Sukses

Zelenskyy: Serangan ke Kursk Rusia untuk Menciptakan Zona Penyangga

Rusia maupun Ukraina telah mendesak penduduk untuk mengungsi dari daerah-daerah di mana pertempuran sengit sedang berlangsung.

Liputan6.com, Kyiv - Serangan militer Ukraina ke Kursk bertujuan untuk menciptakan "zona penyangga" guna mencegah serangan lintas batas oleh pasukan Rusia. Hal tersebut disampaikan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy pada hari Minggu (18/8/2024), di mana pasukannya meledakkan jembatan kedua di wilayah perbatasan Rusia itu.

Pasukan Ukraina dilaporkan bergerak maju perlahan di Kursk setelah serangan mendadak mereka ke sana hampir dua pekan lalu. 

Ukraina dinilai memiliki banyak tujuan atas serangan ke Kursk. Mulai dari meningkatkan moral setelah beberapa bulan yang sulit hingga menguras sumber daya Rusia. Seorang ajudan presiden Ukraina mengatakan serangan ke Kursk bertujuan untuk memastikan proses negosiasi yang "adil".

Dan untuk pertama kalinya, Zelenskyy pada hari Minggu mengungkap ambisi strategis operasi militer ke Kursk.

Mengutip CNN, Senin (19/8), dia mengatakan, "Sekarang tugas utama kami dalam operasi pertahanan secara keseluruhan: menghancurkan sebanyak mungkin potensi perang Rusia dan melakukan tindakan serangan balik yang maksimal. Itu termasuk menciptakan zona penyangga di wilayah agresor."

"Segala sesuatu yang menimbulkan kerugian pada tentara Rusia, negara Rusia, kompleks industri militer mereka, dan ekonomi mereka membantu mencegah perang meluas dan membawa kita lebih dekat ke akhir yang adil untuk agresi ini."

Menurut Zelensky, pijakan Kyiv di Kursk semakin kuat. Ukraina mengklaim mereka mengendalikan hampir 1.000 kilometer persegi wilayah Kursk. 

Sebagai bagian dari upaya untuk melumpuhkan kemampuan logistik Rusia dan mengganggu rute pasokan, pasukan Ukraina mengatakan pada hari Minggu bahwa mereka meledakkan jembatan lain di atas Sungai Seym di wilayah Kursk, dengan serangan udara presisi.

"Penerbangan Angkatan Udara terus merampas kemampuan logistik musuh dengan serangan udara presisi, yang secara signifikan memengaruhi jalannya operasi tempur," kata Komandan Angkatan Udara Ukraina Mykolaiv Oleshchuk.

Serangan itu terjadi dua hari setelah pasukan Ukraina menghancurkan jembatan pertama di atas Seym. Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan Ukraina telah menggunakan roket kiriman Barat untuk melakukan serangan itu, yang kemungkinan adalah HIMARS buatan Amerika Serikat (AS).

Pejabat militer Ukraina sebelumnya mengaku bahwa pasukannya menguasai Sudzha pekan lalu dan mendirikan kantor komandan militer di sana.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Rusia Terus Maju di Ukraina Timur

Rusia diyakini telah mengalihkan beberapa ribu tentara dari garis depan pertempuran di Ukraina yang diduduki untuk mengatasi hilangnya wilayah di Kursk. Dan penduduk yang melarikan diri dari daerah tersebut karena pertempuran telah diperingatkan untuk tidak kembali.

"Situasi operasional di wilayah distrik kami masih rumit. Beberapa warga tidak menyerah dalam upaya mereka untuk kembali ke rumah, sehingga menghambat pekerjaan militer kami," kata Kepala Distrik Korenevsky di Kursk Marina Degtyareva pada hari Minggu.

"Kembali ke daerah tersebut sejauh ini tidak mungkin bagi penduduk setempat dan terkadang mengakibatkan tragedi yang mengerikan."

Dia menambahkan, "Pihak berwenang akan memberi tahu penduduk kapan aman untuk Kembali. Saya mengimbau kepada semua penduduk Distrik Korenevsky, mari kita bersabar dan biarkan militer kita menghadapi musuh."

Saat Ukraina mengklaim semakin maju ke Kursk, pasukan Rusia juga semakin maju di Ukraina timur. Mereka dilaporkan telah bergerak mendekati Kota Pokrovsk di wilayah Donetsk, yang berfungsi sebagai pusat utama bagi militer Ukraina karena aksesnya yang mudah ke Kota Kostiantynivka, pusat militer lainnya. Ukraina menggunakan jalan yang menghubungkan keduanya untuk memasok kembali garis depan dan mengevakuasi korban.

"Rusia sudah dekat, hingga 11 kilometer dari pinggiran kota. Kota ini sedang bersiap-siap," kata Kepala Administrasi Militer Kota Pokrovsk Serhii Dobriak pada hari Minggu.

"Setiap kota di wilayah Donetsk memiliki unit tempur yang ditugaskan di sana dan rencana pertahanan telah dikembangkan. Kami bekerja sama dengan militer untuk membangun benteng. Ini adalah proses yang berkelanjutan."

Evakuasi warga sipil dari Pokrovsk dipercepat karena mendekatnya pasukan Rusia. Hampir 1.800 orang telah dievakuasi dari kota itu selama sepekan terakhir saja.

Wakil Perdana Menteri Ukraina Iryna Vereshchuk pada hari Minggu juga mendesak penduduk Pokrovsk dan permukiman lain di sekitar garis depan untuk mengungsi dan pergi ke daerah yang lebih aman.

Vereshchuk mengatakan dia memahami penduduk harus meninggalkan pekerjaan, rumah, dan harta benda mereka, "Namun, bagaimanapun juga, nyawa dan keselamatan Anda dan anak-anak Anda lebih berharga dan tinggal di daerah itu akan mengganggu pekerjaan pasukan pertahanan."

Panglima Militer Ukraina Jenderal Oleksandr Syrskyi menuturkan kepada Zelensky, "Orang-orang kita hebat di semua lini."

Namun, dia meminta mitra-mitra Barat termasuk AS, Inggris, dan Prancis untuk mengirimkan pasokan lebih cepat.

"Tidak ada libur dalam perang," tegas Syrskyi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini