Liputan6.com, Yangon - Lebih dari 100 orang tewas akibat banjir dan tanah longsor yang disebabkan oleh Topan Yagi di Myanmar.
Juru bicara junta militer Zaw Min Tun mengatakan pada Minggu (15/9/2024) bahwa 113 orang telah dipastikan tewas, dengan 64 orang lainnya hilang. Meski demikian, laporan regional menunjukkan jumlah korban tewas sebenarnya mungkin lebih tinggi.
Baca Juga
Dilansir BBC, Senin (16/9), Radio Free Asia melaporkan bahwa sedikitnya 160 orang telah meninggal di Myanmar dan 230 orang telah meninggal di wilayah Mandalay saja.
Advertisement
Sementara itu, lebih dari 320.000 orang telah dipaksa mengungsi ke tempat penampungan sementara.
Yagi, badai terkuat di Asia tahun ini, telah terbukti menghancurkan saat melanda Vietnam, Laos, pulau Hainan di China, dan Filipina.
Setidaknya 287 orang diperkirakan telah tewas akibat badai tersebut sebelum mencapai Myanmar.
Di Myanmar, media pemerintah melaporkan bahwa hampir 66.000 rumah hancur hingga Jumat malam, bersama dengan 375 sekolah dan sebuah biara. Beberapa mil jalan dan infrastruktur lainnya juga hanyut.
Dampak hujan lebat telah berpusat di negara bagian Kayah, Kayin, Mandalay, Mon, dan Shan - yang meliputi wilayah tengah Myanmar.
Â
Terjebak di Atap Rumah
Seorang pria memberi tahu AFP bagaimana ia mencoba menyelamatkan orang-orang dengan tali, saat banjir setinggi 4 meter melanda kota itu pada 10 September.
"Saya bisa melihat keluarga-keluarga yang terjebak di kejauhan berdiri di atap rumah mereka," katanya.
"Saya dengar ada 40 jenazah di rumah sakit."
Seorang wanita yang mengelola sebuah perusahaan di Kalaw mengklaim stafnya mengatakan 60 orang tewas di kota itu.
Kementerian Informasi Myanmar mengatakan petugas darurat dan kesehatan telah dikerahkan ke daerah-daerah yang terkena banjir, dan telah menyediakan dana untuk makanan dan air minum bagi para pengungsi.
Advertisement
Perang Saudara di Myanmar
Myanmar telah mengalami perang saudara selama tiga tahun sejak junta militer merebut kekuasaan pada tahun 2021. PBB memperkirakan ribuan orang tewas dan 2,6 juta orang mengungsi akibat konflik tersebut.
Negara bagian Shan juga merupakan rumah bagi beberapa kelompok pemberontak bersenjata, beberapa di antaranya secara de facto menguasai sebagian wilayahnya.