Liputan6.com, Jakarta - Bintang adalah benda langit yang memancarkan cahaya dan panas dari reaksi fusi nuklir yang terjadi di intinya. Benda langit ini serupa bola gas bercahaya raksasa yang terdiri dari hidrogen dan helium.
Dalam penjelajahan luar angkasa, para astronom berhasil menemukan miliaran bintang. Beberapa bintang menarik perhatian para astronom karena dianggap unik, seperti bintang biru bernama S Doradus.
Dikutip dari laman Harvard University pada Jumat (30/08/2024), S Doradus dikenal juga dengan sebutan SDOR adalah salah satu bintang yang mendiami galaksi kerdil bernama Large Magellanic Cloud (LMC). Galaksi kerdil ini mengorbit pada Galaksi Bima Sakti.
Advertisement
Baca Juga
Jarak Galaksi LMC dari bumi adalah sekitar 160.000 tahun cahaya. Karena terlalu jauh, maka tak heran, bintang SDOR tidak bisa kita lihat tanpa alat bantu.
Bintang ini termasuk dalam kelompok bintang super raksasa biru dan dikenal karena luminositas dan ukuran luar biasanya. SDOR merupakan salah satu anggota dari kelompok bintang yang dikenal sebagai variabel raksasa biru, yang mengubah kecerahannya secara periodik.
S Doradus merupakan benda raksasa masif yang terus berubah radiasi dan massanya. Pada 1969, ilmuwan mengategorikannya ke dalam Luminous Blue Variable (LBV) bersama dengan bintang-bintang biru lainnya yang juga berevolusi.
SDOR memiliki cahaya biru dengan tingkat kecerahan yang berubah seiring waktu. Terkadang SDOR meradiasi cahaya sebanyak 1 juta kali lebih banyak dari matahari.
SDOR berukuran diameter 530 juta kilometer dibandungkan dengan matahari, ia memiliki ukuran 380 kali lebih besar. Jika SDOR diletakkan di posisi matahari dalam Galaksi Bima Sakti, maka dengan ukuran raksasanya, ia akan melahap Mars, Bumi, Venus, bahkan hampir menelan Merkurius
Dengan suhu permukaan yang sangat tinggi, bintang ini memancarkan cahaya biru yang terang. Suhu permukaan SDOR bisa mencapai sekitar 20.000 hingga 30.000 derajat Kelvin, jauh lebih tinggi daripada suhu Matahari yang hanya sekitar 5.500 derajat Kelvin.
Â
Tentang Large Magellanic Cloud
Large Magellanic Cloud atau galaksi bernama Awan Magellan yang berada di sekitar Bima Sakti. Meski bernama awan, Magellan merupakan galaksi katai atau kerdil yang menjadi rumah bagi miliaran bintang muda, salah satunya S Doradus.
Dikutip dari Space pada Jumat (30/08/2024), Awan Magellan dapat dengan mudah ditemukan di belahan Bumi Selatan saat malam hari. Galaksi ini telah memikat para astronom selama berabad-abad.
Awan Magellan telah diamati dan dicatat oleh berbagai peradaban selama berabad-abad. Orang-orang Aborigin Australia menamakannya Bumi Asap, sedangkan orang Maori di Selandia Baru menyebutnya Awan Matahari Terbit.
Dalam dunia astronomi moderen, galaksi katai ini pertama kali ditemukan oleh seorang penjelajah dari Portugal, yaitu Ferdinand Magellan. Penemuan ini terjadi ketika ia dan para krunya melakukan pelayaran keliling dunia pada 1519 hingga 1522.
Selanjutnya, objek tersebut digambarkan oleh rekan Ferdinand Magellan, yakni Venetian Antonio Pigafetta. Ia menggambar Awan Magellan sebagai gugus bintang yang redup.
Dalam buku hariannya, Pigafetta menulis bahwa rasi bintang di Kutub Selatan tidak sama dengan yang ada di Kutub Utara. Pada Bumi bagian utara, terdapat dua kelompok bintang berkabut dan menyerupai awan kecil yang saat ini dikenal sebagai Awan Magellan.
Para ilmuwan memperkirakan Awan Magellan terbentuk pada 13 miliar tahun lalu. Awan Magellan merupakan objek luar angkasa yang kaya akan gas, sebagian besar terdiri dari hidrogen dan helium.
Dua gas ini memainkan peran penting dalam pembentukan bintang. Hal ini lah yang menyebabkan Awan Magellan disebut juga sebagai rumah bintang.
Objek kembar ini dihuni oleh banyak populasi bintang muda panas dan nebula, yang paling terkenal ialah nebula Tarantula di Awan Magellan Besar. Salah satu fakta menarik Awan Magellan yang paling spektakuler adalah keberadaan Jembatan Antargalaksi.
Jembatan ini merupakan aliran gas dan debu yang menghubungkan Awan Magellan Besar dan Awan Magellan Kecil. Para astronom meyakini bahwa Jembatan ini terbentuk akibat interaksi gravitasi antara kedua galaksi.
Bima Sakti diprediksi akan bertabrakan dengan galaksi Awan Magellan Besar. Namun tenang, menurut riset yang dilakukan oleh Durham University, galaksi Awan Magellan kemungkinan akan menabrak Bima Sakti dalam dua miliar tahun lagi.
Proses tabrakan kedua galaksi ini diprediksi 6 miliar tahun lebih cepat dibandingkan dengan tabrakan Bima Sakti dengan galaksi tetangga yang lainnya, yakni Andromeda. Pada gilirannya, tabrakan juga akan menelan semua gas yang terlihat dan tumbuh dalam ukuran hingga 10 kali lipat.
(Tifani)
Advertisement