Liputan6.com, Jakarta - Rotasi bumi adalah gerakan bumi berputar pada porosnya. Satu putaran penuh Bumi pada porosnya memerlukan waktu sekitar 24 jam, yang kita kenal sebagai satu hari.
Namun ternyata, kecepatan rotasi bumi tidaklah konstan dan mengalami perubahan seiring waktu. Penelitian yang diterbitkan dalam Proceedings of the National Academy of Sciences, menunjukkan bahwa perubahan iklim menyebabkan rotasi bumi melambat.
Dikutip dari laman Live Science pada Selasa (20/08/2024), perubahan iklim memicu pencairan lapisan es di Greenland dan Antarktika. Tempat ini mencair pada tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya selama dua dekade terakhir.
Advertisement
Baca Juga
Air dari wilayah kutub itu selanjutnya mengalir ke lautan dunia, terutama di wilayah khatulistiwa. Fenomena ini mempengaruhi pergeseran masa dan rotasi bumi.
Mencairnya es di kutub menyebabkan terjadinya pergeseran massa. Akibatnya, rotasi bumi yang awalnya cepat menjadi lebih lambat karena massa bergerak menjauh dari sumbu rotasi.
Dalam fisika, fenomena ini berkaitan dengan hukum kekekalan momentum sudut dan rotasi bumi. Ketika bumi berotasi lebih lambat, maka hari akan menjadi lebih panjang dari sedia kala.
Oleh karena itu, perubahan iklim juga mengubah panjang hari di Bumi, meskipun hanya sedikit. Studi Prosiding National Academy of Sciences (PNAS) menunjukkan, perubahan iklim meningkatkan panjang hari beberapa milidetik dari 86.400 detik saat ini.
Hal ini karena air yang mengalir dari kutub ke lintang yang lebih rendah memperlambat kecepatan rotasi. Penyebab bumi berotasi lebih lambat lainnya adalah karena adanya gesekan pasang surut air laut yang dipicu oleh bulan.
Penelitian terbaru menyimpulkan, gas rumah kaca yang dihasilkan terus-menerus dapat membuat bumi menjadi lebih panas. Hal tersebut lebih dapat memengaruhi kecepatan rotasi bumi, dibanding efek dari bulan.
Selama ribuan tahun, panjang hari di Bumi memang mengalami peningkatan secara bertahap, yaitu beberapa milidetik per abad. Hal tersebut umumnya terjadi karena tarikan gaya gravitasi bulan yang memperlambat rotasi bumi.
Namun, perubahan iklim semakin memperlambat proses alamiah itu. Penelitian terbaru menunjukkan, rekor peningkatan panjang hari dalam milidetik per abad yang sama sekali belum pernah terjadi dalam ribuan tahun sebelum 2000.
Dampak Rotasi Bumi Melambat
Rotasi Bumi yang melambat menyebabkan satu hari menjadi lebih panjang dari biasanya. Satu hari menjadi semakin lama dengan laju 1,33 milidetik per abad sejak 2000.
Panjang hari diprediksi dapat mencapai 2,62 milidetik per abad pada akhir abad ke-21, jika emisi gas rumah kaca terus berlanjut. Namun, penambahan sepersekian detik dalam satu hari itu tidak akan terlihat secara signifikan dalam kehidupan sehari-hari.
Namun, ahli geofisika di Jet Propulsion Laboratory NASA mengatakan, dampak tersebut tetap terasa dalam jangka panjang, terutama pada ketepatan waktu. Pada Maret 2024, Nature merilis penelitian yang menunjukkan bagaimana mencairnya es di kutub mengubah rotasi bumi dan memengaruhi penghitungan waktu.
Selama ini, Waktu Universal Terkoordinasi (UTC) dijadikan standar internasional untuk pengukuran waktu sejak 1960. Namun, UTC pada akhirnya perlu memasukkan “detik kabisat negatif” karena rotasi Bumi yang tidak konsisten, yang dipicu oleh perubahan iklim.
Dampak kehilangan satu detik dapat menimbulkan kekacauan pada sistem komputasi universal, seperti navigasi satelit, perangkat lunak, telekomunikasi, perdagangan, dan perjalanan luar angkasa.
(Tifani)
Advertisement