Sukses

Islamic Center di Jerman Digerebek Atas Dugaan Terkait Hamas, Uang Tunai dalam Jumlah Besar dan Laptop Disita

Menteri Dalam Negeri Brandenburg Michael Stübgen mengatakan pada hari Kamis (12/9) bahwa IZF "terkait dengan kelompok teroris Islam Hamas dan Ikhwanul Muslimin."

, Brandenburg - Diduga terkait dengan kelompok teroris Hamas, sebuah Islamic Center di Kota Fürstenwalde di negara bagian Brandenburg digerebek pihak berwenang Jerman pada Kamis (12/9/2024). Selain itu pemerintah setempat juga telah melarang aktivitas di Islamic Center tersebut.

Menteri Dalam Negeri Brandenburg Michael Stübgen mengatakan pada hari Kamis (12/9) bahwa IZF "terkait dengan kelompok teroris Islam Hamas dan Ikhwanul Muslimin."

"Organisasi itu bertindak melawan tatanan demokrasi yang bebas, menyebarkan narasi antisemit dan menyangkal hak Israel untuk hidup. Kami tidak bisa menerima hal itu," tambah Stübgen seperti dikutip dari DW Indonesia, Sabtu (14/9).

Kepala intelijen Brandenburg, Joerg Mueller, mengatakan bahwa IZF menjadi ancaman karena umat Islam dapat "terpapar secara langsung dengan sikap ekstremis dan ideologi islamis melalui kegiatan organisasi tersebut.”

Sekitar 70 petugas polisi menggeledah kantor organisasi tersebut di Fürstenwalde serta rumah-rumah di Brandenburg dan Berlin, tempat tinggal imam masjid.

Stübgen mengatakan bahwa mereka menyita laptop dan "uang tunai dalam jumlah besar.”

Ini adalah penggerebekan besar kedua terhadap sebuah pusat kegiatan Islam di Jerman dalam beberapa bulan terakhir, setelah pihak berwenang menutup Islamic Center Hamburg karena dianggap sebagai "organisasi ekstremis Islam” yang memiliki hubungan dengan Iran dan Hizbullah.

Pengumuman penggerebekan Islamic Center hari Kamis (12/9) di Brandenburg itu mengemuka 10 hari sebelum pemilihan umum di mana partai sayap kanan anti-imigrasi Alternative for Germany (AfD) memimpin dalam jajak pendapat.

Untuk diketahui, Islamisches Zentrum Fürstenwalde (IZF) yang jadi target penggerebekan pihak berwenang Jerman sejatinya didirikan pada 2018, dan terletak sekitar 80 kilometer di sebelah tenggara Berlin. IZF mengoperasikan Masjid al-Salaam dan menyediakan layanan bagi umat Islam di daerah tersebut.

Sementara itu sebagai informasi, pemerintah Jerman, bersama dengan Amerika Serikat, Uni Eropa dan beberapa negara lain mengklasifikasikan Hamas sebagai organisasi teroris.

 

 

 

 

 

2 dari 3 halaman

Otoritas Jerman Gerebek Properti yang Diduga Terkait dengan Kelompok Hamas

Sebelumnya pihak berwenang Jerman pada Kamis (23/11) melancarkan penggerebekan yang berkaitan dengan larangan terhadap kelompok militan Palestina Hamas dan kelompok pro-Palestina Samidoun.

Kementerian Dalam Negeri Jerman mengatakan penggerebekan itu berlangsung di 15 properti di empat negara bagian, dikutip dari laman VOA Indonesia, Jumat (23/11/2023).

“Dengan larangan terhadap Hamas dan Samidoun di Jerman, kami telah mengirim sinyal yang jelas bahwa kami tidak akan menoleransi glorifikasi atau dukungan apa pun terhadap teror barbar Hamas terhadap Israel,” kata Menteri Dalam Negeri Nancy Faeser dalam sebuah pernyataan.

Kementerian itu mengatakan bahwa ada sekitar 450 anggota Hamas di Jerman dan bahwa mereka telah terlibat dalam propaganda dan upaya-upaya penggalangan dana. 

Sementara itu, masih terkait isu Gaza, pengunjuk rasa pro-Palestina di Australia berunjuk rasa dengan bendera semangka besar.

Ratusan pengunjuk rasa pro-Palestina di Melbourne berkumpul di pusat kota Australia hari ini, Kamis (23/11) dengan puluhan orang mengibarkan bendera besar berbentuk semangka.

Buah yang memiliki warna bendera Palestina ini merupakan simbol solidaritas Palestina, dikutip dari BBC, Kamis (23/11/2023).

Bendera ini pertama kali digunakan untuk tujuan ini setelah perang enam hari antara Israel dan negara-negara tetangganya pada tahun 1967.

Saat itu, pihak berwenang Israel mengkriminalisasi pengibaran bendera Palestina di depan umum di Gaza dan Tepi Barat.​

3 dari 3 halaman

PBB Pecat Sejumlah Staf UNRWA, Diduga Terkait Serangan Hamas 7 Oktober 2023 ke Israel

Sementara itu, pemerintah Israel memberikan informasi kepada Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang membantu pengungsi Palestina, UNRWA, bahwa sejumlah anggota staf di badan tersebut berpartisipasi dalam serangan teror Hamas pada 7 Oktober di Israel.

Laporan tersebut kemudian disebut-sebut mengakibatkan Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang membantu pengungsi Palestina, UNRWA pada Jumat (26/1), mengatakan bahwa pihaknya telah memecat beberapa karyawannya.

"Untuk melindungi kemampuan badan tersebut dalam memberikan bantuan kemanusiaan, saya telah mengambil keputusan untuk segera mengakhiri kontrak para anggota staf ini dan meluncurkan penyelidikan untuk mengungkap kebenaran tanpa penundaan," kata Komisaris Jenderal UNRWA Philippe Lazzarini dalam sebuah pernyataan seperti dikutip dari VOA Indonesia, Minggu (28/1/2024). 

"Setiap pegawai UNRWA yang terlibat aksi teror akan dimintai pertanggungjawaban, termasuk melalui tuntutan pidana,” tambahnya.

Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina memiliki sekitar 13.000 staf Palestina di Jalur Gaza. Lebih dari 150 orang tewas sejak perang dimulai pada Oktober 2023 setelah serangan teror Hamas di Israel yang menewaskan 1.200 orang.

Juru bicara Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan Lazzarini telah memberi pengarahan kepadanya tentang "tuduhan yang sangat serius" tersebut.

"Sekretaris Jenderal merasa ngeri dengan berita ini dan telah meminta Lazzarini untuk menyelidiki masalah ini dengan cepat dan memastikan bahwa setiap pegawai UNRWA yang terbukti berpartisipasi atau bersekongkol dalam apa yang terjadi pada tanggal 7 Oktober, atau dalam kegiatan kriminal lainnya, diberhentikan. Segera dan dirujuk ke kemungkinan tuntutan pidana," kata juru bicara Stephane Dujarric dalam sebuah pernyataan.

Dia mengatakan, "Sebuah kajian independen yang mendesak dan komprehensif" terhadap UNRWA akan dilakukan tetapi tidak memberikan rincian lebih lanjut tentang siapa yang akan melaksanakannya.