Sukses

Rupanya Bintang Memiliki Warna Berbeda-Beda, Ini Alasannya

Bintang-bintang dapat dilihat di malam hari dan merupakan bagian dari rasi bintang, yang merupakan sekelompok bintang yang terlihat berdekatan. Bintang dibuat dari gas menyala, seperti hidrogen dan helium, yang berada di antara bintang-bintang lain di galaksi.

Liputan6.com, Yogyakarta - Bintang adalah benda langit yang memancarkan cahaya dan panas karena reaksi fusi nuklir yang terjadi di intinya. Objek astronomi ini merupakan penyusun galaksi.

Bintang-bintang dapat dilihat di malam hari dan merupakan bagian dari rasi bintang, yang merupakan sekelompok bintang yang terlihat berdekatan. Bintang dibuat dari gas menyala, seperti hidrogen dan helium, yang berada di antara bintang-bintang lain di galaksi.

Bintang-bintang dapat memiliki massa antara 0,08 hingga 200 kali massa matahari dan dapat berbentuk bulat, pipih, atau bahkan menyerupai kacang. Bintang juga memiliki warna yang berbeda-beda, meski kilauannya tampak berwarna putih atau kuning pucat.

Melansir laman Live Science pada Senin (19/08/2024), bintang menghasilkan cahaya sebagai hasil dari proses nuklir yang terjadi di dalam inti mereka. Proses ini memancarkan energi dalam bentuk radiasi elektromagnetik.

Warna bintang bergantung pada massa bintang tersebut. Semakin besar massa bintang berarti makin banyak materi yang dapat melangsungkan reaksi inti, sehingga suhunya semakin tinggi.

Selain itu, suhu juga mempengaruhi warna cahaya sebuah bintang. Saat bintang bertambah panas, energi radiasi keseluruhan meningkat, dan puncak kurva bergerak ke panjang gelombang yang lebih pendek.

Ketika suhu bintang lebih panas cahaya yang dipancarkannya akan menjauh untuk menuju titik spektrum biru. Permukaan dengan suhu terpanas memiliki warna biru atau kombinasi warna biru dan putih, di mana panjang gelombang cahayanya lebih pendek, yang kemudian ini membentuk warna bintang tampak biru.

Sementara suhu yang lebih dingin berwarna merah atau merah dan cokelat, dengan panjang gelombang yang lebih panjang. Jika diurutkan, bintang berwarna merah memiliki suhu di atas 1.700 derajat Celsius, seperti Betelgeuse dan Antares.

Jika suhu permukaan di atas 3.200 derajat Celsius maka sinarnya berwarna oranye atau jingga. Kemudian, pada bintang dengan suhu di atas 4.700 derajat Celsius akan berwarna kuning.

Bintang dengan suhu di atas 7.200 menghasilkan warna putih, seperti Sirius dan Procyon. Suhu di atas 29.000 sampai 50.000 derajat Celsius akan membuat bintang tampak berwarna biru, seperti Rigel dan Spica.

Sedangkan matahari yang terkenal sebagai pusat Tata Surya dan bintang, memancarkan cahaya yang berwarna kuning dengan suhu sekitar 5.700 derajat Celsius. Sebuah bintang berwarna hijau akan memancar tepat di tengah spektrum cahaya.

Kemudian memancarkan beberapa cahaya, oleh karenanya bintang akan tampak berwarna putih akibat kombinasi dari semua warna. Ada faktor lain yang memengaruhi warna bintang, yaitu elemen di dalamnya yang jika terkena atmosfer bumi akan mengubah panjang gelombang dari sinar yang dipancarkan..

Hal ini menyebabkan warna yang dihasilkan bintang terlihat seolah-olah berubah. Menariknya, para ahli astronomi menemukan bahwa 88 persen bintang di alam semesta dalam satu dekade terakhir cenderung bersinar dengan merah dan jingga.

Hanya 1 dari 3 juta bintang di alam semesta yang bersinar dengan warna biru.

 

2 dari 2 halaman

Mengapa Bintang Berkelap-kelip

Selain memancarkan cahaya yang tampak pada malam hari, bintang juga tampak berkelap-kelip atau twinkling. Fenomena ini merupakan cara bintang untuk mengubah kecerahannya sepanjang waktu.

Sebagian besar bintang bersinar dengan cahaya yang stabil, tetapi adanya pergerakan udara atau turbulensi di atmosfer Bumi menyebabkan cahaya bintang tampak berkelap-kelip. Turbulensi atau pergerakan udara yang tidak teratur menyebabkan cahaya bintang yang melewati atmosfer mengalami pembiasan yang berubah-ubah.

Perubahan ini menciptakan efek berkelap-kelip yang kita lihat dari Bumi. Turbulensi ini lebih terlihat pada bintang yang berada dekat dengan horizon karena cahaya bintang harus melewati lapisan atmosfer yang lebih tebal dibandingkan dengan bintang yang lebih tinggi di langit.

(Tifani)