Sukses

Menlu Retno Marsudi Beberkan Peran Penting IAF Bagi Indonesia

IAF 2024 merupakan forum pertemuan perwakilan pemerintah, swasta hingga akademisi untuk memperkuat kerja sama ekonomi Indonesia dan Afrika.

Liputan6.com, Denpasar - Indonesia Africa Forum (IAF) 2024 diharapkan dapat memperkuat kerja sama ekonomi yang saling menguntungkan antara Indonesia dan Afrika.

Hal ini disampaikan oleh Menteri Luar Negeri RI (Menlu RI) Retno Marsudi.

Ia mengungkap empat alasan mengapa IAF 2024 penting bagi Indonesia:

Pertama, lewat IAF Indonesia menyerukan solidaritas Global South guna menjadi penggerak perubahan. Hal ini dinilai penting di tengah kondisi geopolitik dunia yang semakin tidak menentu. Terlebih, Menlu Retno mengatakan bahwa negara berkembang, yakni negara dari Global South, mengalami dampak paling besar.

"Oleh karena itu, negara-negara Global South harus memiliki semangat yang sama untuk menjadi bagian penting dari perubahan dan menjadi bagian dari solusi melalui kemitraan dan kerja sama yang lebih solid," tutur dia dalam dalam konferensi pers di sela-sela penyelenggaraan IAF, di Bali, Senin (2/9/2024).

Dalam pembukaan IAF, Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) juga menyampaikan komitmen Indonesia untuk menjadi jembatan penghubung antara perbedaan sekaligus memperjuangkan kepentingan dan kesetaraan bagi negara berkembang.

"Saatnya suara dan kepentingan Global South didengarkan, dan hak Global South atas pembangunan harus dihormati," lanjutnya.

Kedua, terus mengobarkan Bandung Spirit.

Bandung Spirit merupakan hasil dari Konferensi Asia Afrika (KAA) yang kemudian menjadi landasan utama dalam kerja sama dengan Afrika. Terlebih, Uni Afrika juga telah mencanagkan Africa Agenda 2063, yangmemuat peta jalan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan yang berkesinambungan bagi negara-negara Afrika untuk 50 tahun ke depan.

"Tadi saya sampaikan bahwa beberapa negara bahkan menyebutkan bahwa Spirit Bandung akan menjadi kompas dalam menavigasi upaya pembangunan dan kerja sama anatara negara-negara selatan," tuturnya.

 

2 dari 4 halaman

Perkuat Kemitraan dengan Afrika

Ketiga, IAF menjadi kendaraan untuk memperkuat kemitraan dengan Afrika.

Hal ini menjadi penting lantaran Afrika diproyeksikan menjadi kontinen masa depan. Selain itu, Afrika juga mencatat pertumbuhan ekonomi hingga 4 persen tahun lalu, melampaui pertumbuhan ekonomi dunia sebesar 2,7 persen.

Afrika juga miliki bonus demografi, dengan populasi penduduk usia muda yang besar. Selain itu, Afrika juga diberkahi dengan berbagai sumber daya alam yang melimpah, termasuk mineral kritis.

"Afrika terlalu besar untuk tidak menjadi perhatian kita, dan Indonesia menyatakan siap bermitra dengan negara-negara Afrika, khususnya di sektor pangan, energi, kesehatan, dan mineral," ungkap Menlu Retno.

Terakhir, mendorong pencapaian target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).

"Tadi, Bapak Presiden menyampaikan bahwa pencapaian target SDGs harus tetap menjadi fokus utama. Dan ini harus diselaraskan dengan prioritas nasional dan regional," sebut dia.

"Kita masih memiliki banyak PR bersama ke depannya. Kita berharap berbagai kerja sama konkret yang dihasilkan dalam IAF kali ini dapat mendorong percepatan pencapaian target SDGs global."

3 dari 4 halaman

Hasil Konkret IAF

Berkaca dari penyelenggaraan IAF pertama pada tahun 2018 yang menghasilkan kesepakatan bisnis senilai USD 586,6 juta, IAF 2024 diharapkan menghasilkan kesepakatan senilai USD 3,5 miliar.

"Ini berarti peningkatannya sekitar 600% dibandingkan IAF pertama. Ini patut kita banggakan, peluang baru kerja sama ekonomi terus terbuka," tegas Menlu Retno.

Ke depan, Indonesia berkomitmen untuk terus mengimplementasikan berbagai kesepakatan dan kerja sama yang membawa manfaat konkret bagi masyarakat Indonesia maupun Afrika.

4 dari 4 halaman

Turut Lakukan Sejumlah Pertemuan Bilateral

Di sela-sela penyelenggaraan IAF, Presiden Jokowi melakukan pertemuan bilateral dengan Liberia, Ghana, Zimbabwe, dan Zanzibar.

"Pada intinya intinya membahas peningkatan kerja sama di berbagai bidang antara lain kesehatan, energi, infrastruktur, sawit, pertambangan, ekonomi biru, pariwisata, hingga kerja sama pembangunan atau development cooperation," kata Menlu Retno.

Sementara itu, ia juga melakukan pertemuan bilateral dengan sejumlah menlu yakni Menlu Eswathini untuk membahas MoU visa, Mensesneg Angola untuk membahas kerja sama ekonomi, agro industri dan perikanan hingga Menteri Aljazair.