Sukses

Uniknya Perusahaan di Jepang yang Nyaris Berusia 1.500 Tahun, Masih Beroperasi hingga Kini

Manajemen kantor Kongo Gumi di Jepang yang baik menjadi kunci utama perusahaan tersebut dapat bertahan. Ini kisah selengkapnya.

Liputan6.com, Jakarta - Sebuah perusahaan konstruksi di Jepang bernama Kongo Gumi, diklaim sebagai perusahaan tertua yang masih terus beroperasi di dunia.

Prestasi tersebut berhasil dipertahankan di tengah banyaknya bisnis yang gulung tikar karena berbagai faktor, termasuk dampak pandemi COVID-19.

Saat ini, hanya ada beberapa ribu perusahaan yang usianya lebih dari 200 tahun. Bahkan, perusahaan-perusahaan itu tampak relatif baru dibandingkan dengan Kongo Gumi.

Dilansir Oddity Central, Rabu (28/8/2024), Kongo Gumi didirikan pada abad ke-6 oleh seorang tukang kayu Korea yang mengkhususkan diri dalam konstruksi kuil Buddha.

Sejarah Kongo Gumi dapat ditelusuri kembali lewat kuil Buddha pertama di Jepang, Shitenno-ji di Osaka.

Pada akhir abad ke-6, agama Buddha menyebar dengan cepat di seluruh Jepang, dan meskipun sebagian besar penduduk kepulauan Asia beragama Tao, keluarga kerajaan terlibat langsung dalam adopsi massal agama baru tersebut.

Membangun kuil Buddha merupakan langkah penting menuju tujuan tersebut, tetapi negara tersebut tidak memiliki perajin yang memahami arsitektur kuil Buddha, sehingga tiga Miyadaiku (tukang kayu Jepang) diundang ke Jepang dari Baekje, sebuah kerajaan di semenanjung Korea.

Kongō Shikō, salah satu dari tiga Miyadaiku yang diundang ke Jepang untuk membangun Shitennō-ji, kuil Buddha pertama di negara tersebut, mendirikan konstruksi Kongo Gumi pada tahun 578.

Catatan tentang pekerjaannya di Shitennō-ji di Osaka modern dapat ditemukan di "Nihon Shoki" (“Kronik Jepang”), sejarah Jepang tertua, sehingga secara resmi diakui sebagai perusahaan tertua yang terus beroperasi di negara tersebut.

Setelah menyelesaikan Shitennō-ji pada tahun 593, Kongo Gumi tetap terlibat aktif dalam pembangunan dan pemugaran kuil serta tempat suci Buddha di seluruh Jepang selama hampir satu milenium.

Kuil Shitennō-ji memainkan peran besar dalam keberhasilannya, tetapi itu tidak cukup untuk memastikan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu yang sangat lama.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Pembangunan Konstruksi Kongo Gumi

Menurut Hidekazu Sone, seorang profesor madya di Universitas Seni dan Budaya Shizuoka, Kongo Gumi bertahan lama berkat keterampilan para perajinnya dan kemampuan manajemen para pemimpinnya.

Catatan menunjukkan bahwa selama keberadaannya, Kongo Gumi mempekerjakan beberapa kelompok tukang kayu dan perajin paling terampil di Jepang, dan justru persaingan antara kelompok-kelompok yang berbeda inilah yang mengarah pada penemuan dan peningkatan berbagai Teknik. Hal ini kemudian membuat perusahaan mampu bersaing dengan yang lainnya.

Selama sebagian besar sejarahnya yang berusia 1446 tahun, Kongo Gumi dijalankan oleh 40 generasi keturunan Kongo, tetapi Hidekazu Sone mengklaim bahwa keluarga tidak pernah membiarkan tradisi mendahului kebaikan perusahaan.

3 dari 4 halaman

Mampu Bersaing dengan Kompetitor

Selama Periode Edo (1603 – 1868), Kongo Gumi menghadapi persaingan ketat dari kelompok tukang kayu lain. Maka dari itu, untuk memastikan kelangsungan hidup bisnis keluarga, perusahaan hanya memilih pemimpin dengan keterampilan pertukangan yang diperlukan dan keterampilan manajemen yang baik.

Catatan dokumen juga menunjukkan bahwa keluarga Kongo tidak selalu menempatkan anak sulungnya sebagai penanggung jawab perusahaan konstruksi jika mereka tidak memiliki kualitas yang dibutuhkan, dan tidak segan-segan mengganti pemimpin jika mereka gagal menunjukkan komitmen terhadap posisi mereka.

Sementara ketika keluarga tidak memiliki ahli waris laki-laki, perusahaan memastikan bahwa anak perempuan mereka menikah dengan tukang kayu dan pemimpin hebat demi kebaikan perusahaan.

Kongo Gumi menghadapi banyak tantangan sepanjang keberadaannya, dengan beberapa yang paling menonjol adalah Depresi Showa tahun 1920-an, ketika Kongo Haruichi, pemimpin ke-37 Kongo Gumi bunuh diri karena kesulitan keuangan, dan Perang Dunia II, ketika permintaan untuk bangunan keagamaan Buddha menurun drastis.

Namun, perusahaan berhasil bertahan hingga tahun 2006, ketika diakuisisi oleh perusahaan konstruksi yang jauh lebih muda dari Osaka. Saat itu, perusahaan tersebut telah mengumpulkan banyak utang dan tidak dapat lagi beroperasi secara mandiri.

4 dari 4 halaman

Tak Dikuasai Keluarga

Meskipun saat ini Kongo Gumi beroperasi sebagai anak perusahaan Takamatsu Construction Group, sejarahnya yang mengesankan masih menjadi inspirasi bagi perusahaan induknya dan banyak perusahaan lain di Jepang.

Tidak ada keturunan keluarga Kongo yang terlibat dalam pengelolaan perusahaan, dan hanya satu keturunan yang saat ini bekerja di Kongo Gumi.

Keluarga Kongo masih sangat dihormati di kalangan tukang kayu Jepang.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.