Liputan6.com, Toronto - Dalam rangka World Humanitarian Day atau Hari Kemanusiaan Sedunia, Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau menyerukan gencatan senjata segera dan peningkatan bantuan kemanusiaan ke Gaza, menggarisbawahi kebutuhan mendesak akan bantuan di wilayah tersebut.
"Hari ini, pada Hari Kemanusiaan Sedunia, kita menghormati para pahlawan yang mempertaruhkan nyawa mereka untuk melindungi orang-orang paling rentan di dunia," kata PM Justin Trudeau seperti dikutip dari Anadolu Agency, Selasa (20/8/2024).
Baca Juga
Menanggapi krisis di Gaza, ia menggambarkan situasi tersebut sebagai "bencana" dan menekankan, "Satu wilayah yang paling membutuhkan bantuan kemanusiaan saat ini adalah Gaza."
Advertisement
Adapun Kanada telah menjanjikan bantuan sebesar $165 juta atau sekitar Rp2,5 triliun untuk Gaza dan Tepi Barat. Trudeau menyerukan "gencatan senjata segera" dan menekankan pentingnya "pembebasan sandera, perlindungan warga sipil, dan peningkatan aliran bantuan kemanusiaan ke seluruh wilayah."
Merenungkan serangan mematikan yang terjadi 21 tahun lalu di markas besar Perserikatan Bangsa-Bangsa di Baghdad, yang mengakibatkan kematian 22 pekerja kemanusiaan dan cedera pada lebih dari 150 orang lainnya, PM Trudeau menyoroti tantangan yang semakin besar yang dihadapi oleh upaya bantuan di seluruh dunia.
"Dampak konflik bersenjata dan perubahan iklim telah menyebabkan jumlah orang yang membutuhkan bantuan kemanusiaan mencapai rekor tertinggi," jelas PM Kanada itu.
PM Trudeau kemudian menegaskan kembali komitmen Kanada untuk membantu mereka yang membutuhkan melalui kemitraan dengan organisasi-organisasi seperti PBB, Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional, dan berbagai LSM.
Hari Kemanusiaan Sedunia, PBB di Indonesia Desak Perlindungan untuk Pekerja Kemanusiaan di Konflik Gaza
Sementara itu, dalam peringatan Hari Kemanusiaan Sedunia pada 19 Agustus 2024, Perserikatan Bangsa-Bangsa di Indonesia menyerukan tindakan mendesak untuk melindungi pekerja bantuan dan warga sipil yang terjebak di zona konflik.
Tema Hari Kemanusiaan Sedunia tahun ini yaitu Beraksi Untuk Kemanusiaan, menekankan kebutuhan mendesak guna menegakkan hukum humaniter internasional dan melindungi mereka yang mempertaruhkan nyawa untuk memberikan bantuan, demikian disebutkan dalam rilis yang diterima Liputan6.com dari kantor PBB di Indonesia, Senin (19/8/2024).
Pada tahun 2023, Basis Data Keamanan Pekerja Bantuan (Aid Worker Security Database) melaporkan bahwa komunitas kemanusiaan global menyaksikan tahun paling mematikan dalam sejarah, dengan jumlah korban sebanyak 280 pekerja bantuan tewas akibat kekerasan.
Ini mewakili peningkatan 137% yang mengejutkan dari tahun 2022, di mana 118 pekerja bantuan kehilangan nyawa. Tren ini terus berlanjut hingga tahun 2024, dengan 280 pekerja bantuan telah tewas hingga 17 Agustus, menyoroti meningkatnya bahaya yang dihadapi oleh mereka yang berada di garis depan zona krisis.
"Normalisasi kekerasan terhadap pekerja bantuan tidak dapat diterima dan tidak bermoral. Hal ini mengancam fondasi kerja kemanusiaan itu sendiri dan merusak kemampuan kita untuk menjangkau mereka yang sangat membutuhkan," kata Thandie Mwape, Kepala Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) di Indonesia dan Kantor Penghubung ASEAN.
"Pada Hari Kemanusiaan Sedunia ini, kami menghormati kenangan mereka yang telah membayar dengan harga tertinggi dalam pelayanan kemanusiaan dan menyerukan kepada komunitas global untuk terus berjuang mengakhiri impunitas yang memungkinkan kekejaman ini terus berlanjut."
Konflik yang sedang berlangsung di Gaza telah menjadi tempat paling mematikan bagi pekerja bantuan, dengan lebih dari 250 pekerja kemanusiaan tewas sejak Oktober 2023.
Advertisement
10 Bulan Perangi Hamas, Serangan Israel Rusak 564 Sekolah di Gaza
Untuk diketahui, dua pekan lalu lebih dari 100 orang tewas setelah Israel menyerang sebuah sekolah di Kota Gaza yang menampung warga Palestina yang mengungsi, sementara PBB menuduh Israel mengintensifkan serangan terhadap sekolah-sekolah. Demikian mengutip laporan Al Jazeera, Kamis (15/8/2024).
Penargetan Sekolah al-Talbin pada hari Sabtu (11/8) saat salat subuh memicu kemarahan global.
Paramedis di tempat kejadian menggambarkan pembantaian itu mengerikan, dengan "tubuh-tubuh tercabik-cabik". Israel mengklaim bahwa Hamas dan pejuang Jihad Islam Palestina beroperasi dari sekolah tersebut – klaim yang ditolak oleh Hamas.
