Sukses

Jurnalis Palestina Ibrahim Muharab Tewas dalam Penembakan Israel di Gaza

Palestinian Daily News, situs web tempat Ibrahim Muharab bekerja, mengumumkan kematiannya “setelah penembakan dari pendudukan Israel terhadapnya dan sekelompok jurnalis".

Liputan6.com, Khan Younis - Kementerian kesehatan di Gaza dan situs berita Palestina mengatakan pada hari Senin (19/8/2024) bahwa seorang jurnalis tewas oleh tembakan Israel pada hari sebelumnya di wilayah selatan.

"Jenazah Ibrahim Muharab dibawa ke Rumah Sakit Nasser", di kota selatan Khan Younis pada hari Senin 19/8), kata Kementerian Kesehatan di Gaza seperti dikutip dari Al Jazeera, Selasa (20/8). 

Palestinian Daily News, situs web tempat Ibrahim Muharab bekerja, mengumumkan kematiannya “setelah penembakan dari pendudukan Israel terhadapnya dan sekelompok jurnalis".

Ditambahkan media online tersebut bahwa jenazah Muharab ditemukan pada hari Senin (19/8) pagi di Kota Hamad, sebuah kompleks apartemen besar yang dibangun oleh Qatar dan sekarang menjadi reruntuhan.

Dua jurnalis lain yang bersama Muharab pada saat itu terluka dan dikirim ke Rumah Sakit Nasser di Khan Younis, seorang jurnalis AFP di lapangan melaporkan.

Video daring yang tidak dapat diverifikasi secara terpisah oleh AFP menunjukkan sebuah kendaraan lapis baja Israel melaju ke arah lingkungan Hamas sambil menembakkan peluru.

Setidaknya satu orang yang mengenakan jaket bertuliskan "Press" terlihat berlari menjauh dari tembakan sebelum terdengar suara yang mengatakan "Ibrahim terluka, di mana dia?"

Adapun sekitar 30 orang berkumpul pada hari Senin (19/8) di rumah sakit untuk berdiri di sekitar jenazah Ibrahim Muharab yang dibaringkan di tanah, di bawah terpal plastik putih yang di atasnya diletakkan jaket antipeluru bertuliskan "Press" layaknya karangan bunga. Demikian seperti ditunjukkan dalam rekaman AFPTV.

 

2 dari 4 halaman

Tentara Israel Tolak Komentar Kasus Penembakan Jurnalis

Ketika dihubungi oleh AFP, tentara Israel menolak berkomentar mengenai kasus spesifik penembakan Ibrahim Muharab tanpa menerima koordinat geografis lokasi kematian Muharab dan kartu identitasnya.

"(Tentara Israel) tidak pernah, dan tidak akan pernah, dengan sengaja menargetkan jurnalis", kata seorang juru bicara tentara kepada AFP.

Palestinian Journalists Syndicate (Serikat Jurnalis Palestina) mengutuk "pembunuhan" Ibrahim Muharab dan menuduh tentara Israel memimpin "kampanye terorganisasi... untuk membunuh jurnalis" di Gaza.

Jurnalis Gaza Ibrahim Qanan, yang berada di rumah sakit, menuduh Israel "membunuh kebenaran dengan mencoba menghapus semua jejak transmisi ke dunia luar tentang apa yang terjadi di Jalur Gaza".

Sebelumnya, tentara Israel telah membunuh beberapa jurnalis di Gaza yang dituduhnya menjadi anggota Hamas atau cabang bersenjata Jihad Islam.

Committee to Protect Journalists (CPJ) atau Komite Perlindungan Jurnalis melaporkan pada hari Senin bahwa "sedikitnya 113 jurnalis dan pekerja media" telah terbunuh sejak dimulainya perang antara Israel dan Hamas yang dimulai pada tanggal 7 Oktober.

Ini merupakan "periode paling mematikan bagi jurnalis sejak CPJ mulai mengumpulkan data pada tahun 1992."

