Liputan6.com, Jakarta - Indonesia, melalui diplomasi, mendorong upaya berkelanjutan dan kolaboratif untuk mencapai Suistainable Development Goals (SDGs) dan mengimplementasikan Perjanjian Paris. Hal tersebut disampaikan Menteri Luar Negeri Republik Indonesia (Menlu RI) Retno Marsudi dalam pidatonya pada Indonesia International Sustainability Forum (IISF) 2024 yang bertema "The Path to Pursuing Sustainable Future", Jumat (6/9/2024).
Seiring ekonomi global terus berubah, sebut Menlu Retno, diplomasi memainkan peran yang lebih penting dalam membentuk masa depan yang lebih berkelanjutan.
Baca Juga
Menlu Retno membeberkan terdapat tiga prioritas yang harus dikejar.
Advertisement
"Pertama, investasi dan pengembangan ekonomi hijau. Hal ini tentu saja akan membutuhkan dukungan teknologi dan pembiayaan yang signifikan. Dalam hal ini, telah ada banyak inisiatif untuk pembiayaan yang berkelanjutan dan inovatif ... Indonesia memperkenalkan JETP (Just Energy Transition Partnership) selama masa jabatannya di G20," terang Menlu Retno seperti dikutip dari pernyataan tertulisnya.
"Indonesia juga menjadi salah satu pemrakarsa Komunitas Nol Emisi Asia (AZEC). Dan dari semua inisiatif ini, pesan kami sangat jelas. Kita harus memastikan bahwa teknologi hijau menjadi barang publik. Dan saya berharap melalui IISF, kita dapat bekerja sama erat dengan sektor swasta dalam memastikan investasi untuk pengembangan teknologi hijau yang terjangkau."
Prioritas kedua adalah memanfaatkan potensi besar ekonomi biru.
"Diperkirakan ekonomi biru dapat menghasilkan lebih dari USD 1,5 triliun dan sekitar 30 juta lapangan pekerjaan per tahun. Dan untuk membuka potensi ekonomi biru, Indonesia telah meluncurkan Peta Jalan Ekonomi Biru 2023-2045, yang bertujuan mengembangkan sektor-sektor utama seperti akuakultur dan industri hilir perikanan, untuk memastikan pertumbuhan ekonomi selaras dengan konservasi laut," ujar Menlu Retno.
Penyerapan karbon adalah prioritas ketiga.
"Banyak yang berbicara tentang pengurangan emisi dan terkadang melupakan pentingnya penyerapan emisi. Sebagai negara hutan hujan tropis terbesar ketiga di dunia, Indonesia memiliki kapasitas untuk menyerap emisi dalam jumlah besar.
"Dengan tingkat deforestasi terendah dalam 20 tahun, Anda dapat yakin bahwa Indonesia berada di jalur yang benar. Indonesia juga telah mengadopsi strategi jangka panjang untuk ketahanan iklim dan rendah karbon 2050 dan peta jalan untuk mencapai target emisi nol bersih pada tahun 2060 atau lebih cepat."
Menlu Retno menamabhkan bahwa mengejar masa depan yang berkelanjutan adalah tanggung jawab bersama yang melibatkan semua orang dari individu hingga organisasi besar.
"Saya yakin, kita semua di sini adalah pemangku kepentingan penting dalam upaya menuju ekonomi rendah karbon untuk memastikan planet yang lebih sehat dan kualitas hidup yang lebih baik bagi diri kita sendiri dan juga bagi generasi mendatang. Mari kita perkuat kolaborasi kita untuk memetakan masa depan yang berkelanjutan. Yakinlah, Indonesia tidak suka beretorika. Kami berkomitmen kuat memenuhi komitmen kami," ujar Menlu Retno.
Â