Israel telah berulang kali menyerang sekolah, rumah sakit, dan universitas di Gaza, dengan mengklaim bahwa bangunan-bangunan itu digunakan untuk keperluan militer tanpa memberikan bukti apa pun.
Dengan banyaknya perintah evakuasi sejak perang di Gaza dimulai pada tanggal 7 Oktober 2023, sekolah-sekolah sering digunakan untuk menampung hampir dua juta warga Palestina yang mengungsi di daerah kantong yang terkepung itu.
Adapun berdasarkan Konvensi Jenewa Keempat, sekolah dianggap sebagai objek sipil dan harus dilindungi dari serangan. Namun kenyataannya, dalam kurun waktu 10 hari pada bulan Agustus, pasukan Israel menyerang lima sekolah di Kota Gaza, menewaskan lebih dari 179 orang dan melukai banyak orang lainnya.
Menurut data yang dikumpulkan oleh United Nations Children’s Fund (UNICEF), hingga 6 Juli atau dalam 10 bulan terakhir, 564 sekolah di Jalur Gaza telah terkena langsung atau rusak oleh serangan Israel.
Israel Bagikan Selebaran untuk Informasi Hamas di Gaza dan Berhadiah Rokok
Sementara itu di sisi lain, Israel dilaporkan menjatuhkan rokok di Gaza sebagai insentif untuk informasi terhadap kelompok tersebut.
Mengutip Al Jazeera, Selasa (13/8/2024), quadcopter Israel menjatuhkan selebaran di atas tenda-tenda orang yang mengungsi di Gaza selatan.
Selebaran tersebut, yang disertai dengan sebatang rokok, mengatakan orang-orang yang menelepon nomor dengan informasi tentang pejuang di Gaza akan menerima lebih banyak tembakau.
"Anda mau rokok atau pemimpin? Pesawat nirawak pendudukan Israel menjatuhkan selebaran di atas tenda-tenda warga Palestina yang mengungsi di daerah Al-Mawasi, menuntut informasi tentang perlawanan di Gaza dan berupaya memeras mereka dengan rokok yang ditempelkan pada selebaran tersebut," demikian dilaporkan Quds News Network.
The Jerussalem Post melaporkan, IDF atau tentara Israel menjatuhkan rokok dari langit di atas wilayah pesisir Khan Younis di Jalur Gaza pada hari Kamis (8/8) bersama dengan pesan yang memperingatkan penduduk setempat terhadap bahaya Hamas, N12 melaporkan pada hari Jumat (9/8).
Meskipun IDF diketahui telah menjatuhkan selebaran secara konsisten sebelum menyerang, yang meminta agar masyarakat segera mengungsi dari daerah tersebut demi keselamatan mereka sendiri, beberapa telah digunakan untuk menawarkan hadiah bagi para pemimpin Hamas.
Tidak seperti selebaran sebelumnya, yang dijatuhkan pada hari Kamis oleh IDF tidak meminta warga Gaza untuk mengungsi atau memberikan informasi, N12 mencatat. Sebaliknya, penduduk diberi hadiah rokok.
Terlampir pada rokok tersebut, berbagai selebaran bertuliskan, "Merokok itu berbahaya, tetapi Hamas lebih berbahaya," dan "Hamas membakar Gaza." Di samping tulisan tersebut, IDF menambahkan nomor kontak ke 'Departemen Pengaruh' untuk informasi lebih lanjut.
Selebaran tambahan menawarkan hadiah yang tidak ditentukan untuk setiap warga Gaza yang mengumpulkan lima selebaran.
Sejak awal perang, Hamas telah mengambil alih kendali penuh atas pasokan dan permintaan di Gaza, menaikkan harga hasil bumi, bantuan kemanusiaan, dan rokok, terkadang dengan jumlah yang mengkhawatirkan.
Dalam laporan The Jerussalem Post, Hamas disebut telah mencuri bantuan, hasil bumi, dan rokok hanya untuk menjualnya kembali dengan harga selangit.
Harga sebatang rokok saat ini di Jalur Gaza adalah 27 USD atau sekitar Rp427 ribu, sementara sebungkus dijual seharga 430 USD atau sekitar Rp6,8 juta, catat N12. 'Pajak' ini telah membantu Hamas terus mendanai kelangsungan hidupnya sendiri selama perang dengan mengorbankan penduduk Gaza.
Seorang pejabat keamanan yang berbicara dengan N12 menyatakan bahwa distribusi rokok dengan pesan yang diumumkan dimaksudkan untuk menyampaikan pesan terhadap Hamas, yang tidak dapat mengendalikan pemerintahan di jalur tersebut.
Menurut pejabat tersebut, tujuannya adalah untuk mempromosikan pembangkangan dan kutukan terhadap organisasi teroris dan kurangnya kemampuannya untuk menciptakan ketertiban umum. "Penting untuk menekankan bahwa rokok tidak masuk ke jalur tersebut dan bahwa ini adalah kejadian satu kali," ungkapnya.
Harga rokok yang sangat tinggi yang digelembungkan oleh Hamas telah menyebabkan krisis besar di Jalur Gaza, yang menyebabkan penduduknya terpaksa melakukan penyelundupan dan berbagai cara alternatif untuk mendapatkan produk tersebut.
Â
Â
Advertisement