Liputan6.com, Kyiv - Seorang pejabat senior Ukraina mengatakan pada hari Senin (9/9/2024) bahwa negara-negara mitra Barat harus mengizinkan Ukraina menggunakan senjata yang telah mereka suplai untuk menyerang gudang-gudang militer di dalam wilayah Rusia menyusul kecurigaan kuat bahwa Iran menyediakan rudal balistik untuk mendukung Moskow dalam perang Ukraina.
Amerika Serikat (AS) memberi tahu sekutu-sekutunya bahwa mereka yakin Iran telah mengirim rudal balistik jarak pendek ke Rusia. Hal ini diungkapkan dua orang yang mengetahui masalah tersebut kepada The Associated Press pada akhir pekan seperti dikutip, Selasa (10/9).
Baca Juga
Negara-negara Barat yang mendukung Ukraina dalam perang ragu-ragu membiarkan militer negara itu menyerang target-target di tanah Rusia karena khawatir mereka dapat terseret ke dalam konflik terbesar di Eropa sejak Perang Dunia II. Namun, kepala kantor kepresidenan Ukraina mengatakan perlindungan bukanlah eskalasi.
Advertisement
"Menanggapi pasokan rudal balistik ke Rusia, Ukraina harus diizinkan untuk menghancurkan gudang-gudang yang menyimpan rudal-rudal ini dengan senjata-senjata Barat untuk menghindari teror," kata Andrii Yermak di saluran Telegramnya, yang tidak menyebutkan secara spesifik negara mana yang memasok rudal-rudal tersebut.
Rusia telah berulang kali melakukan pengeboman rudal jarak jauh dan pesawat nirawak yang dahsyat terhadap Ukraina, yang menurut penghitungan PBB telah menewaskan lebih dari 10.000 warga sipil sejak dimulainya perang pada Februari 2022. Serangan itu juga melumpuhkan produksi listrik.
Namun, Ukraina menolak menyerah dan baru-baru ini melancarkan serangan berani ke wilayah Kursk, Rusia, dan di lain sisi berusaha keras menahan dorongan Rusia di wilayah Donetsk, Ukraina timur.
Respons Rusia dan Iran
Rusia telah menerima pesawat nirawak Shahed buatan Iran sejak 2022. Kemungkinan pengiriman rudal balistik Iran ke Rusia juga telah membuat khawatir pemerintah Barat karena Presiden Vladimir Putin dilaporkan menghubungi negara lain untuk memberinya dukungan.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov pada hari Senin merespons laporan soal rudal Iran dengan mengatakan, "Informasi semacam ini tidak selalu benar."
Namun, dia menambahkan, "Iran adalah mitra penting kami. Kami sedang mengembangkan hubungan perdagangan dan ekonomi kami. Kami tengah mengembangkan kerja sama dan dialog di semua bidang yang memungkinkan, termasuk yang paling sensitif, dan akan terus melakukannya demi kepentingan rakyat kedua negara kami.”
Di Iran, juru bicara Kementerian Luar Negeri Nasser Kanaani membantah Teheran mempersenjatai Rusia dengan rudal.
"Kami dengan tegas menolak tuduhan tentang peran Iran dalam mengirim senjata ke satu pihak dalam perang dan kami menilai tuduhan ini bermotif politik oleh beberapa pihak," tutur Kanaani.
Kementerian Luar Negeri Ukraina pada hari Sabtu (7/9) menyatakan kekhawatiran yang mendalam tentang kemungkinan itu.
"Iran harus sepenuhnya dan secara definitif berhenti menyediakan senjata ke Rusia untuk membuktikan dengan tindakan, bukan kata-kata, ketulusan pernyataan kepemimpinan politiknya tentang tidak terlibat dalam mengobarkan mesin perang kematian Rusia," sebut kementerian tersebut.
Sementara itu, Direktur CIA William Burns memperingatkan pada akhir pekan tentang hubungan pertahanan yang berkembang dan mengganggu yang melibatkan Rusia, China, Iran, dan Korea Utara. Hubungan itu, menurutnya, mengancam Ukraina dan sekutu Barat di Timur Tengah.
Kementerian Pertahanan China pada hari Senin mengumumkan latihan gabungan angkatan laut dan udara dengan Rusia yang akan dilangsungkan bulan ini.
Meskipun tidak secara langsung menyediakan persenjataan bagi Rusia, China telah menjadi jalur vital perekonomian sebagai pelanggan utama minyak dan gas Rusia. China juga telah memasok barang elektronik dan barang lain yang digunakan untuk keperluan sipil dan militer.
Advertisement