Sukses

Kecelakaan Saat Tutup Ventilasi Tambang Batu Bara di China, 8 Orang Tewas

Media pemerintah China tidak memberikan rincian tentang apa yang terjadi, tetapi mengatakan kecelakaan itu menewaskan total delapan orang, merevisi jumlah korban sebelumnya sebanyak tujuh orang.

Liputan6.com, Sichuan - Kecelakaan tambang di barat daya China pada hari Rabu menewaskan delapan orang, menurut media pemerintah.

Outlet berita negara CCTV seperti dikutip dari AFP, Kamis (22/8/2024) mengatakan insiden itu terjadi sekitar pukul 10:00 pagi (0200 GMT) saat para pekerja menutup lubang ventilasi di tambang batu bara di Kota Leshan, Provinsi Sichuan.

Media pemerintah China tersebut tidak memberikan rincian tentang apa yang terjadi, tetapi mengatakan kecelakaan itu menewaskan total delapan orang, merevisi jumlah korban sebelumnya sebanyak tujuh orang.

Dikatakan bahwa operasi penyelamatan telah selesai.

Keselamatan tambang di China telah membaik dalam beberapa dekade terakhir, seperti halnya liputan media tentang insiden besar, yang banyak di antaranya pernah diabaikan.

Namun kecelakaan tambang masih sering terjadi di industri yang protokol keselamatannya sering kali longgar, terutama di lokasi yang paling sederhana.

Bencana besar terjadi pada bulan Februari tahun lalu ketika lereng di tambang batu bara terbuka di wilayah Mongolia Dalam utara tiba-tiba runtuh, mengubur puluhan orang dan kendaraan.

Media pemerintah kemudian melaporkan seorang pejabat mengatakan 53 orang tewas atau tidak diketahui keberadaannya saat pekerjaan pencarian dan penyelamatan selesai dua minggu kemudian.

2 dari 4 halaman

Korban Tewas Kecelakaan Tambang di Zimbabwe Bertambah Jadi 9 Orang

Sedikitnya sembilan penambang tewas setelah sebuah tambang emas di Chegutu, Zimbabwe, ambruk Jumat lalu (29/9). Hingga hari Minggu (1/10) lima penambang lain masih terjebak di reruntuhan tambang itu.

Saat poros tambang emas itu ambruk, ada 34 penambang yang terjebak. Hari Minggu kemarin, 21 orang berhasil diselamatkan dan empat jenazah diangkat dari tambang. Lima lainnya yang masih terjebak, belum ditemukan.

 Lebih dari 30 jam setelah kecelakaan terjadi, tim penyelamat yang kembali ke permukaan mengatakan kecil kemungkinan menemukan korban selamat lagi, yang diperkirakan adalah anak-anak di bawah umur yang ikut menjadi penambang ilegal.

“Batu-batu di tanah terus bergerak. Saya kehilangan harapan bahwa kami akan menemukan orang yang masih hidup. Kami dapat melihat tubuh mereka, tetapi tidak dapat menjangkaunya,” ujar seorang penyelamat dengan suara lirih, dikutip dari laman VOA, Senin (2/10/2023).

Upaya pencarian itu dipimpin oleh para penambang tradisional yang memahami labirin terowongan yang rumit di lokasi itu. Sejumlah polisi dan unit perlindungan sipil ikut mendukung upaya itu dengan memobilisasi makanan dan tempat tinggal bagi anggota keluarga yang berkemah di lokasi, menunggu kabar dari orang-orang yang mereka cintai.

Menurut pihak berwenang, bencana tambang seperti ini kerap terjadi di Zimbabwe karena penambang skala kecil sering mengabaikan peraturan keselamatan.

Menteri Pertambangan dan Pengembangan Pertambangan Zimbabwe Soda Zhemu mengatakan “pertambangan yang tidak bertanggungjawab, tidak memiliki tindakan pencegahan yang seharusnya dilakukan.”

Pemerintah mengatakan akan melakukan upaya untuk mencoba menegakkan peraturan pertambangan serta meningkatkan kesadaran di kalangan penambang skala kecil dan tradisional.

Federasi Penambang Zimbabwe menyatakan bahwa sekretaris jenderalnya dan ketua Asosiasi Penambang Chegutu akan mengunjungi lokasi tersebut untuk mencoba mencari tahu apa yang terjadi.