3 dari 4 halaman

2 Jurnalis Al Jazeera Gugur dalam Serangan Udara Israel di Gaza

Sebelumnya, jurnalis Al Jazeera berbahasa Arab Ismail al-Ghoul dan juru kameranya Rami al-Rifi tewas dalam serangan udara Israel di Jalur Gaza.

Kedua wartawan tewas ketika mobil yang mereka tumpangi dihantam pada hari Rabu (31/7/2024) di kamp pengungsi Shati, sebelah barat Kota Gaza. Demikian seperti dilansir Al Jazeera, Jumat (2/8).

Mereka berada di daerah tersebut untuk melaporkan dari dekat rumah Ismail Haniyeh, pemimpin politik Hamas yang dibunuh pada Rabu dini hari di ibu kota Iran, Teheran.

"Ismail menyampaikan penderitaan warga Palestina yang mengungsi dan penderitaan orang-orang yang terluka serta pembantaian yang dilakukan oleh pendudukan (Israel) terhadap orang-orang tak berdosa di Gaza," ujar Anas al-Sharif dari Al Jazeera, yang melaporkan dari Gaza, tepatnya di rumah sakit tempat jenazah kedua rekannya dibawa.

"Perasaan itu ... tidak ada kata-kata yang dapat menggambarkan apa yang terjadi."

Ismail dan Rami mengenakan rompi media dan ada tanda pengenal di mobil mereka saat diserang. Mereka terakhir kali menghubungi meja redaksi 15 menit sebelum serangan. Selama panggilan tersebut, mereka melaporkan serangan terhadap sebuah rumah di dekat tempat mereka meliput dan mereka pun diminta untuk segera pergi. Mereka melakukannya dan mereka sedang dalam perjalanan ke Rumah Sakit Al-Ahli Arab saat mereka terbunuh.

Tidak ada komentar langsung dari Israel, yang sebelumnya membantah telah menargetkan jurnalis dalam perang 10 bulan di Jalur Gaza, yang telah menewaskan lebih dari 39.000 orang, sebagian besar di antaranya adalah anak-anak dan wanita.

Al Jazeera Media Network menyebut pembunuhan itu sebagai "pembunuhan yang ditargetkan" oleh pasukan Israel dan berjanji untuk "mengambil semua tindakan hukum untuk mengadili para pelaku kejahatan ini".

"Serangan terbaru terhadap jurnalis Al Jazeera ini merupakan bagian dari kampanye penargetan sistematis terhadap jurnalis jaringan kami dan keluarga mereka sejak Oktober 2023," kata jaringan tersebut.

4 dari 4 halaman

8 Jurnalis Palestina Tewas Saat Israel Lancarkan Serangan Udara ke Gaza

Sebelumnya, setidaknya delapan jurnalis tewas dan dua lainnya hilang dalam serangan udara Israel di Gaza, kata kantor pers daerah kantong Palestina pada awal perang Israel vs Hamas berkecamuk 7 Oktober 2023 lalu.

Kantor tersebut dalam sebuah pernyataan mengatakan jurnalis yang terbunuh adalah Said al-Tavil, Muhammed Subh, Hisham en-Nawacihe, Ibrahim Lafi, Muhammed Cergun, Muhammed es-Salihi, Esad Shemlah dan Selame Mime.

Dua jurnalis lainnya, Nidal al-Vahidi dan Heysem Abdulvahid, tidak ditemukan, demikian dikutip dari laman Anadolu Ajansi, Senin (16/10/2023).

Sementara itu, rumah tiga jurnalis hancur total dan sedikitnya 40 media disebut menjadi sasaran serangan udara.

Situasi meningkat di Jalur Gaza menyusul serangan multifront oleh kelompok Palestina Hamas.

Israel membalas dengan serangan udara dan menempatkan daerah kantong itu di bawah blokade total. Hal ini juga memutus pasokan air dan listrik ke Gaza, sehingga memperburuk situasi kemanusiaan yang sudah mengerikan.

Sebagai rumah bagi hampir 2,2 juta orang, Jalur Gaza kian memprihatinkan di bawah pengepungan Israel yang melumpuhkan sejak tahun 2007.

 

Video Terkini