, yang menurutnya akan mengakhiri perang dan mengharuskan penarikan penuh pasukan Israel dari Jalur Gaza.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pembunuhan oleh Israel Terus Berlanjut di Jalur Gaza

Bahkan saat para negosiator bekerja di Qatar, pertempuran terus berlanjut di Jalur Gaza, dengan pasukan Israel menyerang sasaran-sasaran di kota-kota Rafah dan Khan Younis.

Otoritas kesehatan Palestina mengatakan sedikitnya enam warga Palestina tewas pada Kamis malam dalam serangan udara Israel terhadap sebuah rumah di Jabalia di Gaza Utara.

Merespons laporan otoritas kesehatan Jalur Gaza, Kepala hak asasi manusia PBB Volker Turk mengatakan jumlah korban tewas di wilayah kantong itu yang mencapai lebih dari 40.000 merupakan "tonggak sejarah yang suram bagi dunia".

"Situasi yang tak terbayangkan ini sebagian besar disebabkan oleh kegagalan berulang kali oleh Pasukan Pertahanan Israel untuk mematuhi aturan perang," tegasnya dari Jenewa.

Secara terpisah, militer Israel mengaku telah "melenyapkan" lebih dari 17.000 militan Palestina dalam operasinya di Jalur Gaza.

Di Jalur Gaza yang hancur di mana perang telah mengusir hampir seluruh dari 2,3 juta penduduknya dari rumah-rumah mereka, ada keinginan yang kuat untuk mengakhiri pertempuran.

"Sudah cukup, kami ingin kembali ke rumah kami di Kota Gaza, setiap jam ada keluarga yang terbunuh atau rumah yang dibom," kata Aya (30), yang berlindung bersama keluarganya di Deir Al-Balah, bagian tengah Jalur Gaza.

"Kami berharap kali ini. Saya khawatir kali ini atau tidak sama sekali," katanya kepada Reuters.

Di Tel Aviv, keluarga beberapa sandera berunjuk rasa di luar markas besar Partai Likud pimpinan Netanyahu.

"Kepada tim negosiasi - jika kesepakatan tidak ditandatangani hari ini atau dalam beberapa hari mendatang di pertemuan puncak ini, jangan kembali ke Israel. Anda tidak punya alasan untuk kembali ke Israel tanpa kesepakatan," kata Yotam Cohen, yang saudaranya Nimrod Cohen menjadi sandera di Jalur Gaza.

Para sandera diculik dalam serangan Hamas ke Israel selatan pada 7 Oktober 2023, di mana Israel mengatakan militan menewaskan sekitar 1.200 orang dan memicu perang di Jalur Gaza.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.