Liputan6.com, Tunis - Presiden Tunisia Kais Saied memecat beberapa anggota kabinetnya minggu ini. Reshuffle kabinet dilakukan saat kampanye dimulai jelang pilpres negara itu pada bulan Oktober.
Tiga tahun sejak Saied menulis ulang konstitusi Tunisia yang memberinya kekuasaan penuh untuk memilih kabinetnya, reshuffle bukanlah pertama kalinya. Namun, yang teranyar ini terjadi setelah pengangkatan Kamel Madouri, seorang teknokrat dan mantan menteri urusan sosial, sebagai perdana menteri kelima negara Afrika Utara itu pada awal Agustus ini.
Perombakan terbaru diumumkan pada hari Minggu (25/8/2024) di halaman Facebook kepresidenan tanpa banyak penjelasan.
Advertisement
Secara keseluruhan, 19 menteri diganti, termasuk mereka yang mengawasi sektor ekonomi, lingkungan hidup, pariwisata, perdagangan, dan kesehatan. Menteri dalam negeri dan menteri kehakiman tetap tidak berubah.
Saied, seperti dilaporkan kantor berita negara Tunisia, TAP, memberi tahu para menterinya yang baru diangkat bahwa perubahan mendadak pada pemerintahan Tunisia diperlukan untuk memerangi korupsi dan mempertahankan keamanan nasional.
Kedua tujuan tersebut termasuk di antara yang selama bertahun-tahun disebutkan Saied untuk membenarkan langkahnya dalam menyasar para pengkritiknya di pemerintahan, media, dan masyarakat sipil. Demikian seperti dilansir kantor berita AP, Rabu (28/8).
Saied tengah mencalonkan diri untuk masa jabatan kedua dalam Pilpres Tunisia pada awal Oktober. Dia hanya akan menghadapi tiga penantang, setelah badan pemilu negara itu menolak mayoritas calon yang akan datang, termasuk para pengkritik Saied yang paling menonjol dari seluruh spektrum politik Tunisia — sayap kanan, sayap kiri, dan Islamis.
Menurut penghitungan Human Rights Watch, setidaknya delapan calon penantang Saied telah dijatuhi hukuman penjara atau dilarang mencalonkan diri sejak musim pemilihan dimulai bulan lalu.