Sukses

Militer Israel Klaim Bebaskan Seorang Sandera dari Terowongan Hamas

Alkadi adalah salah satu dari delapan anggota minoritas Arab Bedouin yang diculik dalam serangan oleh kelompok militan Palestina ke Israel selatan pada 7 Oktober 2023.

Liputan6.com, Tel Aviv - Qaid Farhan Alkadi sendirian di bawah tanah pada hari Selasa setelah 326 hari ditawan di Jalur Gaza ketika pasukan Israel yang menyisir jaringan terowongan Hamas yang luas menemukan dan membebaskannya.

"Tiba-tiba, saya mendengar seseorang berbicara bahasa Ibrani di luar pintu, saya tidak percaya, saya tidak percaya," ungkap Alkadi (52), menceritakan dari rumah sakit selama panggilan telepon dengan presiden Israel saat keluarga besarnya yang merupakan orang Arab Bedouin berkumpul di samping tempat tidurnya, seperti dilansir kantor berita AP, Rabu (28/8/2024).

Dia adalah sandera kedelapan yang diselamatkan oleh pasukan Israel sejak sekitar 250 orang diculik selama serangan 7 Oktober yang memicu perang saat ini dan yang pertama ditemukan hidup di bawah tanah. Penyelamatan itu membawa momen langka yang melegakan bagi warga Israel setelah 10 bulan perang, tetapi juga menjadi pengingat yang menyakitkan bahwa puluhan sandera masih ditawan sementara mediator internasional mencoba menengahi gencatan senjata yang akan membebaskan mereka.

Alkadi, yang sebelumnya bekerja sebagai penjaga di pabrik pengepakan di Kibbutz Magen -salah satu dari beberapa komunitas pertanian yang diserang- mengungkapkan rasa terima kasihnya selama panggilan telepon dengan Presiden Israel Isaac Herzog. Dia mendesak para pemimpin negaranya untuk melakukan segala yang mungkin guna membebaskan puluhan orang yang masih ditawan.

"Bekerjalah 24 jam, jangan tidur sampai mereka kembali. Orang-orang benar-benar menderita, Anda tidak dapat membayangkannya," katanya, menurut transkrip panggilan telepon yang diberikan oleh kantor Herzog.

Alkadi, menurut militer Israel, ditemukan di terowongan Gaza Selatan tempat para sandera diduga berada bersama militan dan bahan peledak. Juru bicara militer Israel Laksamana Muda Daniel Hagari menyatakan dia ditahan di sejumlah lokasi selama penahanannya.

Militer Israel mengaku mereka menerapkan pelajaran yang dipelajari selama operasi sebelumnya saat menyelamatkan Alkadi. Sebelumnya, pasukan Israel yang bertemu dengan tiga sandera di dalam Jalur Gaza secara tidak sengaja menembak dan membunuh mereka karena mereka yakin mereka adalah militan.

Sementara itu, Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant merespons pembebasan Alkadi dengan menuturkan penyelamatan itu merupakan bagian dari kegiatan berani dan nekat yang dilakukan pasukannya di dalam Jalur Gaza.

 

2 dari 3 halaman

Sandera Lain Menunggu Dibebaskan

Israel yakin masih ada 108 sandera di Jalur Gaza dan sekitar sepertiga dari mereka telah tewas. Sebagian besar sisanya dibebaskan selama gencatan senjata selama seminggu pada bulan November 2023 sebagai imbalan atas pembebasan sejumlah warga Palestina yang dipenjara oleh Israel.

Rekaman yang dirilis oleh militer Israel menunjukkan Alkadi beberapa saat setelah penyelamatan. Tanpa cukur dan mengenakan tank top putih, dia terlihat duduk dan tersenyum bersama tentara Israel sebelum menaiki helikopter ke rumah sakit. Dia tampak kurus, namun kondisinya stabil.

Keluarga besarnya berkumpul di rumah sakit di Kota Beersheba, Israel selatan, untuk menyambutnya pulang.

Salah satu saudaranya menggendong bayi laki-laki Alkadi, yang lahir saat dia ditawan.

"Kami sangat gembira bisa memeluknya dan melihatnya serta mengatakan kepadanya bahwa kami semua di sini bersamanya," kata seorang anggota keluarga yang menyebut namanya Faez kepada Channel 12. "Saya berharap setiap sandera akan pulang, sehingga keluarga dapat merasakan kebahagiaan ini."

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu juga berbicara dengan Alkadi melalui telepon segera setelah dia tiba di rumah sakit. Dia mengatakan bahwa Israel akan mengandalkan operasi penyelamatan dan negosiasi untuk membawa pulang sandera yang tersisa.

"Kedua cara tersebut membutuhkan kehadiran militer kita di lapangan dan tekanan militer yang tiada henti terhadap Hamas," tutur Netanyahu.

Alkadi berterima kasih kepada Netanyahu karena memungkinkannya melihat keluarganya lagi. Pada saat bersamaan, Alkadi mengingatkan Netanyahu bahwa "ada orang (sandera) lain yang menunggu."

Netanyahu lantas menjawab, "Kami tidak melupakan siapa pun, sama seperti kami tidak melupakan Anda."

Militan pimpinan Hamas menculik sekitar 250 orang selama serangan mereka pada 7 Oktober di Israel yang diklaim Israel menewaskan sekitar 1.200 orang.

3 dari 3 halaman

Tekanan bagi Netanyahu

Serangan balasan Israel telah menewaskan lebih dari 40.000 warga Palestina, membuat 90 persen dari 2,3 juta penduduk Jalur Gaza mengungsi, dan menyebabkan kerusakan berat di seluruh wilayah yang terkepung.

Pada hari Selasa (27/8), serangan Udara Israel di seluruh Jalur Gaza berlanjut. Otoritas setempat mengatakan sedikitnya 18 orang, termasuk delapan anak-anak, tewas.

Dua operasi Israel sebelumnya untuk membebaskan sandera menewaskan sejumlah besar warga Palestina. Hamas mengatakan beberapa sandera telah tewas dalam serangan udara Israel dan upaya penyelamatan yang gagal. Pasukan Israel secara keliru membunuh tiga warga Israel yang melarikan diri dari penahanan pada bulan Desember.

Amerika Serikat, Mesir, dan Qatar telah menghabiskan waktu berbulan-bulan untuk mencoba merundingkan kesepakatan yang akan membebaskan para sandera yang tersisa dengan imbalan gencatan senjata yang langgeng. Pembicaraan tersebut masih berlangsung, namun belum ada tanda-tanda terobosan apa pun.

Netanyahu telah menghadapi kritik keras dari keluarga para sandera dan sebagian besar masyarakat Israel karena belum mencapai kesepakatan dengan Hamas untuk membawa para sandera pulang.

Hamas berharap dapat menukar para sandera dengan gencatan senjata yang langgeng, penarikan pasukan Israel dari Jalur Gaza, dan pembebasan sejumlah besar warga Palestina, termasuk militan terkemuka.

Pekan lalu, setelah militer Israel menemukan jenazah enam sandera di Gaza Selatan, Hagari menyatakan bahwa pihaknya sedang berupaya mengumpulkan lebih banyak informasi intelijen untuk operasi penyelamatan. Namun, dia menggarisbawahi, "Kita tidak dapat membawa semua orang kembali melalui operasi penyelamatan saja."