Sukses

Cerita Sedih Warga Pokrovsk dan Myrnohrad di Ukraina yang Harus Tinggalkan Kampung Halaman

Populasi Pokrovsk dan Myrnohrad di Ukraina menurun dari sekitar 47.000 menjadi kurang dari 2.000, menurut pihak berwenang setempat.

, Pokrovsk - Kota Pokrovsk dan Myrnohrad kini menjadi garis depan pertempuran di Ukraina timur. Warga mulai dievakuasi, namun meninggalkan kampung halaman adalah hal yang sulit dan menyedihkan bagi mereka.

"Meninggalkan rumah sangatlah sulit. Ketakutan harus pergi ke kota lain terkadang lebih besar daripada ketakutan akan kematian," kata Hennadiy Yudin, petugas unit polisi khusus White Angels, yang membantu warga Ukraina mengungsi dari zona konflik.

Dikutip dari DW Indonesia, Rabu (11/9/2024) militer Rusia setiap hari makin mendekat ke Myrnohrad. Populasi kota tersebut sudah menurun dari sekitar 47.000 menjadi kurang dari 2.000, menurut pihak berwenang setempat.

Unit polisi White Angels membawa orang keluar kota dengan minibus lapis baja. Di dalam kendaraan ada rompi antipeluru dan helm berbagai ukuran, untuk orang dewasa dan anak-anak.

Hari ini, White Angels sedang dalam perjalanan untuk menjemput dua orang pria yang ingin dievakuasi. Mereka tinggal di tepi selatan kota, yang sering menjadi sasaran serangan pesawat tak berawak Rusia.

Evakuasi Mendadak

Namun ketika tim sampai di sana, mereka tidak dapat menemukan kedua pria itu. Tim mencoba menghubungi mereka melalui telepon. Di jalanan terlihat beberapa anjing, kemungkinan besar tertinggal ketika tuannya dievakuasi.

Ternyata salah satu pria yang akan dievakuasi, Vitaly, sedang berjalan kaki ke kota Pokrovsk, tempat kereta evakuasi biasanya diberangkatkan. Tim polisi segera menyusulnya dan membantu memasukkan tasnya ke dalam minivan.

Kemudian mereka menemukan pria lainnya, Sergei, di halte bus. Dia ada di sana bersama tiga perepmpuan, tapi mereka bilang akan tinggal di desanya - untuk saat ini. "Kami masih bisa mengatasinya,” kata salah satu dari mereka kepada tim.

Petugas polisi lalu menuju Pokrovsk. Kedua pria di dalam kendaraan tampak sedih dan sulit berbicara. Ada bus menunggu mereka di Pokrovsk, yang akan membawa mereka ke Pavlohrad di wilayah timur Dnipropetrovsk. Setelah itu, mereka akan menuju ke tempat penampungan pengungsi di Kropyvnytskyi.

Pokrovsk berada di barat daya Myrnohrad. Menurut pemerintah daerah, masih ada sekitar 26.000 orang di kota tersebut, yang dulunya berpenduduk sekitar 60.000 jiwa. Dari jumlah tersebut, sekitar seribu adalah anak-anak.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Tidak Semua Bisa Ikut Evakuasi

Kereta evakuai siap diberangkatkan. Siapa pun yang tidak ada di daftar penumpang yang ikut dalam perjalanan harus turun dari kereta sekarang, kata kondektur. Victoria, seorang pelajar, melompat ke atas kereta pada menit-menit terakhir. Dia baru saja meninggalkan ibunya Svetlana di peron. Svetlana menangis karena dia sebenarnya juga ingin naik kereta.

"Tetapi kami harus tinggal satu bulan lagi," jelas Svetlana, yang peternakannya berada di desa Novovasylivka.

"Kami harus mengerahkan mesin pemanen ke ladang dan menjual sapi-sapinya."

Dia bilang dia merasa sangat menyesal karena harus meninggalkan peternakan mereka, tapi dia tahu betapa berbahayanya jika tetap tinggal di sana.

Pria lain di peron melihat melalui jendela ke dalam kereta: istri dan putranya duduk di dalam, putranya melambai. Pria itu belum bisa pergi, karena dia harus tetap bekerja di tambang batu bara untuk sementara waktu.

"Satu hari lagi, dua hari, seminggu - tidak ada yang tahu berapa lama tambang masih akan beroperasi," katanya.

Saat kereta berangkat, seorang lelaki tua lainnya tetap berada di peron.

"Saya akan naik kereta berikutnya. Kereta ini sudah penuh," katanya, meskipun dia tahu masih banyak kursi di dalamnya.

 

3 dari 3 halaman

Dukungan Satu Sama Lain

Tersenyumlah, dia menyemangati istrinya yang sudah ada di dalam kereta. Saat kereta mulai bergerak, dia melambai ke arah istrinya, lalu meninggalkan stasiun, sambil menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.

"Sebelumnya kota ini adalah tempat yang indah dan ramai," kata Dmytro, seorang pria lokal. Istrinya dan putrinya yang berusia 18 tahun telah dievakuasi dan dia mengatakan kemungkinan besar dia juga akan segera pergi. Dia hanya ingin mengemas beberapa barang lagi sebelum melakukannya.

"Saya ingin merasa seperti di rumah sendiri," kalau harus mengungsi, katanya. Dia ingin membawa barang-barang yang baginya penting.

"Di sinilah kampung halaman saya,” katanya sedih.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.