Sukses

Pemimpin Hamas Yahya Sinwar Diklaim Kirim Surat dari Persembunyian untuk Hizbullah, Apa Isinya?

Salah satu orang yang paling dicari Israel, pemimpin Hamas Yahya Sinwar tidak terlihat sejak perang pecah di Gaza. Pada hari Selasa (10/9), ia mengeluarkan pernyataan pertamanya sejak perang.

Liputan6.com, Gaza - Menurut kelompok militan Lebanon, pemimpin Hamas Yahya Sinwar telah menulis surat langka kepada kepala Hizbullah Hassan Nasrallah. Surat itu menegaskan kembali komitmennya untuk memerangi Israel dan mendukung aliansi militan regional yang didukung Iran yang dikenal sebagai Axis of Resistance atau Poros Perlawanan.

Yahya Sinwar, pemimpin politik Hamas yang diyakini bersembunyi di bawah tanah di Gaza, mengatakan kepada Nasrallah bahwa kelompok itu berkomitmen pada jalan perlawanan yang diambil oleh pendahulunya yang terbunuh, Ismail Haniyeh dan pada "persatuan Ummah (bangsa Islam), yang intinya adalah Poros Perlawanan, dalam menghadapi proyek Zionis".

Surat itu, yang dibagikan oleh saluran Telegram Hizbullah, ditulis untuk menunjukkan rasa terima kasih atas perjuangan Hizbullah yang sedang berlangsung melawan Israel, yang dimulai pada 8 Oktober 2023, selang sehari setelah Hamas menyerang Israel yang memicu serangan Israel yang menghancurkan di Gaza.

Salah satu orang yang paling dicari Israel, Yahya Sinwar tidak terlihat sejak perang. Ia juga tidak pernah terdengar kabarnya di depan umum selama hampir setahun – hingga minggu ini. Pada hari Selasa (10/9), ia mengeluarkan pernyataan pertamanya sejak perang, memberi selamat kepada Presiden Aljazair Abdelmadjid Tebboune atas kemenangan pemilihannya, menurut saluran Telegram Hamas. Keesokan harinya, kantornya mengatakan ia menulis surat ucapan terima kasih kepada mereka yang menyampaikan belasungkawa atas kematian Haniyeh. Dan pada hari Jumat (13/9) datang surat untuk Nasrallah.

Kendati demikian CNN belum memverifikasi apakah Sinwar memang penulis surat tersebut.

2 dari 3 halaman

Isi Surat Yahya Sinwar

"Ia mencoba mengatakan saya di sini, saya hidup, saya sangat memegang kendali. Saya terus mendapatkan informasi terbaru dan mengetahui segala sesuatu yang terjadi di luar Gaza," kata Muhammad Shehada, seorang penulis dan analis dari Gaza. "Ia ingin menunjukkan bahwa ia mampu beroperasi di berbagai bidang, bidang domestik – medan perang di Gaza – dan bidang diplomatik – mediasi."

Sasaran pembaca surat-surat tersebut, katanya, utamanya adalah Israel, yang kepadanya Sinwar berusaha menunjukkan bahwa meskipun ada berbagai upaya untuk menemukannya, ia masih mampu terus bekerja tanpa gangguan.

Sasaran lainnya, Shehada menambahkan, adalah Hamas, termasuk "para skeptis dari dalam gerakan tersebut atau bahkan mediator seperti Qatar, AS, dan Mesir, yang meragukan bahwa ia mungkin mampu memenuhi peran kepemimpinannya dari terowongan-terowongan di Gaza."

Yahya Sinwar diangkat menjadi pemimpin politik Hamas setelah Ismail Haniyeh dibunuh di ibu kota Iran, Teheran, pada bulan Juli. Ia dipandang lebih keras daripada pendahulunya dalam berurusan dengan Israel dan lebih menyukai kerja sama dan hubungan yang lebih erat dengan Iran dan kelompok-kelompok Islamis sekutu seperti Hizbullah.

 

3 dari 3 halaman

Yahya Sinwar Pendukung Terkuat Hizbullah dan Iran

Shehada mengatakan Yahya Sinwar adalah "salah satu pendukung terkuat hubungan yang lebih kuat dengan Hizbullah dan Iran, dan memperdalam aliansi dengan Poros Perlawanan."

"Ia dianggap dalam gerakan tersebut sebagai orang yang pragmatis, tetapi pada saat yang sama sangat tidak terduga dan impulsif. Namun tetap saja pragmatis," kata Shehada.

Dalam suratnya kepada Nasrallah, Yahya Sinwar berjanji untuk terus membela tempat-tempat suci Islam, khususnya Masjid Al Aqsa di Yerusalem “hingga pengusiran dan pemberantasan pendudukan dari tanah kami, dan pembentukan negara merdeka kami dengan kedaulatan penuh dan ibu kotanya Yerusalem.”

Serangan 7 Oktober, kata surat yang diklaim dari Yahya Sinwar, adalah "salah satu pertempuran paling terhormat dalam sejarah rakyat Palestina kami."