Liputan6.com, Riyadh - Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman merasa khawatir bahwa ia akan dibunuh terkait upayanya untuk menormalisasi hubungan dengan Israel.
Dari sejumlah sumber, termasuk yang mencakup seorang mantan pejabat AS yang tidak disebutkan namanya dan dua orang yang mengetahui pembicaraan tersebut, mengatakan bahwa penguasa de facto kerajaan Arab Saudi tersebut menyampaikan rasa khawatirnya ke anggota parlemen AS.
Baca Juga
Pangeran Mohammed diduga menyoroti dugaan kegagalan AS untuk melindungi Presiden Mesir Anwar Sadat yang terbunuh pada bulan Oktober 1981 setelah menormalisasi hubungan dengan Israel, dikutip dari laman newarab, Jumat (16/8/2024).
Advertisement
Pernyataan tersebut dilaporkan dibuat saat sang pangeran membahas kesepakatan yang diusulkan dengan Israel dengan anggota parlemen AS.
Arab Saudi dianggap sebagai salah satu negara Muslim paling penting dan rumah bagi dua situs tersuci Islam, tidak pernah mengakui Israel dan tidak bergabung dengan Perjanjian Abraham yang ditengahi AS tahun 2020.
Namun, pemerintahan Joe Biden telah berusaha keras agar kesepakatan antara Riyadh dan Tel Aviv dapat terwujud, dikutip dari
Pangeran Mohammed diyakini menuntut pakta keamanan yang luas dengan AS, dukungan untuk program nuklir sipilnya, dan investasi ekonomi sebagai imbalan atas normalisasi hubungan dengan Israel.
Pangeran tersebut dilaporkan sangat ingin menekankan biaya yang harus dikeluarkannya untuk kesepakatan semacam itu, dengan menyoroti posisi Arab Saudi di dunia Arab dan negara Muslim, serta bagaimana kedua negara tersebut memandang Israel.
Perang di Gaza yang Tewaskan Puluhan Ribu Orang
Namun, terlepas dari perang Israel di Gaza dan jumlah korban tewas yang sangat besar -- melampaui 40.000 orang -- Riyadh belum membatalkan kemungkinan normalisasi, dengan mengatakan bahwa hal itu akan terjadi setelah negara Palestina terbentuk.
"Cara dia mengatakannya adalah, Orang Saudi sangat peduli tentang ini, dan seluruh Timur Tengah sangat peduli tentang ini, dan masa jabatan saya sebagai penjaga tempat-tempat suci Islam tidak akan aman jika saya tidak mengatasi masalah keadilan yang paling mendesak di kawasan kami," kata salah satu orang yang mengetahui percakapan yang dilakukan MBS dengan para pemimpin regional di Amerika Serikat.
Namun, Netanyahu dan para pemimpin Israel lainnya telah berulang kali menolak gagasan negara Palestina.
Sebuah jajak pendapat yang dilakukan oleh Pew pada bulan Mei juga menemukan bahwa hanya seperempat orang Israel, yang mencakup warga negara Palestina di negara tersebut, yang mau hidup berdampingan secara damai dengan Palestina.
Advertisement