Kecelakaan pertambangan di Zimbabwe – yang memiliki cadangan emas, platinum, dan berlian yang sangat besar – sering terjadi. Metode penambangan seringkali tidak sempurna dan standar keselamatan diabaikan.

Pada tahun 2019, puluhan penambang tenggelam setelah hujan lebat membanjiri tambang Silver Moon dan Cricket di dekat Kota Kadoma.

3 dari 4 halaman

5 Orang Pekerja Tambang di Vietnam Tewas Tertimbun Batu Bara

Sementara itu, lima orang pekerja penambang batu bara tewas setelah sebuah tertimpa reruntuhan hasil tambang di Vietnam utara. Hal ini dikonfirmasi oleh kata pihak berwenang setempat pada Selasa (30/7/2024).

Kecelakaan itu terjadi pada Senin (29/7) di sebuah lokasi tambang batu bara di Provinsi Quang Ninh.

Wilayah ini merupakan daerah pertambangan batu bara terbesar di negara itu, kata Komite Rakyat provinsi dalam sebuah pernyataan.

Semua korbannya berjenis kelamin laki-laki berusia antara 23 dan 47 tahun. Mereka adalah karyawan unit penambang batu bara milik negara Vinacomin.

Vinacomin belum memberikan komentar tentang insiden itu, dikutip dari Channel News Asia, Selasa (30/7).

Meski begitu, proses penyelidikan terhadap penyebab kecelakaan sedang berlangsung, kata komite provinsi.

Kecelakaan pertambangan batu bara bukanlah hal yang jarang terjadi di Vietnam, yang masih sangat bergantung pada bahan bakar fosil untuk pembangkit listrik.

Pembangkit listrik tenaga batu bara menyumbang 60 persen dari produksi listrik negara itu pada paruh pertama tahun ini.

Pada April 2024, empat penambang batu bara tewas dan tujuh lainnya terluka dalam ledakan gas tambang batu bara di sebuah tambang yang dijalankan oleh unit lain Vinacomin.

4 dari 4 halaman

Warga Tanzania Tewas Saat Tambang Emas di Lokasi Ilegal dan Rawan Bencana

Kejadian mengenaskan juga pernah terjadi di sebuah tambang emas ilegal di Tanzania mengalami longsor dan menewaskan sedikitnya 22 orang di negara tersebut.

Longsor di tambang emas Tanzania utara ini terjadi setelah hujan lebat melanda, kata seorang pejabat senior pemerintah pada Minggu (14/1/2024).

Tragedi itu terjadi pada Sabtu pagi di wilayah Simiyu setelah sekelompok orang berusia antara 24 dan 38 tahun mulai menambang di wilayah yang aktivitasnya dibatasi karena hujan lebat, kata Simon Simalenga, komisaris distrik Bariadi di wilayah tersebut, dikutip dari laman indiatoday, Senin (15/1).

“Awalnya kami diberitahu bahwa ada 19 hingga 20 orang yang terjebak di tambang tetapi sayangnya kami akhirnya berhasil mengevakuasi 22 jenazah,” katanya.

Ia juga menambahkan bahwa operasi pencarian dan penyelamatan terus berlanjut meskipun hampir semua puing-puing yang mengubur mereka telah hilang.

Simalenga mengatakan, kelompoknya telah menemukan daerah yang kaya akan mineral sekitar dua hingga tiga minggu sebelumnya dan mulai melakukan aktivitas tambang emas sebelum pemerintah menyetujui prosedur dan keselamatan fisik dan lingkungan.

“Petugas pertambangan daerah mengunjungi mereka dan menghentikan aktivitas penambangan karena sedang mengerjakan prosedur yang diperlukan,” katanya.

Kelompok tersebut menentang perintah dan mulai menambang pada Jumat malam sebelum sebagian dari area tersebut ambruk dan mengubur mereka di dalamnya.

Pemerintah telah berupaya selama bertahun-tahun untuk meningkatkan keselamatan bagi penambang skala kecil, namun penambangan ilegal yang tidak aman dan tidak diatur masih terjadi di Tanzania, yang merupakan produsen emas terbesar keempat di Afrika setelah Afrika Selatan, Ghana, dan Mali.

 

Video Terkini