Liputan6.com, New York City - Tepat hari ini di tahun 2001, Presiden Amerika Serikat George Bush menggambarkan kehancuran yang terjadi di New York dan Washington D.C sebagai tindakan perang terhadap semua orang yang mencintai kebebasan.
Dalam pernyataan yang disiarkan pada pukul 10.53 waktu setempat, George Bush bersumpah bahwa AS akan menggunakan semua sumber dayanya untuk membalas serangan terburuk yang pernah terjadi di Tanah Air mereka.
Namun, ia memperingatkan negara yang marah dan terluka bahwa mereka harus bersabar dan mengatakan tindakan apa pun bisa menjadi perjuangan yang monumental, dikutip dari BBC, Kamis (12/9/2024).
Advertisement
Presiden AS itu juga telah mencari dukungan dari para pemimpin dunia untuk kampanye internasional melawan terorisme.
Ketika perkiraan jumlah korban tewas meningkat menjadi ribuan sehari setelah tragedi tersebut, anggota pemerintah AS mulai berbicara terbuka tentang perang.
Menteri Luar Negeri AS kala itu, Colin Powell berkata: "Ini tidak akan diselesaikan dengan satu serangan balik terhadap satu orang, ini akan menjadi konflik jangka panjang."
Dukungan disampaikan dengan cepat oleh sekutu Amerika Serikat, dan juga dari negara-negara yang tidak dikenal bersimpati kepada AS -- para pemimpin Libya dan Palestina mengutuk serangan tersebut dengan keras.
Hanya Irak yang mendukung kekejaman tersebut, dengan mengatakan bahwa serangan tersebut merupakan "pelajaran bagi semua tiran dan penindas" dan merupakan buah dari kejahatan Amerika Serikat.
Tony Blair memberikan dukungan tegas dari Inggris, menggemakan kata-kata Presiden Bush dalam konferensi persnya yang mengumumkan penarikan kembali Parlemen.
"Saya kira tidak ada keraguan sama sekali bahwa ancaman ini ditujukan kepada seluruh dunia yang demokratis," kata perdana menteri kepada wartawan.
"AS telah menjadi sasaran. Namun para teroris ini akan menganggap kita semua sebagai target."