Liputan6.com, Wellington - Raja Maori dari Selandia Baru Kiingi Tuheitia Pootatau Te Wherowhero VII meninggal di usia 69 tahun. Kiingitanga atau Gerakan Raja Maori, mengumumkan berita tersebut di media sosial pada Jumat (30/8/2024) pagi waktu setempat.
Juru bicara Kiingitanga Rahui Papa mengatakan raja telah berada di rumah sakit untuk memulihkan diri dari operasi jantung, beberapa hari setelah merayakan ulang tahun ke-18 penobatannya.
Baca Juga
"Meninggalnya Kiingi Tuheitia merupakan momen kesedihan mendalam bagi para pengikut Te Kiingitanga, Maaoridom, dan seluruh bangsa," kata juru bicara tersebut, seperti dilansir BBC.
Advertisement
Mendiang raja lahir dengan nama Tuheitia Paki pada tahun 1955. Dia dimahkotai pada tahun 2006 setelah kematian ibunya, Te Arikinui Dame Te Atairangikaahu.
Seperti ibunya, Raja Tuheitia dipandang sebagai tokoh pemersatu yang hebat, di mana baru-baru ini dia menyerukan kepada Suku Maori untuk bersatu dalam menghadapi kebijakan yang menyasar mereka.
Pengganti Raja Tuheitia akan dipilih oleh para pemimpin via Kiingitanga dan mungkin tidak akan diumumkan hingga akhir upacara pemakamannya.
Media Selandia Baru melaporkan bahwa raja diperkirakan akan disemayamkan di Turangawaewae Marae, tempat kedudukan raja Maori, selama lima hari dan kemudian akan dimakamkan di Gunung Taupiri.
Jabatan raja Maori bermula pada tahun 1858, ketika Maori memutuskan untuk menciptakan figur pemersatu yang mirip dengan raja Eropa dalam upaya mencoba dan mencegah hilangnya tanah secara luas oleh penjajah Inggris di Selandia Baru dan melestarikan budaya Maori.
Ungkapan Duka Cita
Perdana Menteri Selandia Baru Christopher Luxon memberikan penghormatan kepada raja, dengan mengatakan, "Komitmennya yang teguh kepada rakyatnya dan upayanya yang tak kenal lelah untuk menegakkan nilai-nilai dan tradisi Kiingitanga telah meninggalkan jejak yang tak terhapuskan pada bangsa kita."
Mantan perdana menteri Jacinda Ardern menyampaikan penghormatannya kepada Raja Tuheitia, dengan menyebutkan, "Anda telah menjadi pendukung Maori, atas keadilan ... dan kemakmuran. Anda ingin anak-anak, kaum muda, dan mereka yang tertinggal memiliki kesempatan dan harapan."
Raja Maori menghadiri penobatan Raja Charles III pada bulan Mei 2023 dan secara pribadi bertemu dengan raja Inggris itu sebelum perayaan tersebut. Keduanya juga bertemu pada tahun 2015 di Selandia Baru.
Dalam pernyataannya, Raja Charles III mengatakan bahwa dia dan Ratu Camilla sangat sedih mendengar kematian Kiingi Tuheitia dan bahwa ia merasa sangat senang mengenal sosoknya selama beberapa dekade.
"Dia sangat berkomitmen membangun masa depan yang kuat bagi Suku Maori dan Aotearoa ... yang dibangun di atas budaya, tradisi, dan penyembuhan, yang dia jalankan dengan kebijaksanaan dan kasih sayang."
"Kua hinga te totara i Te Waonui a Tane. (Pohon Totora yang perkasa telah tumbang)," tambah Raja Charles III dalam bahasa Maori, merujuk pada pohon asli Selandia Baru yang dianggap suci dan simbol kekuatan.
Pada tahun 2014, sang raja menolak bertemu Pangeran William dan Putri Kate, yang saat itu bergelar Duke dan Duchess of Cambridge, dalam lawatan mereka ke Selandia Baru karena menurutnya waktu 60 hingga 90 menit yang dialokasikan untuk kunjungan tersebut tidak cukup untuk menjalankan adat budaya yang sesuai dengan status mereka.
Advertisement