Liputan6.com, Tokyo - Sebagian warga Jepang dilaporkan kesulitan membeli beras, makanan pokok yang sangat disukai di negara itu, karena ancaman "gempa besar", ditambah dengan serangkaian topan dan liburan selama seminggu, yang berdampak pada pasokan.
Dengan menipisnya stok harian di beberapa toko, pemerintah memperingatkan agar tidak panic buying atau panik membeli pada hari Selasa (27/8).
Baca Juga
"Kami hanya dapat memperoleh setengah dari jumlah beras yang biasa pada musim panas ini dan beras cepat habis terjual," kata seorang pegawai di cabang jaringan supermarket Fresco yang populer kepada Agence France-Presse (AFP) di ibu kota Jepang seperti dikutip Kamis (29/8/2024).
Advertisement
Beras menjadi langka.
Rak beras di beberapa toko kosong, dan stok dijatah setelah peringatan pemerintah bulan ini – yang kini telah dicabut – tentang kemungkinan "gempa besar", serta beberapa topan dan liburan tahunan Obon.
Faktor-faktor lain termasuk panen yang lebih rendah yang disebabkan oleh cuaca panas dan kekurangan air serta peningkatan permintaan terkait dengan rekor jumlah wisatawan asing.
Di salah satu toko makanan di Tokyo, sebuah tanda yang dilihat AFP berbunyi: "Agar banyak pelanggan dapat membeli, kami meminta Anda untuk membeli satu (kantong beras) sehari per keluarga."
Prospek Membeli Beras Kecil
Seorang pekerja di toko lain di Tokyo berkata: "Kami tidak dapat membeli beras sama sekali, dan tidak ada prospek untuk membeli dalam waktu dekat."
Pekerja Fresco mengatakan kepada AFP bahwa stok harian habis pada tengah hari.
"Pelanggan mengantre sebelum toko dibuka, tetapi tumpukan kantong, masing-masing berisi 10 kilogram (22 pon), selalu terjual habis pada pagi hari," katanya.
Menteri Pertanian Jepang Tetsushi Sakamoto mengimbau agar tetap tenang pada hari Selasa (27/8).
"Harap tenang dalam aktivitas pembelian Anda dengan membeli beras sesuai kebutuhan," kata Sakamoto, sambil menekankan, "Situasi kekurangan pasokan akan teratasi secara bertahap."
Advertisement
Beras Mengakar Pada Budaya Jepang
Beras sangat mengakar dalam budaya Jepang, dan panennya telah membentuk lanskap negara tersebut, meskipun beras digunakan sebagai mata uang pada abad ketujuh.
Dengan konsumsi tahunan sebesar tujuh juta ton per tahun, beras sejauh ini merupakan makanan pokok yang paling banyak dikonsumsi di negara tersebut.
Namun, permintaan telah menurun selama beberapa waktu, karena populasi yang menurun dan perubahan kebiasaan makan banyak orang Jepang saat mereka memilih alternatif.
Stok beras negara tersebut pada bulan Juni adalah yang terendah sejak tahun 1999 ketika data pembanding pertama kali dikumpulkan, tetapi para pejabat yakin bahwa persediaan tersebut mencukupi.
Musim panen baru telah dimulai, dengan 40% hasil panen tersedia pada akhir September, kata seorang pejabat kementerian pertanian kepada AFP.