Liputan6.com, Dili - Diperkirakan lebih dari setengah juta orang — hampir setengah dari populasi Timor Leste — memadati Taman Tasitolu pada hari Selasa (10/9/2024) untuk menghadiri misa akbar yang dipimpin langsung Paus Fransiskus. Misa diadakan di area yang sama tempat Paus Yohanes Paulus II juga menggelar misa 35 tahun lalu.
Begitu misa dimulai, juru bicara Vatikan Matteo Bruni mengutip perkiraan jumlah orang oleh penyelenggara lokal bahwa 600 ribu orang hadir di Taman Tasitolu dan daerah sekitarnya.
Baca Juga
Kerumunan di Timor Leste, yang berpenduduk 1,3 juta jiwa, diyakini mewakili jumlah peserta terbesar untuk acara kepausan yang pernah ada, dalam hal proporsi populasi nasional.
Advertisement
Area Tasitolu seketika berubah menjadi lautan payung kuning dan putih — warna bendera Takhta Suci Vatikan — saat warga Timor Leste melindungi diri dari terik matahari sore sambil menunggu kedatangan Paus Fransiskus. Sesekali mereka mendapat semprotan air.
"Kami sangat senang Paus Fransiskus datang ke Timor Leste karena hal itu memberikan berkat bagi tanah dan rakyat kami," kata Dirce Maria Teresa Freitas (44), yang tiba di lokasi penyelenggaraan misa pada pukul 09.00 dari Baucau, tujuh jam lebih awal seperti dilansir kantor berita AP, Rabu (11/9).
Tasitolu dikenal sebagai "Taman Perdamaian" dan memiliki patung Paus Yohanes Paulus II yang berukuran lebih besar dari ukuran manusia untuk memperingati misa yang diadakannya pada 12 Oktober 1989.
Paus Fransiskus mengikuti jejak Paus Yohanes Paulus II selama kunjungannya, dengan menyemangati Timor Leste dua dekade setelah merdeka pada tahun 2002. Timor Leste masih menjadi salah satu negara termiskin di dunia.
Uskup Agung Dili Kardinal Carmo da Silva menyampaikan kepada umat di akhir misa bahwa kunjungan Yohanes Paulus menandai langkah yang menentukan dalam proses penentuan nasib sendiri dan kunjungan Paus Fransiskus ke tempat yang sama menandai langkah mendasar dalam proses membangun Timor Leste, identitasnya, dan budayanya.
Kunjungan ke Timor Leste Berakhir
Kunjungan Sri Paus ke Timor Leste, negara dengan penduduk paling Katolik di dunia di luar Vatikan, disambut dengan kegembiraan yang luar biasa di ibu kota, dengan kerumunan orang berjejer di jalan-jalan, berteriak, dan bersorak di mana pun Paus Fransiskus hadir atau bahkan lewat.
Melansir ABC, pemerintah Timor Leste telah memberikan warganya libur tiga hari terkait dengan lawatan Paus Fransiskus.
Dalam pidatonya di hadapan sekitar 400 politikus, diplomat, dan pemimpin sipil beberapa jam setelah tiba pada hari Senin (9/9), Paus Fransiskus mengatakan Timor Leste telah mengalami penderitaan dan cobaan yang sangat besar.
"Kami bersyukur kepada Tuhan, karena Anda tidak pernah kehilangan harapan … Dan setelah hari-hari yang gelap dan sulit, fajar perdamaian dan kebebasan akhirnya tiba," ujar Paus Fransiskus.
Presiden Timor Leste Jose Manuel Ramos-Horta berterima kasih kepada Paus Fransiskus dan menyebut suaranya "sangat dibutuhkan di dunia yang semakin rusak di mana dinginnya hati telah menggantikan dialog dan perdamaian".
Paus Fransiskus akan mengunjungi Timor Leste hingga hari ini sebagai bagian dari lawatan yang juga mencakup perhentian di Indonesia dan Papua Nugini.
Dia akan melanjutkan perjalanan apostoliknya ke Singapura hingga Jumat (13/9) sebelum pulang ke Vatikan.
Advertisement
Sorotan terhadap Pemerintah Timor Leste
Bagaimanapun, lawatan Paus Fransiskus ke Timor Leste bukan tanpa kontroversi. Untuk kunjungan pemimpin tertinggi umat Katolik sekaligus kepala negara Vatikan selama tiga hari, pemerintah Timor Leste menggelontorkan biaya sebesar USD 18 juta atau sekitar Rp277 miliar (kurs Rp15.422), termasuk pembangunan altar misa senilai USD 1,5 juta atau sekitar Rp23 miliar.
Hal tersebut mengundang kritik oleh kelompok-kelompok masyarakat sipil, yang menyoroti bahwa menurut Program Pembangunan PBB (UNDP) sekitar 42 persen dari 1,3 juta penduduk Timor Leste hidup di bawah garis kemiskinan.
Selain itu, panitia penyelenggara juga meratakan permukiman liar di Tasitolu demi memberikan ruang bagi pelaksanaan misa.
Pendukung kebebasan pers, jurnalis, dan pedagang kaki lima di Timor Leste mengkritik polisi karena mengosongkan kios-kios dan menahan seorang reporter sebelum kunjungan Paus Fransiskus.
Rekaman, yang dilihat oleh ABC, yang muncul pekan lalu menunjukkan operasi polisi menyingkirkan pedagang kaki lima di daerah tempat Paus Fransiskus akan berkunjung ke Dili. Video tersebut mempertontonkan kios-kios pedagang kaki lima dihancurkan oleh petugas dan orang-orang bertopeng yang bersama mereka.