Sukses

Perundingan Gencatan Senjata Perang Gaza di Qatar Belum Ada Hasil, Negosiasi Lanjut Minggu Depan di Mesir

Perundingan gencatan senjata antara Hamas dan Israel ini dimediasi oleh AS, Mesir, dan Qatar.

Liputan6.com, Doha - Putaran terakhir perundingan gencatan senjata perang di Jalur Gaza telah berakhir di Doha, Qatar, tanpa terobosan. Namun, prosesnya akan berlanjut pekan depan.

Pernyataan Gedung Putih yang ditandatangani oleh para mediator Qatar dan Mesir menggambarkan proposal baru dibangun "berdasarkan area kesepakatan" dan menjembatani kesenjangan yang tersisa dengan cara yang memungkinkan "implementasi cepat dari kesepakatan tersebut".

Dalam pernyataan lain pada Jumat (17/8/2024) malam, Presiden Joe Biden mengatakan proposal baru menawarkan dasar untuk kesepakatan akhir mengenai gencatan senjata dan kesepakatan pembebasan sandera.

"Dengan gencatan senjata dan kesepakatan pembebasan sandera yang komprehensif sekarang sudah di depan mata, tidak seorang pun di kawasan itu yang boleh mengambil tindakan untuk merusak proses ini," ujar Biden seperti dilansir The Guardian, Sabtu (17/8).

Meskipun kedua pernyataan tersebut bernada optimistis, puluhan putaran perundingan tidak langsung antara Hamas dan Israel telah gagal mencapai kesepakatan sejak gencatan senjata berumur pendek sebelumnya berakhir pada bulan Desember 2023.

Bahasa yang penuh harapan itu mungkin juga ditujukan untuk lebih menunda pembalasan Iran terhadap Israel setelah pembunuhan pemimpin politik Hamas, Ismail Haniyeh, di Teheran bulan lalu.

Ada kekhawatiran yang meluas bahwa serangan Iran terhadap Israel dapat memicu konflik regional yang intens.

"Kita belum sampai di (kesepakatan) sana," ujar Biden, yang kemudian menambahkan bahwa kesepakatan gencatan senjata "Lebih dekat (terwujud) dibanding tiga hari yang lalu".

Namun, seorang juru bicara Hamas menuduh Amerika Serikat (AS) mencoba menciptakan "suasana palsu" tanpa niat yang sungguh-sungguh untuk menghentikan perang.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Ketidaksepakatan Antara Hamas dan Israel

Dorongan baru untuk mengakhiri konflik muncul ketika kematian warga Palestina di Jalur Gaza telah melampaui 40.000 jiwa sejak Israel membombardir wilayah kantong itu pada 7 Oktober 2023.

Tekanan diplomatik meningkat pada Israel untuk membuat konsesi ketika pembicaraan dilanjutkan di Kairo minggu depan.

Berbicara di Tel Aviv pada hari Jumat setelah pertemuan dengan mitranya dari Israel, Menteri Luar Negeri Inggris David Lammy mengaku bahwa pihak Israel mengatakan kepadanya mereka berharap dapat mencapai kesepakatan.

"Saatnya membuat kesepakatan agar para sandera itu dikembalikan, agar bantuan dapat masuk dalam jumlah yang diperlukan di Jalur Gaza dan agar pertempuran dihentikan," kata Lammy.

Dalam kesempatan yang sama, Menteri Luar Negeri Prancis Stephane Sejourne mengatakan ini adalah momen penting karena dapat mengarah pada perdamaian atau perang.

Hamas, yang tidak berpartisipasi langsung dalam perundingan, menyebut Israel menambahkan tuntutan baru pada proposal sebelumnya yang mendapat dukungan AS dan internasional dan yang pada prinsipnya telah disetujui oleh mereka. Hamas menolak tuntutan Israel, yang mencakup kehadiran militer yang berkelanjutan di sepanjang perbatasan dengan Mesir dan garis yang membelah Jalur Gaza. Meski demikian, Hamas menegaskan pihaknya berkomitmen melakukan perundingan.

Dilaporkan terdapat pula ketidaksepakatan mengenai apakah gencatan senjata akan menandai berakhirnya permusuhan secara definitif dan berapa banyak tahanan Palestina yang akan dibebaskan dari penjara Israel sebagai imbalan atas sekitar 110 sandera yang tersisa yang ditawan oleh Hamas dalam serangan mendadaknya ke Israel pada 7 Oktober tahun lalu.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini