Sukses

Kawasan Asia Tenggara Dinilai Paling Siaga Bencana, Ini Penjelasannya

Ada sejumlah pendekatan yang membuat kawasan Asia Tenggara dinilai paling siaga bencana. Salah satunya pendanaan.

, Jakarta - Kebanyakan dari negara-negara ASEAN terletak di sekitar Cincin Api Pasifik yang rentan terhadap gempa bumi, topan, gelombang badai, dan bahaya lainnya. Namun, di sisi lain, wilayah ini dianggap sebagai negara yang tergolong paling siap dalam menanggapi bencana.

Survei oleh Gallup untuk Lloyd's Register Foundation menunjukkan bahwa kasusnya tidak selalu begitu di semua negara yang berada di kawasan rawan bencana ini.

"Seringnya paparan terhadap bahaya bukanlah satu-satunya faktor yang menentukan seberapa siap seseorang," tutur konsultan penelitian Gallup, Benedict Vigers, kepada The Associated Press.

Laporan tersebut menemukan bahwa Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) memainkan peran penting dalam pengurangan risiko bencana. Vigers mengatakan, pendekatan umum di kawasan ini mencakup sistem peringatan dini yang luas dan efektif, pendekatan komunitas dan kerja sama regional, serta akses yang baik terhadap pendanaan kebencanaan.

"Keberhasilan Asia Tenggara dalam kesiapan menghadapi bencana dapat dikaitkan dengan tingginya keterpaparan terhadap bencana hingga tingkat ketangguhan yang relatif tinggi," kata dia, dikutip dari laman DW Indonesia, Sabtu (17/8/2024).

Kekayaan bukan faktor kesiapan hadapi bencana. 40 persen masyarakat yang disurvei di Asia Tenggara mengatakan bahwa mereka pernah mengalami bencana alam dalam lima tahun terakhir. Jumlah yang hampir sama, yakni 36 persen, di Asia Selatan mengatakan hal yang serupa.

Namun, 67 persen masyarakat Asia Tenggara merasa siap melindungi keluarga mereka dan 62 persen punya rencana darurat.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

ASEAN Punya Banyak Modal untuk Mempelajari Kesiapan Bencana

Responden dari Amerika Utara yang rentan terhadap bencana dibandingkan warga dari Asia Tenggara, mengakui bahwa mereka kurang siap. Sementara responden di Eropa Utara dan Barat termasuk dalam kelompok yang berada di tengah-tengah.

Ed Morrow, manajer kampanye senior di Lloyd's Register Foundation, sebuah badan amal keselamatan global yang berbasis di Inggris ikut menegaskan bahwa Hasil penelitian di Asia Tenggara, yang sebagian besar terdiri dari negara-negara berpenghasilan menengah ke bawah, menunjukkan bahwa kekayaan bukanlah faktor penentu dalam respons dan persiapan menghadapi bencana.

"Asia Tenggara adalah kawasan yang jelas punya banyak hal yang bisa dipelajari dunia dalam antisipasi bencana," ungkap Morrow.

 

 

3 dari 3 halaman

Filipina Paling Siap Hadapi Bencana?

Secara global, tidak ada negara yang memiliki peringkat lebih tinggi dari Filipina dalam hal mengantisipasi bencana alam dalam lima tahun terakhir.

Filipina adalah salah satu dari empat negara teratas, dimana warganya memiliki rencana apabila terjadi bencana.

Berikut urutannya:

Filipina (84 persen)

Vietnam (83 persen)

Kamboja (82 persen)

Thailand (67 persen)

diikuti oleh Amerika Serikat (62 persen)

Negara dengan proporsi terendah adalah Mesir, Kosovo dan Tunisia, semuanya sebesar 7 persen. Data tersebut diambil dari Jajak Pendapat Risiko Dunia yang dilakukan setiap dua tahun sekali, dengan hasil utama survei tahun 2023 yang dipublikasikan pada Juni 2024.

Survei dilakukan terhadap masyarakat berusia 15 tahun ke atas di 142 negara dan berdasarkan percakapan telepon atau tatap muka dengan sekitar 1.000 responden atau lebih di setiap negara kecuali Tiongkok, di mana sekitar 2.200 orang dihubungi secara online. Margin kesalahan berkisar antara plus atau minus 2,2 hingga 4,9 poin persentase, dengan tingkat kepercayaan keseluruhan 95 persen.

"Kami bermaksud agar data yang tersedia secara bebas ini dapat digunakan oleh pemerintah, regulator, dunia usaha, LSM, dan badan internasional untuk memberikan informasi dan menargetkan kebijakan serta intervensi yang membuat masyarakat lebih aman," kata Morrow.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.