Liputan6.com, Naypyidaw - Banjir parah melanda Myanmar setelah Topan Yagi, dengan lebih dari 230.000 orang terpaksa meninggalkan rumah mereka, menurut pihak berwenang.
Junta yang berkuasa di negara itu telah meminta bantuan asing untuk mengurangi dampaknya, demikian laporan media milik pemerintah.
Baca Juga
Ibu kota Naypyidaw termasuk di antara daerah yang paling parah dilanda banjir.
Advertisement
"Banjir telah menewaskan sedikitnya 33 orang," kata militer negara itu.
Harian milik pemerintah New Light of Myanmar mengatakan beberapa kamp bantuan sementara telah didirikan untuk para korban yang kehilangan tempat tinggal.
Badai terkuat di Asia tahun ini, Topan Yagi, telah melanda Vietnam, pulau Hainan di Tiongkok, dan Filipina.
Pimpinan junta Myanmar Jenderal Min Aung Hlaing dan pejabat Burma lainnya telah mengunjungi daerah-daerah yang dilanda banjir besar dan memeriksa upaya penyelamatan dan bantuan, kata media milik pemerintah.
Laporan oleh Radio Free Asia menunjukkan jumlah korban tewas jauh lebih tinggi, dengan penyiar yang didukung AS mengatakan sedikitnya 160 orang tewas dalam banjir dan tanah longsor. Seorang petugas penyelamat di Taungoo mengatakan kepada BBC Burmese pada hari Sabtu (14/9) lebih dari 300 orang terjebak oleh banjir di tepi timur sungai Sittaung. "Tidak ada cukup perahu untuk menyelamatkan kami," kata petugas penyelamat itu.
Para ilmuwan mengatakan topan dan badai menjadi lebih kuat dan lebih sering terjadi karena perubahan iklim. Perairan laut yang lebih hangat berarti badai mengambil lebih banyak energi, yang menyebabkan kecepatan angin yang lebih tinggi. Atmosfer yang lebih hangat juga menahan lebih banyak uap air, yang dapat menyebabkan curah hujan yang lebih deras.
Â
Kondisi Memprihatinkan Myanmar
Sebagian besar penduduk Myanmar telah menderita pengungsian karena perang saudara selama tiga tahun yang telah menewaskan ribuan orang dan membuat lebih dari 2,6 juta orang mengungsi, menurut PBB. Menurut UN Office for the Coordination of Humanitarian Affairs (OCHA) atau Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan, sekitar 18,6 juta orang sekarang diperkirakan membutuhkan bantuan kemanusiaan.
Dalam pembaruan tentang situasi kemanusiaan yang sedang berlangsung awal minggu ini, International Red Cross (ICRC) atau Palang Merah Internasional mengatakan banyak keluarga di Myanmar memiliki akses terbatas terhadap air bersih dan sanitasi, serta tidak memiliki obat-obatan dasar dan perawatan kesehatan.
"Mereka hidup dalam ketakutan akan konflik bersenjata dan kekerasan. Gangguan terhadap mata pencaharian membuat banyak orang kehilangan sarana untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka," kata presiden ICRC, Mirjana Spoljaric, pada hari Rabu (11/9).
Advertisement
Topan Yagi Hantam China Selatan dan Asia Tenggara
Topan Yagi, badai terkuat di Asia tahun ini, telah menewaskan puluhan orang sejak melanda Tiongkok selatan dan Asia Tenggara minggu lalu, meninggalkan jejak kehancuran dengan hujan lebat dan angin kencang.
Mengutip laporan CNN, setelah menghantam Filipina, yang menewaskan lebih dari puluhan orang, badai itu bergerak ke arah barat menuju China selatan dan tak lama setelah itu ke beberapa bagian Vietnam, Thailand, Myanmar, dan Laos.
Hampir seminggu sejak badai itu menerjang daratan, banyak pertanian dan desa di wilayah utara Vietnam dan negara tetangga Thailand masih terendam air karena masyarakat berjuang mengatasi banjir parah dan ancaman tanah longsor yang mengancam.
Di Vietnam, jumlah korban tewas telah meningkat menjadi sedikitnya 226 orang akibat badai dan tanah longsor serta banjir bandang yang dipicunya, kata badan bencana pemerintah pada hari Kamis (12/9), menurut Reuters. Badai itu menyebabkan kerusakan luas pada infrastruktur dan pabrik.
Video yang diambil oleh kamera dasbor mobil awal minggu ini menunjukkan momen ketika sebuah jembatan baja runtuh di atas Sungai Merah yang meluap di Provinsi Phu Tho, Vietnam, menjerumuskan pengemudi ke dalam air yang deras.
Hujan deras juga menggenangi provinsi Chiang Rai di Thailand utara, menenggelamkan rumah-rumah dan desa-desa di tepi sungai, sehingga menyulitkan upaya penyelamatan.
Setidaknya 33 orang telah meninggal di seluruh Thailand sejak pertengahan Agustus karena insiden yang berhubungan dengan hujan, dengan sedikitnya sembilan kematian minggu ini setelah Yagi, Reuters melaporkan mengutip pemerintah setempat.
Badai menjadi lebih kuat dan lebih mematikan karena lautan yang menghangat, para ilmuwan telah lama memperingatkan. Sementara negara-negara maju memikul tanggung jawab historis yang lebih besar atas krisis iklim yang disebabkan oleh manusia, negara-negara berkembang dan negara-negara kepulauan kecil menderita dampak terburuk.