Sukses

Iran Dihadang Sanksi Baru Pasca Dituduh Pasok Rudal ke Rusia

Ini adalah tuduhan yang sama kesekian kalinya oleh Barat terhadap Iran.

Liputan6.com, London - Amerika Serikat (AS), Inggris, Prancis, dan Jerman telah memberlakukan sanksi baru terhadap Iran setelah menyatakan negara itu memasok rudal balistik kepada Rusia untuk digunakan dalam perang Ukraina.

Langkah-langkah tersebut meliputi pembatasan kemampuan maskapai nasional Iran Air untuk terbang ke Inggris dan Eropa, serta larangan perjalanan dan pembekuan aset terhadap sejumlah warga negara Iran yang dituduh memfasilitasi dukungan militer untuk Rusia.

Saat berkunjung ke London, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan bahwa Rusia telah dilatih oleh pasukan Iran untuk menggunakan rudal balistik jarak pendek dan rudal tersebut dapat dikerahkan untuk melawan Ukraina dalam beberapa minggu. Demikian seperti dilansir BBC, Rabu (11/9/2024).

Iran telah berulang kali membantah memasok senjata yang dapat diarahkan sendiri tersebut kepada Rusia.

Pada konferensi pers bersama dengan Menteri Luar Negeri Inggris David Lammy pada hari Selasa, Blinken menegaskan bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin semakin mengandalkan dukungan Iran dan Korea Utara untuk membantu melakukan perang agresi terhadap Ukraina yang melanggar beberapa resolusi Dewan Keamanan PBB.

Dia menerangkan AS baru-baru ini berbagi informasi intelijen dengan mitranya yang menunjukkan bahwa puluhan personel militer telah dilatih di Iran untuk menggunakan sistem rudal balistik Fath-360, yang memiliki jangkauan maksimum 120 km. Lammy menggarisbawahi tindakan itu merupakan eskalasi yang signifikan dan berbahaya.

Rudal-rudal itu kemungkinan akan meningkatkan persenjataan Rusia, yang memungkinkannya untuk menyerang kota-kota Ukraina yang dekat dengan perbatasan Rusia atau wilayah-wilayah yang telah dikuasainya pada saat yang sama ketika Rusia menyebarkan rudal-rudal jarak jauhnya lebih dalam ke wilayah Ukraina.

Kementerian Luar Negeri Inggris menyatakan sanksi AS dan Inggris menargetkan beberapa individu kunci yang sangat terlibat dalam rantai pasokan rudal balistik dan pesawat nirawak.

Mereka termasuk Brigadir Jenderal Seyed Hamzeh Ghalandari, yang katanya adalah direktur jenderal hubungan internasional di Kementerian Pertahanan Iran dan terkait dengan ekspor produk-produk pertahanannya ke mitra-mitranya.

Sanksi juga telah dijatuhkan pada lima kapal kargo Rusia karena mengangkut perlengkapan militer dari Iran, meskipun Inggris mengaku telah menyampaikan peringatan berulang kali untuk tidak melakukannya.

Selain itu, sejumlah organisasi, termasuk beberapa yang diduga terlibat dalam produksi pesawat nirawak Shahed bergaya kamikaze Iran - yang telah digunakan Rusia secara konsisten dalam serangan-serangan terhadap kota-kota Ukraina - turut dikenai sanksi.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Lawatan ke Ukraina

Dalam sebuah pernyataan, Inggris, Prancis, dan Jerman - yang dikenal sebagai E3 - menyebutkan pasokan rudal Iran merupakan ancaman langsung terhadap keamanan Eropa.

Iran menyebut pernyataan Barat itu "salah dan menyesatkan".

Sanksi Barat datang saat Rusia terus memperoleh keuntungan di Ukraina timur, di mana pasukan mereka dengan cepat mendekati pemukiman utama Pokrovsk - pusat transportasi penting.

Perdana Menteri Inggris Sir Keir Starmer menekankan bahwa pemerintah Inggris akan terus mendukung Ukraina selama diperlukan.

Namun, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengkritik kecepatan pengiriman senjata dan meminta otorisasi untuk menyerang target jauh di dalam Rusia dengan rudal yang dipasok Barat - sebuah langkah yang sejauh ini ditolak AS.

Blinken dan Lammy juga mengumumkan perjalanan bersama ke Ukraina pekan ini, lawatan pertama dalam beberapa tahun menyusul upaya diplomat Inggris untuk membingkai kunjungan menteri luar negeri sebagai penegasan kembali kemitraan yang erat antara kedua negara, yang sering digambarkan sebagai "hubungan khusus".

Blinken mengatakan salah satu tujuan mereka adalah untuk mendengar langsung dari pimpinan Ukraina tentang kebutuhan mereka dan apa yang dapat dilakukan untuk mendukung kebutuhan tersebut.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini